Kaki Kevin melangkah maju berusaha untuk mendengar penjelasan dari Ibunya. “Siapa Danny?” ulang Kevin yang berusaha untuk mengetahui dari Ibunya langsung. Indy berusaha untuk menutupinya. “Ibu tidak kenal,” bohong Indy.“Yakin Ibu tidak mengenalnya?” ulik Kevin.Kevin yakin bahwa Ibunya menutupinya, ia yang sendiri juga semakin mendekat kepada Ibunya. Sementara itu Indy juga mulai berjalan mundur. “Ibu tidak bohong, Kevin,” bohong Indy sekali lagi.Gelora emosi membara di dalam tubuh Kevin. “Kalau Ibu berbohong terus menerus bagaimana aku bisa membela Ibu!” amuk Kevin.“Kau ingin membela aku, sementara kau sendiri saja tidak pernah mendengarkan perkataanku sendiri!” histeris Indy.Wajah Kevin mulai merah padam, ia tahu bahwa Ibunya masih tidak ingin mengatakan kepada dirinya siapa itu Danny. “Ibu tidak tahu kan aku dari mana?”“Memangnya kau darimana?” bentak Indy.Mata Kevin merah menyala menahan tangisnya yang hendak pecah seketika itu juga, hatinya hancur jika memang apa yang di
Hati Kevin hancur berkeping-keping keluarganya hancur berantakan akibat ulah ibunya sendiri ia tak mengira bahwa keluarga Ibunya menyimpan banyak sekali rahasia, ia bahkan tidak tahu sama sekali bahwa Ibunya menutupinya selama ini.Aditya sedikit takut-takut jika anaknya mengetahui akan bersikap seperti tadi. “Ayah hanya bisa berpesan jika kau memang ingin mengetahuinya, jaga sikapmu bersikaplah lebih dewasa. Berpikir dengan matang setelah mengetahuinya,” tukas Aditya.“Katakan, Ayah,” pinta Kevin.“Berjanji dulu kepada ayah,” saran Aditya.“Aku berjanji, ayah, aku akan bersikap lebih dewasa lagi,” jawab Kevin.“Ada dua orang yang bermasalah pada saat itu. Danny dan Dr. Frederick,” aku Aditya yang perlahan mulai membuka aib keluarga istrinya.Mendengar perkataan ayahnya sendiri membuat Kevin tak taha, ia akhirnya mengetahui bahkan membenarkan perkataan Bram akan ungkapan bahwa Ibunya adalah benang merah terjadinya masalah tersebut.Lidah Kevin kelu ketika mengetahui bahwa ucapan Bram
Tangan Kevin gemetar ia akhirnya menghubungi salah satu temannya yang merupakan dokter. “Tolong ayahku!” panik Kevin.Seseorang dari ujung telepon melihat tangkapan layar LCD. “Kevin?” tanya laki-laki itu yang terbangun, ia akhirnya mengangkat telepon tersebut. “Kevin, ada apa?” tanya seseorang dari ujung telepon dengan suara ngantuknya yang sangat berat.Kevin berusaha melihat situasi yang terjadi namun kondisi tersebut benar-benar membuatnya juga tidak tahu. “Ayahku mendadak pingsan, sekembali aku dari apotek, aku mendengar bunyi ‘gedebuk’ aku tak tahu jika itu ayahku,” jelas Kevin.Suara laki-laki dari ujung telepon tersebut berusaha menenangkan Kevin. “Kau pernah memompa jantung manusia?” tanya temannya.“Aku pernah melakukannya! Apalagi yang harus aku lakukan, Felix?”“Panggil Ambulans, Kevin!” balas laki-laki yang bernama Felix. Kevin akhirnya memutus teleponnya dengan Felix dan menelepon Ambulans sesuai dengan perintah temannya yang bernama Kevin itu.Felix yang tak terima akhi
Kevin yang mengetahui bahwa adiknya, Lia ambruk dengan segera memapah tubuh adiknya ke bed yang kosong. Petugas medis membantunya untuk memberikan pengobatan terhadap adik Kevin.Dokter yang melihat bahwa lukanya berada di sekitar lutut kanannya yang masih ada sisa celananya dengan segera memerintahkan suster yang ada di sisi sebelah kirinya. “Potong celananya,” sahut dokter tersebut.“Baik, dok,” jawab suster tersebut yang sudah memegang gunting, ia dengan segera memotong celana Lia yang terkena luka tersebut. Sementara dokter itu berusaha melihat beberapa perlengkapan medis.Dokter tersebut melihat suster yang sedang senggang meminta tolong untuk bisa mendekat ke arah mereka. “Kau tolong ambilkan perlengkapan medis,” perintah dokter tersebut. Suster tersebut mengambil perlengkapan medis yang berada di dekat dirinya.Dokter tersebut mengobati luka yang berada pada lutut Lia, sementara Kevin memperhatikan Lia yang di obati oleh dokter tersebut. Kevin yang tidak ingin adiknya kenapa-k
