Pengalamannya sebagai pejuang membuat insting Aldi terasah dengan baik, dia sudah merasakan ada sesuatu yang akan terjadi di kafe ini.
“Aku harus hati-hati, agaknya bakal terjadi sesuatu di sini,” batin Aldi, sambil mulai menatap secara hati-hati orang-orang yang berada di kafe ini.
Namun, dua orang yang sejak tadi mengamati mereka berdua, sudah tak terlihat lagi, pergi diam-diam dari sini.
Larisa yang tak menyadari hal ini terlihat enjoy saja, dia menikmati berada di kafe ini dengan pemuda yang dia kagumi.
Hatinya terlampau senang, bisa siang malam bersama pemuda tampan tajir ini. Walaupun sampai kini Aldi belum cerita apapun soal keluarganya di Indonesia.
Larisa tahunya Aldi teman dekat Abangnya sejak sama-sama kuliah di sebuah perguruan tinggi di Mesir da keduanya juga angkat saudara.
Setelah menikmati suasana kafe, Aldi pun mengajak Larisa beranjak dari sana. Larisa pun tanpa ragu menggandeng tangan Aldi menuju ke parkiran.
“Tunggu, kalau kalian ingin uangku, ku minta lepaskan sekarang juga Larisa, dia tak tahu apa-apa!” Aldi kembali gunakan kecerdikan untuk ulur waktu.Sebauh rencana nekat sudah tersusun di otak pemuda ini. Aldi sudah paham, kalau lambat bertindak, selesailah dirinya dan Larisa di sini. Si kumis kini mendekati Aldi sambil jongkok. “Sudah ku bilang, kamu bukan dalam posisi ngatur aku dan anak buahku bangsat!” kembali sebuah tamparan keras si kumis layangkan ke pipi Aldi.Luar biasa marahnya Aldi kini, kesabarannya benar-benar di uji. Si kumis lalu ambil sebuah laptop yang dibawakan anak buahnya.Dia rupanya sudah menyiapkan ini, transfer jumbo tak bisa dilakukan dengan ponsel, sebab pasti ada password khusus. Selain kombinasi angka dan hurup, juga sidik jari serta wajah.“Sekarang kuminta kamu pindahkan semua sisa uang-uang kamu tersebut ke rekeningku ini. Jangan buang waktu, aku malas berdebat, ku beri waktu 5 menit, bila tak kamu lakukan, di sinilah akhir perjalanan kamu ini bersama
Kita tinggalkan sejenak Aldi yang sudah berbulan-bulan berada di Mesir, kita kembali ke Pangkalan Bun, menemui tokoh lainnya, Bianti.Semenjak Aldi berangkat ke Mesir, awalnya komunikasi keduanya lancar-lancar saja, tapi setelah Aldi ke Palestina, komunikasi terputus.Apalagi Aldi sempat tertangkap pasukan zionis dan ponselnya di ambil, lalu ponsel itu lenyap tak tak tentu rimba setelah penangkapan tersebut.Komunikasi keduanya pun benar-benar putus. Bianti memaklumi, walaupun hatinya was-was juga. Terlebih kini dia sudah berbadan dua.Tapi dia tak mau berpikiran terlalu negatif, dia yakin Aldi kelak pasti akan pulang dengan selamat dan berkumpul lagi.Semakin hari perut Bianti semakin besar, seiring usia kandungannya yang makin tua. Hingga tak terasa sudah hampir waktunya dia melahirkan.Tragedi yang tak disangka-sangka pun terjadi...!Aldi dan Bianti lupa, musuh besar mereka tak pernah tinggal diam, apalagi semenjak rumah besar itu diambil alih keduanya. Dendam membara membuat mu
“Pah lihat deh, lucu yaa bayi kembar penganten, tapi yang satunya tampan banget kayak bulay, yang satunya agak gelap kulitnya?”Seorang wanita yang tetap terlhat cantik jelita dengan pakaian fashionable ini menunjuk dua orang suami istri, yang sedang kerepotan menggendong dua anak mereka yang masih bayi.Banyak yang tahu nama mereka, tapi jarang ada yang melihat langsung sosok keduanya.Sehingga pasangan sepadan ini bisa jalan santai tanpa di ganggu orang yang ingin kenalan, atau malah minta foto bersama. Dua orang pengawal keduanya terlihat menjaga jarak, sekaligus tetap waspada.Karena mereka berdua adalah salah satu orang terkaya di Republik ini…!Hari ini Celica dan Gibran Harandy suaminya berencana akan terbang ke Singapura melalui Bandara Soetta.Namun tanpa di duga semua penerbangan tertunda sampai batas waktu yang belum di ketahui, karena cuaca buruk --hujan deras dan angin kencang--.Termasuk penerbangan private jet mereka ikutan delay.Dariada bete di ruang tunggu, Celica la
Kita tinggalkan dulu perjalanan salah satu keturunan Harnady dan Darham, yang kini secara tak sengaja kembali ke Palembang, di bawa orang tua angkatnya Masna dan Tito.Di mana dulu kakek buyutnya Marlan Darham kabur dari Pangkalan Bun dan menikah dengan orang sana, yang melahirkan mendiang neneknya, Renita Darham.Kita kembali ke Timur Tengah, di mana sang ayah kandungnya sudah beberapa bulan berada di sini dan sama sekali tak tahu tragedi yang menimpa istrinya.Sejak lolos dari para penculik bersama Larisa, jiwa Aldi yang dipenuhi kemarahan ingin buat perhitungan dengan musuh-musuhnya tersebut.Jiwa pendendamnya memang masuk kategori akut dan tak puas kalau belum menghajar mereka, seperti yang ia lakukan pada si kumis cs.Berbekal informasi yang si kumis berikan dan hampir sebulan memantau sekaligus cari info, Aldi menuju ke sebuah tempat. Aroma kemarahan sudah terlihat di wajahnya yang dingin.Tempat ini sebenarnya sebuah kafe tertutup, yang hanya didatangi orang-orang tertentu. Let
