Share

Lebih Dari Teman

last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-26 17:54:58

Bobby mengambil duduk di seberang Alleya dan Rudy. Tak berapa lama, Bima menyusul duduk di sofa tepat di sebelah Rudy. Alleya memutar-mutarkan bola matanya. Kesal? Jelas. Sebal? Sangat. Mengapa pada datang kemari sih? Alleya menggerutu tidak jelas. Ia masih belum bisa memaafkan kelancangan kakak sulungnya, dan sekarang tanpa memberi tahu dirinya, kakaknya itu datang dengan mengajak pria yang hendak dijodohkan dengan diriya.

"Ada apa kemari? Nggak ada kerjaan apa?" Suara ketus Alleya membuat Bima mengernyit tidak senang.

"Al!" Seru Bima. "Tidak sopan."

"Tidak sopan mana antara Alleya dengan Kakak? Menceritakan rahasia adiknya sendiri ke orang lain?"

"Tapi, Al... Niat Kakak'kan baik. Dari pada kamu dengan si pengacara oon itu..." Bima membela dirinya.

"Dari mana Kakak tahu kalau apa yang Kakak lakukan itu akan membuat hidup Al lebih

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • It's Me, Your Wife   Panggilan Dari Nomor Asing

    Alleya terperangah mendengar ucapan Bobby. Pria ini sudah gila. Ia menggelengkan kepalanya berulang. "You are insane! Totally insane." Alleya menatap Bobby sekilas, memutar tubuhnya membelakangi hingga sekarang dirinya membelakangi Bobby. Bobby terkekeh. "Kamu benar. Aku memang gila. Aku harus menjadi gila dulu agar kamu tahu jika aku ingin memiliki hubungan lebih dari sekedar temen denganmu, Al." Alleya kembali menghadapkan tubuhnya ke arah Bobby. "Tsk. Kamu ini. Berapa lama kamu mengenal aku? Berapa kali aku memberikan jawaban yang sama denganmu? Apa kamu tidak juga paham?" "Mengapa? Mengapa tidak bisa? Apa yang kau lihat darinya? Apa kurangnya aku dibanding dia?" "Sebentar. Kita tidak sedang membicarakan Aditya di sini. Aku hanya memintamu untuk tidak ikut gila seperti kakakku." "Aku tidak membenci Adit

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27
  • It's Me, Your Wife   Maafkan Aku

    Aditya terus saja menghujani pertanyaan pada si penelpon yang kini justru diam membisu. "Siapa kau?" Aditya kembali melihat ke layar ponselnya. "Temui aku di tempat yang dulu kau menerima begitu banyak pukulan dari orang terdekat Alleya. Jam tujuh malam." Kemudian telpon itu mati. Aditya terus memanggil-manggil si penelpon namun telpon itu sudah mati. Ia berusaha menghubungi balik si penelpon tapi nomor itu sudah tidak aktif. Aditya mengumpat kesal. Siapa penelpon itu? Dari mana dirinya tahu nomor telponnya. "Erlin." "Siap, Pak. Ada perintah?" Erlin dengan sigap menjawab panggilan atasannya dan kini sudah berdiri bersiap di depan meja Aditya. "Apakah nanti malam ada jadwal makan malam dengan klien?" "Sebentar, Pak. Saya lihat di buku agenda dulu."

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27
  • It's Me, Your Wife   Enggan Untuk Menemui

    "Aku sudah berusaha mencarimu, tapi tampaknya kamu sangat sibuk belakangan ini." Aditya menatap Alleya yang masih saja menghindari tatapannya. Situasi mereka saat ini sangat canggung, tidak leluasa untuk menyelesaikan salah paham mereka. "Aku pikir, kita perlu waktu khusus agar kita bisa lebih bebas untuk berbicara. Maksudku, aku ingin menjelaskan semuanya padamu, dan terlebih lagi..." "Tidak perlu. Aku rasa tidak perlu." Alleya langsung memotong perkataan Aditya yang belum selesai. "Itu sangat perlu untuk dijelaskan. Aku tidak ingin masalah yang ada menggantung dan akan menjadi penghambat urusan kita ke depannya. Mari kita selesaikan semuanya dengan kepala dingin, tanpa melibatkan emosi sedikitpun." Aditya menatap dalam tepat ke manik mata Alleya. Kali ini, Alleya merasa enggan untuk berdebat. "Lain waktu. Aku akan membuat jadwal khusus a

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29
  • It's Me, Your Wife   Dengarkan Aku!

