Share

Malapetaka

Author: Park Jun Hye
last update Last Updated: 2022-02-08 18:10:17

“Nia, gua duluan ya,” ujar Sandra.  Ia sengaja tidak ingin menghabiskan waktunya dengan Tania, suasana hatinya sedang tidak enak.

“Gara-gara tadi yaa,” katanya yang berusaha memahami perasaan Sandra.

“Ya,” jawabnya dengan singkat. “Aku harap dia benar-benar Kevin yang aku cari,” katanya dengan memaksakan senyumnya itu.

Tania sedikit mengerti akan perasaan sahabatnya itu, ia juga tidak ingin melibatkan perasaan sahabatnya tersebut dengan kejadian tadi. “Padahal gua lagi kepengen sama loe, Sand,” ejeknya.

“Lain kali deh,” sahutnya dengan acuh. Sandra menghambil handphonenya dan memesan kendaraan by aplikasi. Ia menekan alamat yang ia tuju.

“Loe pulang naik apa? Sudah ada kerjaan belum?” cerocosnya dengan mengingatkan kepada Sandra.

“Gua urus belakangan deh,” sahutnya dengan bete.

Tania yang mendengarnya sedikit tahu, ia juga tidak ingin memberikan Sandra sedikit privasi yang lebih membuatnya menjadi tenang, “Kabarin ya, say,” sahutnya kepada Sandra.

“Thank’s yaa, beb,” katanya dengan memaksakan dirinya tersebut.

“Pulang naik apa?” tanyanya yang ingin Sandra bisa pulang dengan selamat.

“Biasa pesan lewat aplikasi,” ucapnya santai.

“Gua tungguin sampai loe pulang,” tuturnya dengan cepat.

Wajah Sandra berubah senang ketika Tania mau menungguinya. Tak berapa lama pesanan kendaraan milik Sandra sampai, “Atas nama Sandra?” tanya sang supirnya tersebut.

Sandra mengecek kendaraan yang ia pesan, “Ya, betul, saya Sandra,” ucapnya memberitahu kepada supir tersebut. Sandra melambaikan tangannya ke arah Tania.

Tania melepas kepergian sahabatnya tersebut, “Permisi,” sapa seseorang di belakang Tania. Tania melihat orang tersebut, “Kau yang menulis nomor ini?” tanya Kevin.

Tania terpengarah melihat wajah Kevin yang super duper tampan, ia bahkan hampir-hampir tak bisa bicara. Sekali lagi Kevin berusaha memecah keheningan mereka berdua, “Kau yang menulis ini?” tanyanya sekali lagi.

Tania akhirnya berusaha untuk mawas diri, “Ahh…ya betul itu aku yang menuliskannya. Kau…kau pria yang di bicarakan oleh Sandra?” tanyanya yang takut jika Kevin tersinggung.

Kevin menampilkan senyumnya itu, “Ya, aku Kevin,” ucapnya yang memberitahu.

“Aku, Tania, teman sekaligus sahabat Sandra. Senang bertemu denganmu,” katanya yang memberitahu kepada Kevin.

“Apa aku bisa mencari tahu Sandra lewat dirimu?” tanyanya yang penasaran.

“Kau bisa mencari tahunya denganku.” Tania menganggukkan kepalanya dan meninggalkan Kevin yang sedang kebingungan. “Ah, sekali lagi selamat jika kau sudah menemukannya,” sahutnya dengan tersenyum.

“Berikan aku nomor Sandra!” pekiknya yang mengetahui bahwa wanita yang ia cari ternyata ada di depannya sedari tadi ini. Ia merasa benar-benar bersalah telah menghilang selama beberapa tahun.

“Kita bicara nanti saja,” ucap Tania. Tania meninggalkan Kevin di dalam kesendiriannya tersebut.

Selama di perjalanan pulang Tania masih menunggu kabar dari Sandra dan ia berharap bahwa Sandra akan memberikan kabar. Hingga akhirnya benar saja Sandra memberitahunya bahwa ia sudah sampai di rumah.

Tania berjalan menghindar, ia menerima nomor yang tak ia simpan, “Halo,” sapanya.

“Kau Tania?” tanyanya dengan suara bass.

“Ya. Kau Kevin?” tanyanya dengan nada yang sedikit nyelekit.

Kevin sedikit terkejut mendengar nada suara Tania, “Kau marah denganku?” tanyanya.

“Jelas aku marah, sudah berapa lama kau menghilang?” tanyanya dengan sedikit emosi.

Kevin hanya bisa mendengar ocehan demi ocehan keluar dari mulut Tania, “Aku tak tahu bahwa ia juga mencari aku. Jangan salahkan aku juga,” rintihnya.