“Tunggu Aldi!” Yasmin buru-buru menarik tangan pemuda ini. Aldi terpaksa urungkan niatnya.“Bukan begitu juga kale, tak bisa grasa-grusu, kita harus pakai siasat, yang kita hadapi para agen zionis berpengalaman. Jangan lupa, kafe ini sudah masuk wilayah mereka,” tegur Yasmin lagi.Aldi pun terdiam, dia menyadari ‘kebodohannya’. “Lantas apa siasat kamu Yasmin?” cetus Aldi sambil mengambil minuman dingin dari kulkas, sekaligus menutupi rasa malunya.Aldi seolah tunjukan jatidirinya, yang bukan seorang agen atau mata-mata, tapi memang hanya andalkan nyali serta keberanian semata.Yasmin akhirnya blak-blakan, kenapa dia ada di sini. "Aku nyamar jadi wanita open BO, pria hidung belang itu ku ikat di sebuah kamar dan mulutnya aku sumpal, karena dia juga mata-mata, trus...selesai!"Yasmin beri kode tangan di leher, artinya orang nge-bokingnya sudah tewas. Aldi mau tak mau senyum kecil melihat gaya wanita ini.“Kita akan menyusup ke kamar mereka, lalu…cari tahu, siapa saja yang di incar untu
“Ssstt…ikuti saja aku, perbuatan tuan sudah terdeteksi,” bisik wanita ini lagi, hingga Aldi kaget sendiri.Tanpa banyak tanya, diapun mengikuti langkah wanita ini dan mereka duduk di pojokan sambil menikmati alunan musik lembut di kafe ini.Matanya liar memandang sekelilingnya, Aldi terpaksa waspada tinggi, dia merasa seolah jadi kelinci masuk ke sarang serigala.Setelah pesanan minuman dan rokok mereka datang, wanita ini kembali tersenyum menatap Aldi.“Jangan dulu keluar, ratusan aparat keamanan sedang berada di luar lakukan razia besar-besaran,” bisik wanita itu lagi.“Siapakah kamu ini..?” Aldi bertanya, karena penampilannya mirip Yasmin, tenang sekali, ciri khas seorang mata-mata yang bisa menampilkan berbagai gaya.“Aku tak beda dengan Yasmin, hanya aku dari Mesir, bukan Turki,” cetus wanita ini, sambil kenalkan namanya Khalifa, sekaligus membenarkan tebakan Aldi.“A-apa…jadi..?”Khalifa langsung mengangguk, Aldi pun terhenyak sesaat, tak dia sangka wanita yang dia pikir seorang
“Maaf Khalifa, aku benar-benar ceroboh,” sahut Aldi dengan wajah kuyu, selain benar-benar tak paham dunia spionase, dia juga menyadari kebodohannya sendiri.Khalifa hanya tertawa kecil, dia pun tanpa sungkan akhirnya ajari dunia mata-mata yang penuh muslihat dan nyawa seolah tak ada harganya.Bagi Aldi, Khalifa jadi guru keduanya setelah Yasmin, tentang dunia mata-mata ini.“Ingat Aldi, di dunia kami, indentitas itu bisa palsu, aku saat ini bisa saja bilang namaku Khalifa, tapi besok bisa jadi Yasmin, Grace atau nama lain, sesuka akulah!”Lagi-lagi Aldi melongo, Khalifa sampai bilang sebuah film tentang dunia spionase yang bisa berubah identitas seenak hati. "Jangan-jangan Yasmin itu juga nama palsu?" gumamnya tanpa sadar. Khalifa kembali tertawa dan bilang bisa jadi...!“So.. begitulah Aldi, jadi kamu jangan terlalu percaya denganku, juga Yasmin, hari ini bisa saja kita berteman, tapi besok-besok bisa jadi aku atau Yasmin akan jadi musuh besarmu!” cetus Khalifa enteng. “Trus…nama
“Kenapa tidak, sini aku ambil alih setiran, kamu gunakan senjata milikku di tas ransel itu. Sekarang kamu buktikan lagi sebagai penembak lihai!” cetus Khalifa tiba-tiba, seakan menantang Aldi.“Oh yaa, kenapa nggak bilang dari tadi.” sungut Aldi, lalu tertawa, lalu dia beri kode agar Khalifa segera bergeser duduknya.Dan terlihatlah pemandangan menggelikan sekaligus menegangkan, kala Aldi dan Khalifa bertukar posisi, di saat mobil sedang melaju kencang, dengan RPM di atas 120 km/perjam.Wajah keduanya sampai bersentuhan saat bertukar posisi tersebut, baik Aldi dan Khalifa tentu saja tidak berpikir aneh-aneh, apalagi situasi sangat tegang.Aldi lalu mengambil sebuah senjata pendek yang tersimpan di tas ransel Khalifa, yang mampu memuat sampai 25 peluru sekaligus.“Buka sunroof-nya!” Aldi kini bersiap berdiri, Khalifa mengangguk dan atap mobil sedan ini pun terbuka.Aldi sudah berdiri, tetapi dia terpaksa merunduk lagi, tembakan beruntun dari helikopter menerjang mobil mereka yang saat