Sandra yang akhirnya bisa beristirahat bersyukur bahwa setidaknya, ia bisa memulai hidupnya dengan baru. Sandra berusaha untuk tidak memikirkan apa yang menjadi masalah Kevin.Sandra yang akhirnya sudah di pulangkan kerja oleh Tania berusaha untuk menenangkan dirinya setelah kejadian yang menimpa kehidupannya beberapa kali. Sandra sendiri berusaha untuk bisa membalas kebaikan pamannya sendiri.Sandra yang sebenarnya urung akhirnya memperhatikan handphonenya dengan seksama, ia beberapa kali ingin menghubungi Kevin namun hatinya tidak ingin berhubungan secara lebih lagi, ia paham bahwa kondisi dan suasana hatinya tak bagus.“Bagaimana ini? Aku ingin mendengar masukan dari paman,” batin Sandra. Sandra akhirnya hanya bisa mengigit bibir bawahnya seorang diri, ia yang tidak ingin panik jadi semakin kesal kepada Kevin.Sandra akhirnya hanya bisa menutupi perasaannya, ia berusaha menghubungi Tania namun ia juga menyadari bahwa setidaknya ia sudah merepotkan Tania. Namun ia sendiri juga perlu
Sandra yang terbangun dengan segar berusaha untuk menatap layar LCD yang ada di hadapannya sendiri. Dia melihat bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 07.30. “Astaga, baru hari pertama sudah seperti ini,” kata Sandra kepada dirinya sendiri.Dengan segera Sandra bangun dari tempat tidurnya, ia mengambil peralatan mandinya dan menuju ke kamar mandi. Sandra akhirnya terburu-buru untuk pergi kerja, ia akhirnya hanya mengenakan seadanya saja.Sandra yang tergesa-gesa akhirnya berjalan menuju halte bus yang akan membawanya ke tempat kerja barunya. Sandra menunggu beberapa menit hingga akhirnya bus yang membawanya tiba.Sandra melakukan pembayaran dengan menggunakan tap cash di dalam bus, ia memilih duduk di tempat yang paling depan, bus yang membawanya ke kantor berjalan dengan kecepatan standard hingga akhirnya ia sampai di sebuah gedung yang tinggi.Sandra melakukan seperti biasanya, ia menyerahkan kartu tanda penduduknya yang di ganti dengan menjadi kartu akses, memasukkan tasnya ke dalam m
Kevin yang berusaha untuk bisa santai ternyata pada kenyataannya ia juga tidak bisa santai, beberapa kali ia melihat kondisi sekitar namun tetap tidak ada orang yang mencurigakan. Dia dengan segera menuntaskan pekerjaannya.Kevin melihat jumlah makanan yang sudah sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut, selang belum lama ia melihat jam kerjanya. “Aahh aku lupa,” kata Kevin terhadap dirinya sendiri.Kevin yang lupa mentransfer sejumlah uang kepada Lia akhirnya mentransfer sejumlah uang kepada adiknya tersebut, ia mengirimkan bukti transfer tersebut bersama dengan ucapan maaf bahwa ia telat mengirimkan.Beruntung Lia sendiri sedang tidak emosi sehingga ia bisa dengan tenang melanjutkan pekerjaannya, ia yang sudah berusaha untuk tidak menggubris akhirnya mulai merasa risih dengan tatapan curiga terhadap dirinya sendiri.Kring KringHandphone Kevin berdering dengan segera ia mengangkatnya takut-takut Felix temannya memberitahu kabar mengenai ayahnya namun ternyata bukan dari Felix mel