“Kau benar-benar tidak tahu di untung,” kesal Tania.

“Lalu, salahku apa? Kau pikir selama ini aku tahu dengan kondisinya Sandra?” gusarnya. Kevin berusaha untuk tidak mencari kesalahan sedikitpun ia tahu bahwa ia juga salah.

“Kau tahu bagaimana perasaannya Sandra? Dia mencarimu bertahun-tahun untuk menemukan dirimu, brengsek,” umpatnya dengan kasar.

Tania dengan Kevin adu mulut, di satu sisi Tania membela Sandra dan Kevin berusaha menemukan alasannya. Ia juga tidak ingin kalah dalam hal tersebut.

Kevin yang sudah kehilangan akal akhirnya berusaha untuk bisa mengerti dengan kondisi yang terjadi dengan Sandra, “Apa yang harus aku lakukan kalau begitu?” tanyanya yang sudah habis kesabaran.

“Kau ingin bertemu dengannya?” juteknya. Kevin terdiam mendengar pertanyaan Tania, ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu, “Kau saja tidak bisa menjawabnya, lalu, aku harus bagaimana?” katanya yang memutar pertanyaan tersebut kepada Kevin.

“Lalu, bagaimana aku bisa memulai kembali hubunganku dengan Sandra?” tanyanya yang berusaha untuk bisa merajuk Tania.

Tania menghela nafasnya, “Berikan dia waktu. Dia masih belum bisa menerima kepergian ayahnya.” Tania curiga apakah Kevin benar-benar tidak mengetahui bahwa ayahnya Sandra, “Hal itu pun kau juga tidak tahu?” emosinya kepada Kevin.

“Bagaimana aku bisa tahu? Hei, aku juga baru bertemu kembali dengan Sandra,” ocehnya kepada Tania.

“Ah, iya kau mencarinya tapi kau benar-benar juga tidak mengetahui tentang dirinya. Maaf, aku lupa,” cerocosnya yang seakan berusaha mencari kesalahan Kevin.

Kevin sudah mulai kehabisan kata-kata, “Berikan saja nomornya, biar aku yang mengubunginya,” tegurnya dengan halus.

Tania menjilat bibir bawahnya, ia sudah bisa menebak bahwa Kevin akan meminta nomornya. Tania akhirnya memberikan nomor Sandra supaya mereka yang mengatur sendiri akan pertemuan mereka.

Setelah perbincangan tersebut Tania mematikan teleponnya tersebut, ia pergi meninggalkan tempat itu. Dengan perasaan yang tidak enak, Tania memberitahukan kepada Sandra perihal kejadian yang terjadi pada saat tadi.

Tania yang sudah tidak enak hati, mau tidak mau harus mengatakan yang sebenarnya, “Sandra, bisa ketemu sebentar?” tanyanya dengan hati-hati.

“Tumben kenapa?” tanyanya balik.

“Ada yang haru loe tahu, Sand,” ucapnya yang memberitahu akan pertemuan dirinya dengan Kevin.

“Mau dimana?” tanya Sandra yang bingung dengan sahabatnya itu.

“Deket rumah loe aja. Kalau loe sudah sampai kasih tahu ya, gua masih on the way nih,” ucap Tania.

“Siap, beb,” sahutnya.

Sandra bersiap-siap, ia mengambil tas dan menyampirkannya ke bahunya. Ia mengambil masker dan mengenakannya lagi. Sandra keluar dari kamar dan melihat pamannya yang sedang meeting dengan menggunakan zoom meeting.

Heru yang melihat keponakannya baru saja sampai tiba-tiba keluar lagi hanya bisa membiarkannya saja. Ia melihat punggung Sandra yang perlahan meninggalkan rumahnya.

Selama perjalanan menuju tempat biasanya Sandra mengirim pesan singkat kepada Tania bahwa ia sudah sampai. Tania yang membacanya melangkah berjalan ke arah tempat pertemuan dirinya dengan Sandra.

Di sebuah cafe yang dekat dari rumah Sandra, Sandra memesan Java Chip Frappucinno minuman kesukaannya tersebut. Bunyi pintu masuk berdentang, “Hai,” sapa Tania.

Sandra yang baru saja menyeruput minumannya tersebut melihat sahabatnya tersebut, “Hai,” balasnya. Ia mengecup pipi kanan sahabatnya tersebut.

“Bentar gua pesen dulu,” ucap Tania kepada Sandra.

“Oke.” Sandra hanya bisa duduk saja, ia berharap bahwa pertemuan dirinya tersebut dengan Tania bukanlah pertanda yang menyebalkan. Tak berapa lama Tania kembali menemui Sandra dengan jenis minuman yang sama.