    "Untuk apa kamu datang kemari?" Suara ketus Alleya menyapa Aditya. Rudy perlahan bangkit. "Yang dicari sudah datang. Om tinggal dulu." Aditya bediri dan mengangguk lalu kembali duduk di kursinya. "Al?" Aditya merasa salah tingkah. Ia idak mengira jika Alleya masih enggan untuk menemui dirinya. Ia pikir Alleya sudah mulai kembali menerima keberadaannya. Peringatan dari kakak Alleya kemarin ternyata terbukti. Gadis yang ia anggap lemah dan mudah diajak kompromi, ternyata begitu sulit untuk dijinakkan. Aditya melihat wajah Alleya yang tampak aneh menurutnya. Bukan wajah, lebih tepatnya, mata gadis itu tidak seperti biasanya. "Bisa tidak kita jalan-jalan sebentar. Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu?" Alleya mendengus. Entah mengapa dirinya merasa sangat kesal. Ingin rasanya mengusir pria di depannya, tapi di sudut hatinya ada sedikit rasa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • It's Me, Your Wife   Beri Aku Kesempatan

    Pramusaji mengetuk pintu ruang sebelum masuk dan mulai meletakkan semua pesanan Alleya. Aditya dan Alleya terdiam membisu, menunggu pramusaji menyelesaikan tugasnya. Setelah pramusaji ke luar dari ruangan itu, Aditya memulai penjelasannya. "Pertama, Alleya. Aku minta maaf. Kakak minta maaf. Hari itu, Kakak membiarkanmu pulang sendiri. Kakak sangat menyesal. Kakak baru sadar jika Kakak sudah melakukan hal yang sangat tidak terpuji, membiarkanmu pulang sendiri. Maaf karena hari itu juga Kakak mengabaikanmu. Percayalah, begitu mengetahui dirimu sudah tidak ada lagi di gedung itu, Kakak langsung bergegas mencarimu dan menyusulmu ke ruko, tapi kamu tidak ada." Alleya menggerutu dalam hati. Menyesal? Tapi mengapa malah keterusan sama cewek itu? "Hari-hari selanjutnya Kakak terus berusaha menunggumu di depan ruko, tapi kamu tidak pernah ada. Menurut asistenmu itu, kamu sedang ada uru

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • It's Me, Your Wife   Hanya Satu Kesempatan

    "Beri aku kesempatan untuk belajar mencintaimu." Tatapan Aditya begitu memohon, membuat Alleya berdecih kesal. "Kesempatan seperti apa yang kakak inginkan?" "Biarkan aku mendekatimu, mak-maksudku aku akan melakukan pendekatan padamu seperti awal-awal perkenalan kita dulu." Alleya terdiam. Memang bisa hal seperti itu dipaksakan? Bodo, ah! Terserah dia aja mau ngapain. Orang nggak rugai apa-apa, untung malah, ditraktir teruus. Alleya tersenyum simpul, penuh akal bulus. "Terserah, Kakak aja. Tapi, aku hanya memberi satu kesempatan, tidak ada kesempatan yang kedua, dan yang penting dari semua itu, jangan pernah minta ditraktir balik!" Alleya beranjak dari duduknya, hendak pulang. "Iya, iya. Kamu tenang aja. Tapi ini .. Ini kamu mau ke mana?" Aditya buru-buru menyelesaikan makannya. "

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • It's Me, Your Wife   Tiga Hari, Empat Malam