Sandra yang kala itu baru pertama kali bekerja harus belajar secara perlahan, ia juga sebenarnya masih mengingat dengan pasti akan kuliahnya. Hari pertama bekerja membuatnya sangat lelah sementara ia sedari tadi belajar untuk menginput dan memperdagangkan.Kepala toko yang mengawasi Sandra juga senang akan kehadiran Sandra di toko, belum lama toko beroperasional mereka sudah mendapatkan pelanggan. Beberapa masuk hanya untuk melihat Sandra saja hingga membuat Sandra sendiri salah tingkah namun ia hanya menganggap itu sebagai pembelajaran saja.Kepala toko yang berada di lokasi juga senang akan kehadiran pelanggan beberapa kali pelanggan yang membeli juga memuji kencantikan Sandra. Tak ayal banyak yang menduga bahwa setidaknya pemicu kehadiran pelanggan adalah Sandra itu sendiri.Kepala toko yang baru saja menerima barang masuk keluar dari gudang belakang. “Sandra, bagaimana dengan hari pertamamu?” tanyanya. Sementara itu wajah laki-laki tersebut memandang ke arah tubuh sintal Sandra.K
Mendengar perkataan Bram membuat hati Kevin bergetar, ia akhirnya juga menguatkan hatinya untuk bisa tegar dalam menghadapi masalahnya satu per satu. Kevin akhirnya bergegas untuk melakukan hal yang bisa ia lakukan pada saat itu juga.Kaki Kevin berlari meninggalkan kantor kepolisian dan menuju rumah sakit. Kevin mencegah taksi yang lewat tengah malam tersebut dan memintanya untuk mengantarkan dirinya ke rumah sakit.Kring..Kring…Handphone yang ia bawa selama kurang lebih dua jam tidak berbunyi pada akhirnya berbunyi juga. Kevin mengambil handphonenya dan melihat layar LCD, di tangkapan layar ia bisa melihat bahwa Lia menghubunginya. “Halo,” sapa Kevin.“Hei, dimana?”“Aku dalam perjalanan,” ucapnya.Lia melihat kepada ayahnya yang meminta untuk menelepon Kevin. Lia sendiri mengigit bibirnya ragu untuk memberitahu kepada kakaknya sendiri sementara Aditya berusaha membujuk Lia untuk memintanya datang.Lia sendiri tidak bisa berkata-kata lagi. Sementara di ujung telepon Kevin sudah hen
Johana yang sedikit lega dengan pemberitahuan mereka berdua dengan mantap masuk bersama ke dalam kantor kepolisian. Erick yang di tugaskan kembali ke TKP, akhirnya memberanikan diri untuk menyerahkan bukti.Erick yang baru pertama kali bertemu dengan Johana, tergagap bahkan ia sendiri salah tingkah. “Aku baru dari TKP. Kami meminta salinan sebagai bukti,” cakapnya berbasa-basi. “Kau bisa melihatnya di atas,” senyum Erick.Johana yang mendengarnya melongo. “Woah. Kerja bagus. Mana?” tanya Johana sembari memuji tindakan Erick.“Akan aku berikan diatas, jika disini bisa saja nantinya dikira hal apa,” cetusnya.“Baiklah.”Johana, Erick dan Kevin masuk ke dalam ruangan yang dapat mereka akses masuk ke dalam ruangan secara leluasa. Erick sendiri bahkan memberikan jalan terlebih dahulu kepada Johana.Kevin merasa aneh dengan sikap Erick yang seolah-olah baru saja jatuh cinta pada pandangan pertama. Bahkan Erick juga mengarahkan jalan kepada Johana. “Lewat sini,” cakapnya. Johana dan Kevin me