“Sorry, gua tahu loe baru sampai tadi,” katanya dengan menyeruput minumannya.

“Iya, memang kenapa?” tanyanya yang penasaran.

Tania seakan terdiam, ia sedang mencari kata-kata yang pas untuk menjelaskan kejadian tadi kepada Sandra, “Hmmm….kalau aku jelaskan tolong jangan terkejut,” katanya sembari melirik sahabatnya tersebut.

Sandra menautkan kedua alisnya, “Kau tidak seperti bisanya,” tukasnya. “Katakan saja aku tak akan marah,” katanya sekali lagi sembari menyeruput minumannya itu.

“Aku bertemu dengan Kevin,” ungkapnya dengan mengaduk minumannya tersebut. Tania berusaha untuk tidak melihat ke sahabatnya tersebut.

Benar saja Sandra menghadap ke arah Tania, ia menyentuh pundaknya, “Kau serius?!” jeritnya.

“Ya, aku bertemu dengannya. Setelah acara reuni kita tadi.” Tania hanya bisa pasrah mendengar ucapan sahabatnya itu. Ia tahu bahwa sebentar lagi Sandra akan menginterogasinya.

Sandra sudah tidak tahan lagi, “Kau bilang apa dengannya? Lalu, apa yang kalian bicarakan?” cerocosnya. Ia sudah tidak bisa menggubris lagi.

Tania yang sudah di berondong pertanyaan oleh Sandra akhirnya menjelaskan seluruh pembicaraan dirinya dengan Kevin tersebut. “Nia, kenapa kau memberikan nomorku kepadanya!” paniknya.

“Dia memaksaku. Maaf,” selorohnya.

Sandra memegang kepalanya, ia beberapa kali melirik ke arah handphonenya memastikan Kevin tidak menghubunginya, “Kau kenapa tidak bicara dulu denganku?” tanyanya dengan kesal.

“Aku juga kesal dengannya, setelah beberapa tahun menghilang dan sekarang ia mencarimu. Aku juga tidak ingin seperti ini,” tukasnya.

Saking paniknya, Sandra beberapa kali melihat teleponnya berkali-kali, “Kau ini benar-benar. Lalu, apa yang akan aku lakukan jika dia benar-benar meneleponku, Tania?” tanyanya yang sedikit menaikkan intonasi suaranya.

Sekali lagi Sandra melihat ke arah handphonenya dan benar saja tak berapa lama terjadilah sudah malapetaka itu Kevin meneleponnya, “Arrgghh,” raungnya kesal kepada Tania.

Tania yang mendengar reaksinya itu juga terkejut, “Dia benar meneleponmu?” tanyanya yang mengigit bibir bawahnya.

“Sudah pasti,” ujarnya yang menunjukkan bahwa Kevin benar-benar meneleponnya. Sandra bingung antara ingin mengangkat telepon tersebut atau membiarkannya begitu saja, “Bagaimana ini?” gerutunya.

“Angkat saja, kemudian tanyakan kabarnya,” jawabnya dengan senyum yang di paksakan.

Sandra ingin marah namun ia tak bisa, “Lain kali jika kau ingin memberikan nomorku, kabari aku terlebih dahulu,” kesalnya. Sandra mengangkat telepon yang tak ada namanya tersebut.

Dari ujung telepon itu ia mendengar suara yang memanggil namanya bukan hanya itu saja ia juga mendengar teriakan dan makian yang tiada habisnya, “Halo,” sapa Sandra.

Kevin yang hendak bicara namun hanya bisa mendengarnya saja, “Ini aku Kevin. Apa kabarnya dirimu?”

“Aku baik. Kau?” tanyanya yang sedikit kaku.

“Aku sama. Kapan kita bisa bertemu? Maaf, jika aku tadi tidak mengenalimu,” ucapnya.

Sandra terdiam ia ingin sekali menemuinya namun kejadian tadi masih terbayang di dalam memorinya bagaimana Indy, mamanya Kevin tak ingin dia bertemu dengan Kevin maupun berhubungan dengan anaknya.

Sandra bingung harus bagaimana lagi, “Urus saja urusan masing-masing masalah kita terlebih dahulu, setelahnya baru kita bertemu,” cetusnya.

Kevin tercengang mendengarnya, “Kau mendengarnya?” tanyanya.

“Bagaimana aku tidak mendengarnya? Perkataanmu aneh sekali.” Sandra menyelesaikan perkataannya tersebut dan ia menutup telepon tersebut.

Jelas ia masih menutup hatinya tersebut bukan karena tidak ingin menemuinya atau apa tapi karena ini masalah hatinya. Sandra tidak ingin Kevin mengetahui apa yang ia tutupi selama bertahun tersebut.