    Abraham bergegas mendatangi Lisa, istrinya yang tengah menyiapkan kemeja yang hendak dikenakan Abraham untuk meeting satu jam lagi. Untungnya, pertemuan bisnis hari ini diadakan di hotel yang sama dengan tempat mereka menginap, jadi Lisa tidak perlu terburu-buru menyiapkan semua kebutuhan Abraham. "Ma! Mama!" Suara Abraham terdengar sedikit panik, mencari-cari Lisa. "Ada apa, Pa! Tenang. Kemeja dan jas sudah siap. Sudah licin. Habis dianterin petugas laundry hotel barusan." Lisa melangkah ke meja di depan tempat tidur, mengambil tas kerja Abraham lalu melangkah ke arah Abraham yang terlihat tergesa menghampirinya. "Bukan. Bukan itu! Mama nanti, setelah Papa ke luar buat ngikutin meeting, harus sesegera mungkin beberes!" "Loh loh loh?? ... Memang kenapa, Pa? Mama kan belum sempet beli oleh-oleh untuk Rita sama Alleya?" "Sudah, ngikutin

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • It's Me, Your Wife   Dan Aku Tidak Bangga Padanya

    Aditya terpaku di tempatnya berdiri. Ucapan Abraham menciutkan nyalinya saat itu juga. Amarah sang papa dapat dengan jelas ia lihat dan rasakan. Terdengar langkah kaki dari dalam yang terdengar terburu-buru. "Ada apa, Pa? Kenapa Papa berteriak-teriak marah seperti itu? Apa ada orang yang tidak dikenal datang kemari?" Lisa menghampiri Abraham dan segera mengelus punggung suaminya, menenangkan amarah Abraham yang sangat kentara dari nada suaranya. "Mama lihat sendiri. Ada tamu tak diundang yang datang malam-malam begini." Abraham melangkah mendekati kursi yang ada di sebelah kanannya, lalu mendudukkan dirinya di sana. Lisa mengikuti arah telunjuk Abraham. Bibirnya seketika ternganga, kedua tangannya langsung menutup mulutnya. Ekspresinya berubah drastis. Wajah sendu kini yang terlihat. Gumpalan air mata mulai terbentuk di kedua sudut matanya. "A-Adit... Adit-tya...

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-02

Bab terbaru

  • It's Me, Your Wife   Extra Part 6 (End)

    "Apan sih? Pagi-pagi gini sudah membicarakan hal yang sangat membosankan! Cari topik lain kenapa?" Aditya menggerutu. Dirinya malas sekali jika sang istri mulai membicarakan hal yang sama setiap pagi. Sebenarnya Aditya sendiri sudah mulai memikirkan permintaan papanya itu. Melihat Abraham yang kian hari kian terlihat lelah, membuat Aditya mulai memikirkan permintaan sang papa. Akan tetapi, dirinya masih tetap diam, tidak mengatakan apa pun kepada Alleya maupun Abraham."Ya sudah, kalau tidak bersedia. Jika suatu hari papa marah besar padamu karena aku jatuh sakit akibat kelelahan, aku tidak akan lagi membantumu. Dan jika sampai mama juga ikut mengutukmu karena sudah membahayakan calon pewaris perusahaannya, aku juga tidak akan mencegahnya," ujar Alleya bangkit dari duduknya lalu meletakkan sesuatu di atas meja riasnya.Apa maksudnya? Aditya menatap kepergian Alleya. Ia mengikuti gerak-gerik Alleya, dan gerakan All

  • It's Me, Your Wife   Extra Part 5

    Pintu kamar VIP itu terbuka secara perlahan. Alleya menatap ke arah pintu kamar yang sudah terbuka setengah, menanti penampakan sosok yang masih berdiri di luar. Alleya menatap Aditya yang melangkah pelan memasuki kamar rawat inap Abraham. Kedua netra pria itu, menatap Alleya yang kala itu tampak begitu bingung."Ada apa?" Bisik Aditya begitu pria itu berdiri tepat di samping Alleya. Saat Alleya hendak menceritakan hal yang tengah terjadi, tiba-tiba suara sinis Abraham menyentil telinga Aditya."Hmm, kemana saja kamu? Sudah selesai mengurusi pacar modelmu itu? Rubah betina tak tahu diri!"Aditya memandang Alleya dengan ekspresi bingung. Alleya mengedikkan kedua bahunya, sama-sama tidak mengerti dengan semua yang sedang terjadi di ruangan itu."Selamat Pagi, Pa! Sudah lebih baik dari kemarin kan?" Aditya mengabaikan pertanyaan Abraham, berjalan ke sisi kanan pembaring