Heru yang sudah tahu kebiasaan Sandra akhirnya menerobos masuk di ikuti dengan Anita dan Agus bahkan di susul Tania. “Kau ini! Kenapa sih tidak pernah memberitahu aku? Sudah aku bilang, anggap aku ayahmu,” ceramahnya.Heru membuka selimut Sandra yang menutupi dirinya tersebut. “Bagaimana, Paman, menemukanku?” cakapnya yang memberengut kesal kepada pamannya sendiri.Tak!Heru saking kesalnya akhirnya menjitak kepala keponakannya sendiri. “Argh, sakit,” erang Sandra. Lia yang melihatnya tertawa kecil, ia tahu bahwa perbuatan Sandra barusan di balas oleh pamannya sendiri.Lia perlahan keluar bersama dengan ayahnya membiarkan mereka untuk ikut ambil bagian. Dari luar pintu Lia menutup pintu tersebut secara perlahan. Aditya yang sudah berumur memandang putrinya yang masih memegang di sampingnya.Dari kejauhan mulai terdengar derap langkah kaki yang berlarian di selasar ruangan menuju ruangan Sandra di rawat. “Pak Ketua, Anda kemana saja?” tanya suster kepala yang memegang kening kepalanya
Mereka yang memandangi tidak tahu lagi suasan jelas menengangkan. “Ada apa?” tanya Kevin yang mencairkan suasana di ruangan.Dokter tersebut enggan untuk memberitahunya, ia juga tidak tega harus mengatakannya. Dokter tersebut menatap lama kepada Kevin dan bergantian ke sekeliling ruangan. “Katakan saja,” desak Kevin yang tidak sabaran.Bram sendiri mengernyitkan dahinya, ia juga belum memahami situasi yang terjadi. Dirinya baru mendengar dari Kevin. “Sebenarnya apa yang terjadi?” ucap Bram yang membutuhkan klarifikasi kepada Kevin.Kevin menelan salivnya. “Pak Bram, kami sebenarnya sedang menyelidiki suntikan apa yang di berikan oleh ibuku. Dan, aku tidak tahu bahwa hasilnya akan secepat yang tidak aku pikirkan,” oceh Kevin dengan sendirinya.“Jadi kau berusaha menyelidikinya?” tanya balik Bram.“Ya.”Bram menatap kepada dokter tersebut. “Katakan saja apa isi dari suntikan yang di berikan si ‘viper’,” ejek Bram yang melirik kepada Indy.“Kalian tidak apa-apa jika aku memberitahunya?”
Dengan tegap dan mantap Kevin akhirnya menuju pos keamanan bersama dengan Felix,. Baik Kevin dan Felix berjalan hingga langkah kaki tersebut sampai di depan pos keamanan. Beberapa kali Felix mengetuk pintu untuk mengunjungi penjahat yang akhirnya tertangkap basah.Clek!Petugas keamanan membukakan pintu, ia memberi salam kepada Felix. “Permisi, Pak,” balas sapa Felix. “Boleh masuk?” tanyanya dengan sopan.“Silakan,” sahutnya yang memberikan jawaban kepada Felix.Felix dan Kevin masuk melangkah ke dalam kantor keamanan rumah sakit. Dari kejauhan Kevin sudah bisa melihat bahwa ibunya sudah ada di dalam kantor keamanan. Kevin menyenggol Felix untuk menanyakannya. “Sudah berapa lama ibuku di sini?” tanya Kevin.Felix terdiam sejenak memikirkan setelah kejadian yang terjadi di ruangan, ia bergumam, “Mungkin hampir dua jam,” jawabnya memberi tahu.Kevin meringsek maju ke depan berupaya untuk melihat kondisi Ibunya sendiri yang sudah mulai menatap dirinya. Kevin berjongkong di hadapan Ibunya
Kevin yang mengamuk akhirnya hanya bisa keluar dari kantor polisi. Bram mengejarnya untuk bisa menenangkan Kevin. “Kevin!” panggil Bram namun Kevin tidak menggubrisnya.Sekali lagi Bram mencegah kegilaan Kevin, kakinya berderap mendekati Kevin. “Hei! Tatap aku!” kesal Bram.Dengan marah Kevin menyentak tangan Bram yang memegangnya. “Apa lagi?” tanya Kevin dengan setengah berteriak.“Apa yang akan kau lakukan? Kau memikirkannya secara matang, Kevin,” ucapnya.Kevin terhenyak perkataan Bram ada benarnya ia harus memikirkan semua rencananya harus dengan matang-matang jika tidak ibunya sendiri tidak akan tertangkap dan akan terus menerus lepas kendali sama seperti ular yang dengan mudahnya lepas dari toples jika tidak di ikat dengan kencang.Perumpaan yang di katakan oleh Bram ketika mereka bertemu jelas membuat Kevin teringat. Ibunya saat ini sudah seperti ular yang lepas dari toples. “Aku marah kepada diriku.” Cakap Kevin.“Lalu, apa hubungannya dengan kasusmu?” tanya Bram kepada Kevin.