Sandra melihat ke arah sahabatnya sendiri, “Tania!” rengeknya.

“Kenapa? Ada apa lagi?” tanyanya yang akhirnya mengetahui situasi sahabatnya tersebut, “Benar-benar malapateka, tahu gitu aku tidak memberikan nomormu,” ocehnya kepada dirinya sendiri.

“Bukan gitu,” ucapnya sekali lagi.

“Lalu, apa?” tanyanya.

“Gua masih tak sanggup untuk melihat wajahnya,” akunya.

Tania memutar kedua bola matanya, ia menepuk punggung sahabatnya tersebut, “Jangan buat gua  khawatir. Khawatirkan saja dirimu,” katanya yang menenangkan Sandra.

“Lalu bagaiman dengan Kevin?” tanyanya yang semakin bingung dengan malapateka yang baru saja terjadi.

“Gua akan coba bicara dengannya. Sand, bangkitlah. Kevin juga sudah di depan mata ini. Siapa tahu memang dia jodoh loe,” celetuknya.

Sandra menaikkan bibirnya sedikit, ia tak percaya bahwa Tania sahabatnya akan mengatakan hal itu. Tania tertawa mendengarnya ia tahu bahwa hari itu pasti akan tiba.

Malapetaka yang menurut Sandra akan terjadi malah tidak terjadi, ia berhasil menghadapinya namun sekarang bagaimana Sandra akan menghadapi kehidupannya selama kedepan.

Related chapters

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Kabur Lagi

    Sandra akhirnya hanya bisa pasrah mendengar perkataan sahabatnya tersebut, ia sudah tidak paham lagi dengan kondisi sekarang, “Aku tak tahu lagi apa yang harus aku katakan dengannya,” katanya yang menyeruput habis minumannya.Tania juga bertingkah sama ia menyeruput habis minuman yang ada di depan wajahnya tersebut, bahkan ia juga sudah mulai enggan untuk membicarakan Kevin, “Maaf, aku tak tahu bahwa akan terjadi seperti saat ini,” katanya kepada sahabatnya tersebut.Wajah Sandra terlihat sangat meringis ketakutan ketika akhirnya sang cinta pertama menghubunginya, “Aku tak tahu lah, mengapa dia harus muncul sekarang. Hatiku belum siap,” ungkapnya yang memberitahu kepada Tania.“Sekarang apa yang harus kita lakukan?” Tanya Tania.Sandra terdiam, ia juga bingung dengan kondisinya sekarang ini Kevin yang sudah lama menghilang tiba-tiba sekarang muncul lagi. Bahkan bisa saja ia menghubungi Sandra setiap saat, &l

    Last Updated : 2022-03-26
  • Izinkan Aku Mencintaimu    Hati yang Hancur

    Kevin yang pasrah juga tidak tahu dimana keberadaan Sandra. Di otaknya hanya terbersit satu orang yang sudah lama mengenal Sandra, Tania. Dia dengan segera menghubungi Tania, ia meneleponnya.Tania yang baru pulang dari kantornya, melihat handphonenya. Ia ragu untuk mengangkatnya namun akhirnya, ia mau tidak mau harus mengangkatnya, “Halo,” sapanya.“Tania,” sapanya Kevin dengan lega.Tania yang mendengarnya juga kaget dengan nada suara Kevin yang seakan sedang panic, “Kenapa kau menghubungiku?” tanyanya.“Sandra menghilang,” ucapnya.Tania seakan sudah tahu bahwa ia akan menjadi seperti itu lagi, “Temui dia di tepi pantai, dia pasti ke sana,” timpalnya.“Bagaimana mungkin dia ke sana dengan berjalan kaki?” tanyanya yang tidak percaya.“Dia akan melakukan hal itu jika sudah mengusik hatinya. Kau baru bertemu dengannya dan membuatnya seperti itu? Bagaimana ak

    Last Updated : 2022-03-26
  • Izinkan Aku Mencintaimu    Rayuan Gombal

    Malam itu Kevin tidak bisa tidur sama sekali, ia memikirkan apa yang akan di katakan oleh paman Sandra, ia ingin tahu lebih jauh apa yang terjadi dengan Sandra, Kevin sendiri merasa bahwa semua yang akan dia lakukan hanya akan sia-sia saja.Dengan niat baik, ia akhirnya berusaha untuk menghubungi Tania. Kevin mengambil handphone, dengan segera dia menghubungi Tania untuk mengetahuinya. “Halo,” sapanya.Tania sudah bosan berurusan dengan Kevin. “Apa lagi?” terkanya.“Beritahu aku sedikit informasi tentang apa yang terjadi dengan Sandra,” katanya yang seraya mengorek masa lalu Sandra.“Aku tidak tahu banyak, tapi hanya itu saja yang aku tahu,” akuinya.Kevin menghempaskan tubuhnya di atas kasur yang empuk, saking kesalnya dengan kejadian yang menimpa Sandra malam itu membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi. “Kau benar-benar tidak tahu?” tanya yang mencari tahu.Tania mengernyitkan dah