  • It's Me, Your Wife   Extra Part 4

    Aditya memutar badannya, menghadap ke arah asal suara yang menyerukan namanya barusan. Sosok cantik Alleya memaku tatapan Aditya. Gelayar aneh merambat halus namun pasti, memenuhi relung hatinya. Seulas senyum terbit di kedua ujung bibir Aditya. Sekali lagi, ia mengucap syukur dalam hati, karena memiliki istri yang begitu cantik seperti Alleya. Suara pantofel setinggi lima sentimeter yang membungkus apik kedua kaki Alleya, menggema di ruangan itu. "Bagaimana, Papa?" tanya Alleya sesaat setelah dirinya tiba di depan Aditya dan keningnya dikecup Aditya dengan penuh perasaan. Alleya berusaha menekan dan mengendalikan dirinya yang rasa-rasanya ingin melompat dan melayang saat itu juga, mendapatkan perlakuan manis dan romantis dari Aditya. Senyum manis mengembang sedikit kaku, menutupi kegugupannya. Aditya bergeming tanpa mengalihkan pandangannya dari Alleya. "Sudah berhasil melewati masa kritis

  • It's Me, Your Wife   Extra Part 3

    "Berapa peluang pasien hidup, Dok?" Aditya berusaha meredam emosinya. Pria muda itu belum siap jika saat ini ia harus kehilangan salah satu dari orang tuanya. Masih banyak yang perlu ia lakukan untuk memperbaiki hubungannya dengan sang papa. Dokter Irfan tidak langsung menjawab. Pria tinggi berkulit putih dengan kacamata tanpa frame yang bertengger sempurna di hidung mancungnya, menatap Abraham yang sedang tertidur begitu pulas. Aditya sungguh tidak sabar menunggu jawaban meluncur mulus dari bibir tipis sang dokter. Jantungnya tidak bisa diam, berdegup tak beraturan, membuat dirinya berada jauh dari kata nyaman. Dalam sekali tarikan nafas, dokter muda itu, yang usianya terpaut tidak begitu jauh dengan Aditya, menjawab singkat pertanyaan Aditya. "Sembilan puluh persen." Mata Aditya terbelalak. Tidak percaya dengan indera pendengarannya, Aditya kembali memastikan jawaban sang dokter. Ia

  • It's Me, Your Wife   Extra Part 2

    Aditya terbangun dari tidur lelapnya ketika suara teriakan Lisa yang memanggil namanya menggema dari lantai bawah. Ia segera bergegas turun dari pembaringannya, mengambil mantel tidur, mengenakannya sambil berjalan tergesa ke luar dari kamar. Berbagai bayangan buruk melintas dibenaknya, membuat langkahnya semakin ia percepat. Setengah berlari Aditya menuruni anak tangga, menuju ke kamar kedua orang tuanya. Diketuknya pintu kamar orang tuanya. "Ma! Mama! Ini Aditya, Ma! Buka pintunya, Ma!" Aditya setengah berteriak sambil terus mengetuk pintu kamar di depannya. "Masuk, Nak! Papa...." Suara Lisa terdengar masih terisak. Tanpa menunggu lama, Aditya langsung masuk ke dalam kamar itu, menatap sekeliling, mencari sosok yang baru saja disebut oleh mamanya. Tidak ada. Ke mana papa? "Papa di mana, Ma? Ada apa dengan Papa, Ma?"suara Aditya sed

