“Mikir apa bang…?” seorang gadis cantik berkulit putih, dengan rambut lurus panjang dan hidung mancung kecil sudah berada di sisi pemuda tampan, yang baru saja memangkas brewoknya. Pemuda yang ternyata Aldi adanya dan sedang termenung kaget, di sampingnya sudah ada Larisa, sambil bawakan minuman dingin.“Risa…aku sedang mikir, kapan perang ini akan berakhir, terlalu banyak warga tak berdosa jadi korban,” Aldi pun menceritakan bagaimana mirisnya ia melihat para pengungsi yang jadi korban kebrutalan serdadu zionis.Menatap Larisa, Aldi harus akui, inilah wanita paling cantik yang pernah dia kenal. Sesaat dia lupa dengan Ameena, Athalia dan juga istrinya Bianti di Indonesia.Larisa yang baru saja berultah ke 18 tahun benar-benar gadis yang sempurna, tinggi semampai dengan kulit bak bule, tapi wajah khas Timur Tengah.Aldi langsung ucap istigfhar. “Kacau, dua darah ‘raja wanita’ bikin aku begini,” keluh Aldi pusing sendiri. Larisa terlihat ikutan menghela nafas. “Entahlah Bang, agakny
Pengalamannya sebagai pejuang membuat insting Aldi terasah dengan baik, dia sudah merasakan ada sesuatu yang akan terjadi di kafe ini.“Aku harus hati-hati, agaknya bakal terjadi sesuatu di sini,” batin Aldi, sambil mulai menatap secara hati-hati orang-orang yang berada di kafe ini.Namun, dua orang yang sejak tadi mengamati mereka berdua, sudah tak terlihat lagi, pergi diam-diam dari sini.Larisa yang tak menyadari hal ini terlihat enjoy saja, dia menikmati berada di kafe ini dengan pemuda yang dia kagumi.Hatinya terlampau senang, bisa siang malam bersama pemuda tampan tajir ini. Walaupun sampai kini Aldi belum cerita apapun soal keluarganya di Indonesia.Larisa tahunya Aldi teman dekat Abangnya sejak sama-sama kuliah di sebuah perguruan tinggi di Mesir da keduanya juga angkat saudara.Setelah menikmati suasana kafe, Aldi pun mengajak Larisa beranjak dari sana. Larisa pun tanpa ragu menggandeng tangan Aldi menuju ke parkiran.
“Tunggu, kalau kalian ingin uangku, ku minta lepaskan sekarang juga Larisa, dia tak tahu apa-apa!” Aldi kembali gunakan kecerdikan untuk ulur waktu.Sebauh rencana nekat sudah tersusun di otak pemuda ini. Aldi sudah paham, kalau lambat bertindak, selesailah dirinya dan Larisa di sini. Si kumis kini mendekati Aldi sambil jongkok. “Sudah ku bilang, kamu bukan dalam posisi ngatur aku dan anak buahku bangsat!” kembali sebuah tamparan keras si kumis layangkan ke pipi Aldi.Luar biasa marahnya Aldi kini, kesabarannya benar-benar di uji. Si kumis lalu ambil sebuah laptop yang dibawakan anak buahnya.Dia rupanya sudah menyiapkan ini, transfer jumbo tak bisa dilakukan dengan ponsel, sebab pasti ada password khusus. Selain kombinasi angka dan hurup, juga sidik jari serta wajah.“Sekarang kuminta kamu pindahkan semua sisa uang-uang kamu tersebut ke rekeningku ini. Jangan buang waktu, aku malas berdebat, ku beri waktu 5 menit, bila tak kamu lakukan, di sinilah akhir perjalanan kamu ini bersama
Kita tinggalkan sejenak Aldi yang sudah berbulan-bulan berada di Mesir, kita kembali ke Pangkalan Bun, menemui tokoh lainnya, Bianti.Semenjak Aldi berangkat ke Mesir, awalnya komunikasi keduanya lancar-lancar saja, tapi setelah Aldi ke Palestina, komunikasi terputus.Apalagi Aldi sempat tertangkap pasukan zionis dan ponselnya di ambil, lalu ponsel itu lenyap tak tak tentu rimba setelah penangkapan tersebut.Komunikasi keduanya pun benar-benar putus. Bianti memaklumi, walaupun hatinya was-was juga. Terlebih kini dia sudah berbadan dua.Tapi dia tak mau berpikiran terlalu negatif, dia yakin Aldi kelak pasti akan pulang dengan selamat dan berkumpul lagi.Semakin hari perut Bianti semakin besar, seiring usia kandungannya yang makin tua. Hingga tak terasa sudah hampir waktunya dia melahirkan.Tragedi yang tak disangka-sangka pun terjadi...!Aldi dan Bianti lupa, musuh besar mereka tak pernah tinggal diam, apalagi semenjak rumah besar itu diambil alih keduanya. Dendam membara membuat mu