Dengan perlahan Kevin mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan direktur rumah sakit. Dari dalam ruangan terdengar suara sapaan yang tidak asing di telinganya yang meminta untuk masuk. Perasaan gugup bercampur dengan ketakutan menusuk hati di dalam hati Kevin.Tring!Suara pintu terbuka Kevin melangkah masuk ke dalam dengan perasaan bercampur, ia tidak yakin sanggup untuk mengatakan yang sebenarnya. Kehidupannya sudah hancur berkeping-keping dengan masalah keluarga dari pihak ibunya sendiri.Kevin bisa melihat pamannya sendiri dan Bram yang menunggunya. “Duduk,” pinta Bram. Kevin tak lagi bisa berkutik, ia menuruti perintah Bram ketika menyadari bahwa Frederick berusaha untuk meledeknya.Frederick yang masih dalam pengaruh obat terlarang tertawa kecil, ia seperti kegirangan melihat keponakannya berada di depannya. “Hai, keponakanku,” kekeh Frederick. Kevin hampir saja menjotos laki-laki paruh baya tersebut jika Bram tidak mencegahnya.“Kalau bukan karena Bram, aku sudah memukulmu hin
Kevin yang setelah mendengar berita bahwa pamannya di tangkap oleh Bram dengan segera menuju rumah sakit untuk meminta keterangannya dan bagaimana ia bisa menangkapnya secepat mungkin.Miranti hanya bisa melihat kelakuan Kevin sembari tertawa kecil beberapa kali hingga membuat Kevin salah tingkah. “Tante, sudahlah,” rajuk Kevin.“Tante, tidak tertawa namun tante tertawa akan sikapmu yang masih sama seperti dahulu,” kenang Miranti yang masih ingat akan kenangan lama itu.“Pak, tolong percepat,” kilah Kevin.Supir taksi dengan segera menancapkan gasnya, ia berfokus ke jalanan yang tengah hampir padat menuju kantor kepolisian. Jarak tempuh yang harus di lalui mereka tidak memakan waktu cukup lama.Baik Kevin dan Miranti hanya bisa bertahan di tengah jalanan yang padat dengan harapan bahwa setidaknya pihak kepolisian menahan Frederick. Mereka yang sudah ketakutan hanya menunggu dengan cemas memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.Hingga akhirnya mereka semua sampai di depan rumah sa
Bram menyeringai lebar melihat Ferdiansyah yang tertangkap. “Kau ingin kabur tapi tidak melihat tempatnya. Bagaimana bisa kau lolos dari gedung ini?” tanyanya dengan cengegesan.Ferdiansyah tidak bisa berkutik lagi. “Ya. Itu salahku karena aku tidak melihat tempatnya bahwa aku ada di gedung ini,” katanya yang menghela napas secara kasar.Bram melihat kepada masing-masing petugas yang menangkapnya. “Dia mencuri apa?” tanya Bram kepada salah satu petugas.“Dia mencuri obat-obat milik rumah sakit,” ulangnya lagi dengan nada kesal.“Maksudku jenisnya. Maaf,” kata Bram yang mengklarifikasi pertanyaannya kepada mereka. “Apa sudah di cari tahu?” sambung Bram.“Kami sedang mencari tahunya jenis obat apa yang di curinya,”“Baiklah.” Ferdiansyah yang tertangkap basah akhirnya hanya bisa berdiam diri bahkan lidahnya kelu. “Bawa dia ke ruang interogasi satu,” lanjut Bram yang memberikan perintah kepada petugas polisi.“Baik, Pak,” jawab mereka. Kedua petugas tersebut akhirnya membawa Ferdiansya