  • It's Me, Your Wife   Extra Part

    Aditya terus menatap Alleya yang masih berusaha melepas pernak-pernik yang menempel pada kepalanya. Dirinya masih tidak percaya dengan yang kenyataan yang ia terima hari ini. Selama ini, Alleya telah membohonginya. Gadis itu telah menyembunyikan wajah cantiknya di balik sebuah topeng buruk rupa, dan hal itu, telah berhasil mengecohnya. Aditya melangkah mendekat ke tempat Alleya yang hendak membersihkan wajahnya dari make up yang masih menempel di wajahnya. Ia menghentikan langkah kakinya, ketika Alleya bangkit dari duduknya, berjalan menuju toiletries lalu mulai membasuh wajahnya dengan sabun muka. Lima menit kemudian, Alleya kembali duduk di depan meja rias dan mulai membersihkan sisa make up yang masih tertinggal di wajahnya. Tatapan Aditya terus saja mengikuti kemana saja gadis itu bergerak. Ia mulai kembali melangkah mendekat ke arah Alleya. Kini, ia telah berdiri tepat di belakang gadi

  • It's Me, Your Wife   It's Me, Your Wife (End)

    "Khilaf?" Sekali lagi Lisa mengulangi pertanyaannya. "Apa maksudnya itu, Dit?" Lisa berjalan mendekat Aditya dengan langkah yang sedikit sempoyongan. Dirinya masih terkejut dengan pernyataan putra semata wayangnya itu. "Ah, Mama! Maksud Aditya bukan begitu. Aditya ingin memajukan tanggal pernikahannya. Tidak usah menunggu tanggal 9, tapi langsung dimajukan minggu depan saja, tanggal 2." Alleya semakin terkejut. "Ngomong apa sih?? Mana boleh seperti itu? Butuh persiapan dan rencana matang. Ini bukan hanya ngucap ijab aja terus selesai. Nggak seperti itu." Alleya mati-matian menolak ide Aditya yang menurutnya sangat gila itu. "Boleh!" Ucapan Rudy membuat Alleya tambah merana. Ia tidak mengira jika sang papa justru menyutujui ide Aditya, si Balok Es. "Papa! Kok Papa setuju sih? Kan nggak mungkin bisa..." sanggahan Alleya terputus dengan kalimat Rudy berikutnya

  • It's Me, Your Wife   Khilaf

    Nafas Alleya memburu. "Pengacara nggak ada akhlak! Main nyosor aja... Nggak punya sopan santun!" Teriakan Alleya terdengar Nara hingga wanita itu ke luar dari ruang keluarga, mendekat ke arah Aditya dan Alleya yang berdiri saling berhadapan, dengan jarak yang begitu dekat. Nara yang sejak tadi sudah sangat penasaran dengan penampilan Alleya yang namanya sempat disebut Aditya, terkejut ketika pandangannya jatuh di wajah Alleya. Apa?!! Gadis seperti ini yang akan menikah dengan Aditya? Wajah begitu buruk, sangat jauh dari wajahnya, mengapa bisa memenangkan hati Aditya dan kedua orang tuanya? Nara semakin terkejut, ketika ingatannya membawa dirinya ke pertemuan dengan Alleya beberapa waktu lalu di warung soto, ketika ia dan Aditya sedang sarapan pagi bersama. Saat itu Alleya juga tidak sendiri. Gadis itu datang bersama seorang pria yang tidak kalah tampan dengan Aditya. "Ka-Kauu, All-leya?" Nara benar-benar tid

  • It's Me, Your Wife   Kesalahpahaman

    Rudy memacu mobilnya dengan kecepatan yang lumayan. Semula hanya Rita yang merasa khawatir berlebih. Namun, ketika dirinya sendiri mencoba menghubungi sahabat masa kecilnya itu, dan tidak juga mendapat tanggapan, membuat dirinya mulai merasa cemas. Ryan memilih untuk pulang terlebih dulu, dan akan datang lagi setelah ada kepastian tanggal pernikahan adiknya. Sepanjang perjalanan, Rita terus mecoba menghubungi Lisa, meski respon yang ia terima tidak berubah. Berulang kali dirinya melirik Alleya, berharap putrinya itu berhasil menghubungi Aditya, tapi kenyataannya tetap sama. "Tenang, Ma. Sebentar lagi kita akan sampai di rumah Abraham. Sebentar lagi, Papa akan menghujani pria itu dengan beratus pukulan, karena sudah berani membuat kita semua khawatir." Mobil Rudy akhirnya, berhenti tepat di depan gerbang bercat putih yang tinggi menjulang. Pintu gerbang itu terbuka, me

DMCA.com Protection Status