“Pah lihat deh, lucu yaa bayi kembar penganten, tapi yang satunya tampan banget kayak bulay, yang satunya agak gelap kulitnya?”Seorang wanita yang tetap terlhat cantik jelita dengan pakaian fashionable ini menunjuk dua orang suami istri, yang sedang kerepotan menggendong dua anak mereka yang masih bayi.Banyak yang tahu nama mereka, tapi jarang ada yang melihat langsung sosok keduanya.Sehingga pasangan sepadan ini bisa jalan santai tanpa di ganggu orang yang ingin kenalan, atau malah minta foto bersama. Dua orang pengawal keduanya terlihat menjaga jarak, sekaligus tetap waspada.Karena mereka berdua adalah salah satu orang terkaya di Republik ini…!Hari ini Celica dan Gibran Harandy suaminya berencana akan terbang ke Singapura melalui Bandara Soetta.Namun tanpa di duga semua penerbangan tertunda sampai batas waktu yang belum di ketahui, karena cuaca buruk --hujan deras dan angin kencang--.Termasuk penerbangan private jet mereka ikutan delay.Dariada bete di ruang tunggu, Celica la
Kita tinggalkan dulu perjalanan salah satu keturunan Harnady dan Darham, yang kini secara tak sengaja kembali ke Palembang, di bawa orang tua angkatnya Masna dan Tito.Di mana dulu kakek buyutnya Marlan Darham kabur dari Pangkalan Bun dan menikah dengan orang sana, yang melahirkan mendiang neneknya, Renita Darham.Kita kembali ke Timur Tengah, di mana sang ayah kandungnya sudah beberapa bulan berada di sini dan sama sekali tak tahu tragedi yang menimpa istrinya.Sejak lolos dari para penculik bersama Larisa, jiwa Aldi yang dipenuhi kemarahan ingin buat perhitungan dengan musuh-musuhnya tersebut.Jiwa pendendamnya memang masuk kategori akut dan tak puas kalau belum menghajar mereka, seperti yang ia lakukan pada si kumis cs.Berbekal informasi yang si kumis berikan dan hampir sebulan memantau sekaligus cari info, Aldi menuju ke sebuah tempat. Aroma kemarahan sudah terlihat di wajahnya yang dingin.Tempat ini sebenarnya sebuah kafe tertutup, yang hanya didatangi orang-orang tertentu. Let
“Om, aku bukan wanita seperti yang om kira. Aku gadis baik-baik!”Rachel mengiba sambil berjongkok di ujung ranjang kamar hotel mewah ini. Di hadapannya, seorang pria hidung belang tengah menatapnya dengan mata berkabut gairah.Kehormatannya dalam bahaya, usai dia dikhianati kekasihnya sendiri. Kekasih yang dia kira akan memberinya pekerjaan, nyatanya malah menjualnya pada pria tambun yang ada di depannya saat ini. “Dengar, cantik. Kamu ini sudah dijual kekasihmu pada Om. Lagipula, uang 15 juta bisa kamu bawa pulang setelah ini. Jadi, jangan menolak.”Setelahnya, tanpa menunggu Rachel menjawab, pria itu bergerak menarik tubuh mungilnya. Dia mencoba melawan, tetapi cengkeraman pria itu di bahunya begitu kuat, hingga kemudian terdengar suara robekan.Brettt!Bahu mulus milik Rachel terekspos, membuat tatapan penuh gairah pria itu semakin menjadi, bak serigala yang lapar dan telah menemukan mangsanya. Rachel mundur tatkala pria itu terus memangkas jarak. Seringai pria itu, juga tatapan
“Sayang, kamu–” Plak!Lagi-lagi, tamparan dihadiahkan Rachel untuk pria itu. “Aku jijik mendengar panggilanmu!” Dia menatap penuh amarah ke arah Doni yang terdiam dengan kedua pipi memerah. Lobi yang semula sepi, kini ramai karena keributan yang diciptakan mereka berdua. Beberapa karyawan yang berjaga mencuri pandang ke arah mereka.Doni menggertakkan rahangnya. Dia menatap nyalang ke arah Rachel yang baru saja mempermalukannya.“Wanita tidak tahu diri!!” ujarnya sambil merapatkan gigi. “Kamu pikir, pekerjaan apa yang bisa memberikanmu uang banyak dengan waktu yang cepat? Kamu tidak perlu munafik, Rachel!”Rachel mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Dia memang bukan wanita religius, tetapi menyerahkan kehormatannya pada pria hidung belang, terlebih yang tidak dia kenal jelas membuatnya jijik. Dia tak rela disentuh pria hidung belang hanya untuk memuaskan hasrat liar mereka yang tak pernah padam.“Kamu benar-benar bajingan, Don!”Pria itu terlihat tak acuh. Alih-alih lelah memaksa