    Last Updated : 2022-04-05
  • Izinkan Aku Mencintaimu    Perjanjian

    Kevin terbangun pada jam 05.30 kepalanya masih pusing, ia merasakan bahwa ia akan buang air kecil. Lia juga sama ia keluar dari kamarnya sembari mengucek matanya sendiri. “Kakak, aku duluan, aku sakit perut,” selanya.“Aahh kau ini,” katanya yang berusaha untuk mengalah. Perlahan Kevin turun dari lantai dua, ia menuju kamar mandi bawah. Sementara Indy melihat anak laki-lakinya tersebut, ia masih melanjutkan untuk membuat sarapan.Tepat pukul 07:00 Indy mulai memanggil Kevin dan Natalia untuk menyarap. Kevin yang sudah siap sedia turun ke meja makan. “Apa ini?” tanyanya.“Makan saja,” balasnya.Kevin berusaha menebak makanan apa yang hendak di sajikan Ibunya, melihat dari beberapa lapis Kevin menebak bahwa ibunya sedang berusaha membuat roti lapis. “Mudah-mudahan saja enak,” sindirnya.Mendengar sindiran Kevin, ekor matanya melirik ke arah putra kesayangannya tersebut. Natalia turun d

    Last Updated : 2022-04-05
  • Izinkan Aku Mencintaimu    Pertemuan yang Tak di Sengaja

    Bunyi lonceng restaurant berbunyi salah satu staffnya bingung, ia masuk ke dalam tempat kerjanya itu. “Permisi, Pak, maaf terlambat,” sapanya yang kebingungan bahwa toko sudah di buka.Kevin yang kala itu ada di dalam dapur tak tahu bahwa salah satu staffnya sudah hadir, keluar dengan membuat nasi goring kesukaannya. Kevin terkejut ketika melihat staffnya sudah datang. "Kau kapan datang?” tanyanya.“Belum lama, pak. Maaf jika saya terlambat,” katanya yang masih kebingungan.Kevin yang duduk sembari makan nasi gorengnya. “Bukan salahmu, aku habis mengantar Lia,” ujarnya yang memberitahu kepada karyawannya tersebut. “Jadi, otomatis aku langsung buka. Bukan salahmu, kau mungkin tidak tahu tapi tak masalah,” ujarnya yang memberitahu.“Aah begitu, Pak,” katanya dengan perasaan lega. “Saya pikir, saya yang kesiangan,” tawanya.“Bukan masalah,” katanya yang menelan s

    Last Updated : 2022-04-06
  • Izinkan Aku Mencintaimu    Penjelasan Heru

    Jam terus bergulir Kevin kembali melakukan pekerjaannya sebagai koki, ia juga menyapa dan menegur staff yang dia berikan penjelasan. Tiba akhirnya pukul 18.00 seperti biasa Kevin memerintahkan anak buahnya untuk seperti biasa melayani pelanggan. Sementara Kevin bersiap-siap untuk pergi meninggalkan restaurant tersebut. “Kalau ada apa-apa kalian bisa panggil aku,” seru Kevin kepada salah satu anak buahnya itu. “Baik, Pak,” jawab staff Kevin. Suara pintu terbuka Kevin keluar dari restaurant miliknya sendiri, ia menstarter motor kesayangannya tersebut. Dia pergi meninggalkan restaurant tersebut menuju tempat pertemuan yang telah di tentukan. Anita yang baru saja pulang melihat banyak sekali makanan di atas mejanya. “Kau membeli ini semuanya?” tanyanya yang berusaha mencari tahu. “Ya, kenapa memangnya?” telisiknya, “Tak perlu memasak, tadi siang aku bertemu dengan teman-temanku lalu aku membelinya karena enak,” ucapnya yang memberitahu.

    Last Updated : 2022-04-21
  • Izinkan Aku Mencintaimu     Kena Omel

    Kevin akhirnya sadar bahwa bukan saja psikis dan psikologi Sandra yang terluka namun dia juga sudah hampir kehilangan kepercayaan dirinya sendiri. Kevin akhirnya bertekat untuk mencoba masuk ke dalam kehidupan Sandra.Malam itu setidaknya membuat Kevin mengetahui satu hal bahwa Sandra di butuh untuk di sayangi bukan untuk membencinya. Kevin keluar dari cafe tersebut, ia menstarter motornya dan mengendarari di jalanan malam yang sudah hampir lenggang.Sesampainya di rumah Kevin buru-buru masuk ke dalam kamarnya, ia membersihkan tubuhnya yang bidang dan merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk, ia mengambil handphonenya dan memilih untuk berbincang dengan Tania.Kevin mengirim pesan singkat kepada Tania. [Aku sudah tahu mengapa Sandra menjadi seperti itu. Kau punya saran, aku haru berbuat apa?]Kevin menunggu Tania untuk membalasnya dengan segera mungkin, ia berharap bahwa nantinya Sandra bisa menerimanya kembali. Kevin sudah lelah dengan aktivitasnya hari ini, ia berharap bahwa set

    Last Updated : 2022-05-20
  • Izinkan Aku Mencintaimu     Mencoba Menjadi Ibu yang Baik

    Pagi harinya Indy sudah bangun pagi-pagi sekali, ia masuk ke dalam kamar Lia, ia mengambil beberapa pakaian yang di perlukan oleh anaknya tersebut sesegera mungkin. Selesainya ia mengemas pakaian anak perempuannya, ia menuju kamar Kevin.Tok Tok TokKevin yang mendengar kamarnya di ketuk, terbangun rambutnya acak-acak ‘kan. “Siapa pagi-pagi begini?” tanya Kevin kepada dirinya sendiri. Dia bangun dari tempat tidurnya, mengucek kedua matanya, berjalan ke arah pintu dan membukanya.Indy yang melihatnya merasa bersalah. “Kau baru bangun?” tanya Indy.“Ya aku baru bangun, ada apa, Ibu?” tanya Kevin.“Ibu, minta tolong boleh?” tanya Indy takut-takut kepada putranya tersebut. Indy memberikan beberapa pakaian Lia yang sudah dia taruh di dalam koper mini. “Ini bawakan kepada adikmu.” Indy menyerahkan sebuah koper kecil milik putrinya, Lia.Kevin menerima sodoran yang di berikan kepada Ibunya tersebut, hatinya bingung dengan sikap Ibunya yang tiba-tiba saja berubah. “Bukankah kemarin malam, Ibu

    Last Updated : 2022-05-21

Latest chapter

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Melakukan Bersama

    Mendengar perkataan Bram membuat hati Kevin bergetar, ia akhirnya juga menguatkan hatinya untuk bisa tegar dalam menghadapi masalahnya satu per satu. Kevin akhirnya bergegas untuk melakukan hal yang bisa ia lakukan pada saat itu juga.Kaki Kevin berlari meninggalkan kantor kepolisian dan menuju rumah sakit. Kevin mencegah taksi yang lewat tengah malam tersebut dan memintanya untuk mengantarkan dirinya ke rumah sakit.Kring..Kring…Handphone yang ia bawa selama kurang lebih dua jam tidak berbunyi pada akhirnya berbunyi juga. Kevin mengambil handphonenya dan melihat layar LCD, di tangkapan layar ia bisa melihat bahwa Lia menghubunginya. “Halo,” sapa Kevin.“Hei, dimana?”“Aku dalam perjalanan,” ucapnya.Lia melihat kepada ayahnya yang meminta untuk menelepon Kevin. Lia sendiri mengigit bibirnya ragu untuk memberitahu kepada kakaknya sendiri sementara Aditya berusaha membujuk Lia untuk memintanya datang.Lia sendiri tidak bisa berkata-kata lagi. Sementara di ujung telepon Kevin sudah hen

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Perasaan Masing-Masing

    Johana yang sedikit lega dengan pemberitahuan mereka berdua dengan mantap masuk bersama ke dalam kantor kepolisian. Erick yang di tugaskan kembali ke TKP, akhirnya memberanikan diri untuk menyerahkan bukti.Erick yang baru pertama kali bertemu dengan Johana, tergagap bahkan ia sendiri salah tingkah. “Aku baru dari TKP. Kami meminta salinan sebagai bukti,” cakapnya berbasa-basi. “Kau bisa melihatnya di atas,” senyum Erick.Johana yang mendengarnya melongo. “Woah. Kerja bagus. Mana?” tanya Johana sembari memuji tindakan Erick.“Akan aku berikan diatas, jika disini bisa saja nantinya dikira hal apa,” cetusnya.“Baiklah.”Johana, Erick dan Kevin masuk ke dalam ruangan yang dapat mereka akses masuk ke dalam ruangan secara leluasa. Erick sendiri bahkan memberikan jalan terlebih dahulu kepada Johana.Kevin merasa aneh dengan sikap Erick yang seolah-olah baru saja jatuh cinta pada pandangan pertama. Bahkan Erick juga mengarahkan jalan kepada Johana. “Lewat sini,” cakapnya. Johana dan Kevin me

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Terungkapnya Motif Utama

    Heru yang sudah tahu kebiasaan Sandra akhirnya menerobos masuk di ikuti dengan Anita dan Agus bahkan di susul Tania. “Kau ini! Kenapa sih tidak pernah memberitahu aku? Sudah aku bilang, anggap aku ayahmu,” ceramahnya.Heru membuka selimut Sandra yang menutupi dirinya tersebut. “Bagaimana, Paman, menemukanku?” cakapnya yang memberengut kesal kepada pamannya sendiri.Tak!Heru saking kesalnya akhirnya menjitak kepala keponakannya sendiri. “Argh, sakit,” erang Sandra. Lia yang melihatnya tertawa kecil, ia tahu bahwa perbuatan Sandra barusan di balas oleh pamannya sendiri.Lia perlahan keluar bersama dengan ayahnya membiarkan mereka untuk ikut ambil bagian. Dari luar pintu Lia menutup pintu tersebut secara perlahan. Aditya yang sudah berumur memandang putrinya yang masih memegang di sampingnya.Dari kejauhan mulai terdengar derap langkah kaki yang berlarian di selasar ruangan menuju ruangan Sandra di rawat. “Pak Ketua, Anda kemana saja?” tanya suster kepala yang memegang kening kepalanya

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Pertemuan yang Mengharu Biru

    Mereka yang memandangi tidak tahu lagi suasan jelas menengangkan. “Ada apa?” tanya Kevin yang mencairkan suasana di ruangan.Dokter tersebut enggan untuk memberitahunya, ia juga tidak tega harus mengatakannya. Dokter tersebut menatap lama kepada Kevin dan bergantian ke sekeliling ruangan. “Katakan saja,” desak Kevin yang tidak sabaran.Bram sendiri mengernyitkan dahinya, ia juga belum memahami situasi yang terjadi. Dirinya baru mendengar dari Kevin. “Sebenarnya apa yang terjadi?” ucap Bram yang membutuhkan klarifikasi kepada Kevin.Kevin menelan salivnya. “Pak Bram, kami sebenarnya sedang menyelidiki suntikan apa yang di berikan oleh ibuku. Dan, aku tidak tahu bahwa hasilnya akan secepat yang tidak aku pikirkan,” oceh Kevin dengan sendirinya.“Jadi kau berusaha menyelidikinya?” tanya balik Bram.“Ya.”Bram menatap kepada dokter tersebut. “Katakan saja apa isi dari suntikan yang di berikan si ‘viper’,” ejek Bram yang melirik kepada Indy.“Kalian tidak apa-apa jika aku memberitahunya?”

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Indy di Tangkap

    Dengan tegap dan mantap Kevin akhirnya menuju pos keamanan bersama dengan Felix,. Baik Kevin dan Felix berjalan hingga langkah kaki tersebut sampai di depan pos keamanan. Beberapa kali Felix mengetuk pintu untuk mengunjungi penjahat yang akhirnya tertangkap basah.Clek!Petugas keamanan membukakan pintu, ia memberi salam kepada Felix. “Permisi, Pak,” balas sapa Felix. “Boleh masuk?” tanyanya dengan sopan.“Silakan,” sahutnya yang memberikan jawaban kepada Felix.Felix dan Kevin masuk melangkah ke dalam kantor keamanan rumah sakit. Dari kejauhan Kevin sudah bisa melihat bahwa ibunya sudah ada di dalam kantor keamanan. Kevin menyenggol Felix untuk menanyakannya. “Sudah berapa lama ibuku di sini?” tanya Kevin.Felix terdiam sejenak memikirkan setelah kejadian yang terjadi di ruangan, ia bergumam, “Mungkin hampir dua jam,” jawabnya memberi tahu.Kevin meringsek maju ke depan berupaya untuk melihat kondisi Ibunya sendiri yang sudah mulai menatap dirinya. Kevin berjongkong di hadapan Ibunya

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Hal yang Memalukan

    Kevin yang mengamuk akhirnya hanya bisa keluar dari kantor polisi. Bram mengejarnya untuk bisa menenangkan Kevin. “Kevin!” panggil Bram namun Kevin tidak menggubrisnya.Sekali lagi Bram mencegah kegilaan Kevin, kakinya berderap mendekati Kevin. “Hei! Tatap aku!” kesal Bram.Dengan marah Kevin menyentak tangan Bram yang memegangnya. “Apa lagi?” tanya Kevin dengan setengah berteriak.“Apa yang akan kau lakukan? Kau memikirkannya secara matang, Kevin,” ucapnya.Kevin terhenyak perkataan Bram ada benarnya ia harus memikirkan semua rencananya harus dengan matang-matang jika tidak ibunya sendiri tidak akan tertangkap dan akan terus menerus lepas kendali sama seperti ular yang dengan mudahnya lepas dari toples jika tidak di ikat dengan kencang.Perumpaan yang di katakan oleh Bram ketika mereka bertemu jelas membuat Kevin teringat. Ibunya saat ini sudah seperti ular yang lepas dari toples. “Aku marah kepada diriku.” Cakap Kevin.“Lalu, apa hubungannya dengan kasusmu?” tanya Bram kepada Kevin.

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Pengakuan Ferdiansyah

    Dengan perlahan Kevin mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan direktur rumah sakit. Dari dalam ruangan terdengar suara sapaan yang tidak asing di telinganya yang meminta untuk masuk. Perasaan gugup bercampur dengan ketakutan menusuk hati di dalam hati Kevin.Tring!Suara pintu terbuka Kevin melangkah masuk ke dalam dengan perasaan bercampur, ia tidak yakin sanggup untuk mengatakan yang sebenarnya. Kehidupannya sudah hancur berkeping-keping dengan masalah keluarga dari pihak ibunya sendiri.Kevin bisa melihat pamannya sendiri dan Bram yang menunggunya. “Duduk,” pinta Bram. Kevin tak lagi bisa berkutik, ia menuruti perintah Bram ketika menyadari bahwa Frederick berusaha untuk meledeknya.Frederick yang masih dalam pengaruh obat terlarang tertawa kecil, ia seperti kegirangan melihat keponakannya berada di depannya. “Hai, keponakanku,” kekeh Frederick. Kevin hampir saja menjotos laki-laki paruh baya tersebut jika Bram tidak mencegahnya.“Kalau bukan karena Bram, aku sudah memukulmu hin

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Warisan yang Di Anugerahkan

    Kevin yang setelah mendengar berita bahwa pamannya di tangkap oleh Bram dengan segera menuju rumah sakit untuk meminta keterangannya dan bagaimana ia bisa menangkapnya secepat mungkin.Miranti hanya bisa melihat kelakuan Kevin sembari tertawa kecil beberapa kali hingga membuat Kevin salah tingkah. “Tante, sudahlah,” rajuk Kevin.“Tante, tidak tertawa namun tante tertawa akan sikapmu yang masih sama seperti dahulu,” kenang Miranti yang masih ingat akan kenangan lama itu.“Pak, tolong percepat,” kilah Kevin.Supir taksi dengan segera menancapkan gasnya, ia berfokus ke jalanan yang tengah hampir padat menuju kantor kepolisian. Jarak tempuh yang harus di lalui mereka tidak memakan waktu cukup lama.Baik Kevin dan Miranti hanya bisa bertahan di tengah jalanan yang padat dengan harapan bahwa setidaknya pihak kepolisian menahan Frederick. Mereka yang sudah ketakutan hanya menunggu dengan cemas memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.Hingga akhirnya mereka semua sampai di depan rumah sa

  • Izinkan Aku Mencintaimu    Menangkap Si Kepala Ular 2

    Bram menyeringai lebar melihat Ferdiansyah yang tertangkap. “Kau ingin kabur tapi tidak melihat tempatnya. Bagaimana bisa kau lolos dari gedung ini?” tanyanya dengan cengegesan.Ferdiansyah tidak bisa berkutik lagi. “Ya. Itu salahku karena aku tidak melihat tempatnya bahwa aku ada di gedung ini,” katanya yang menghela napas secara kasar.Bram melihat kepada masing-masing petugas yang menangkapnya. “Dia mencuri apa?” tanya Bram kepada salah satu petugas.“Dia mencuri obat-obat milik rumah sakit,” ulangnya lagi dengan nada kesal.“Maksudku jenisnya. Maaf,” kata Bram yang mengklarifikasi pertanyaannya kepada mereka. “Apa sudah di cari tahu?” sambung Bram.“Kami sedang mencari tahunya jenis obat apa yang di curinya,”“Baiklah.” Ferdiansyah yang tertangkap basah akhirnya hanya bisa berdiam diri bahkan lidahnya kelu. “Bawa dia ke ruang interogasi satu,” lanjut Bram yang memberikan perintah kepada petugas polisi.“Baik, Pak,” jawab mereka. Kedua petugas tersebut akhirnya membawa Ferdiansya

DMCA.com Protection Status