“Ihh kamu Aldi, ngapaian kamu ke sini dan mau apa?” tegur Laura duuan, lalu keluar dari mobilnya mendekati pemuda ini, 4 centeng tadi buru-buru beri hormat ke Laura dan angkat rekannya yang pingsan tadi.“Laura…aku…ingin bertemu pa Jalak, tapi centeng tadi menghalangiku dan menantang!” sahut Aldi kalem.Laura terdiam sesaat, seakan tak yakin dengan ucapan Aldi barusan, kurang yakin pemuda dingin ini segitu beraninya hadapi centeng-centeng kasar ini.Dia menatap ke 4 centeng ini, seolah dialah ‘bosnya’ di sini, bukan Jalak.“Benar apa yang dikatakan Aldi ini?” tanyanya pada ke 4 centeng tersebut.“B-benar bu Laura, tapi dia juga petentang-petenteng duluan,” salah satu centeng ini menjawab, sambil melirik marah ke Aldi.“Ahhh sudahlah, kalian ini kadang main otot saja kerjanya, tapi otak tak di pakai. Ayo Aldi kita masuk, Om Jalak itu adik tiri ayahku, jadi beliau Om aku sendiri!”Tanpa sungkan Laura ajak dan gandeng Aldi masuk ke pagar yang berhalaman luas ini dan perintahkan ke 4 cent
“Nama ayahku…Sahroni dan ibuku Renata!” lagi-lagi dengan cerdik Aldi sebut nama mantan suami ke tiga ibunya, yang justru tengah dia cari-cari, hingga harus ke Kalimantan ini.“Hmm…Sahroni, rasanya nggak pernah dengar nama itu, kalau nama Renata aku memang pernah dengar namanya, yang memang bernama sama dengan anak paman kakek Marlan Darham. Katanya dulu perrnah menikah dengan seorang tentara, namun saat anaknya masih balita, suaminya itu meninggal dunia ketika tugas di Papua, apakah kamu si anak balita itu?”Jalak kini menatap wajah Aldi. Pemuda ini langsung menggeleng.“Itu kakakku, setelah suami ibu yang tentara meninggal, lalu menikah lagi dengan papaku yang bernama Sahroni itu dan lahirlah aku ini,” sahut Aldi tenang.Tiba-tiba Jalak memanggil ART-nya dan minta diambilkan album lama. Tak sampai 5 menitan, Aldi lalu diperlihatkan sebuah foto lama. Seorang pria muda tampan jangkung, tersenyum simpatik ke arah kamera.Dan yang bikin Aldi terheran-heran, saat tersenyum, pria ini mirip
Tanpa Aldi ini sadari, Jalak dan Laura bicara amat serius di sebuah ruangan kerja Jalak di rumah ini.Keduanya sedikit berdebat dan…topiknya siapa lagi kalau bukan dirinya!“Hati-hati Laura, aku sebenarnya agak curiga dengan Aldi ini, seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan. Lagian anak buahku tolol nggak ketulungan, masa membegal satu orang keok, eh pakai sebut-sebut namaku lagi. Mana yang di begal justru keluarga jauh sendiri lagi. Sudah ku minta selesaikan ke 5 nya, bikin pusing saja!” cetus Jalak kalem.Arti selesaikan artinya ke 5 nya akan dikirim ke alam baka alias di bunuh. Inilah karakter asli Jalak, yang ogah ribet dan kejam.“Hmm…tapi wajahnya emank agak mirip sih dengan kakek buyut Marlan Darham? Aku yakin banget, tu anak emank cucu asli-nya. Apalagi istri kakek buyut benar orang Palembang dan anaknya bernama Renata!” potong Laura.“Justru kalau dia benar cucu Marlan Darham, kitalah yang dalam bahaya saat ini Laura,” sela Jalak tiba-tiba.“Trus, apa rencana Om sekarang?” L
“Belum saatnya kamu tahu, nanti pasti kamu tahu sendiri. Selamat beristirahat, aku juga mau ke kamarku!” Bianti lalu berdiri dan melangkah dengan anggun, tidak menggubris Aldi yang duduk masih dalam kondisi kaget.Aldi kini kembali ke kamarnya, dia membuka jendela dan mengisap rokoknya, sambil merenung apa maksud Bianti mengatakan nyawanya dalam bahaya.Secara kebetulan, jendela kamar Bianti juga terbuka, dia terlihat duduk sendirian di balkon kamarnya.Rumah Jalak ini modelnya hurup U, lantai atas terdiri dari kamar-kamar. Lantai bawah yang luas, selain untuk ruang kerja dan tamu, juga ruang makan serta ruang bermain dan bersantai, bahkan ada semacam ruang rapat.Jarak antara kamar Aldi dan kamar Bianti sekitar 12 meteran, melihat Aldi termenung di jendelanya, Bianti menatapnya. Aldi juga ikut menatap dan keduanya sama-sama senyum di kulum. “Ada rahasia apa yang kamu sembunyikan Bianti dan kenapa nyawaku dalam bahaya?” gumam Aldi sambil mengagumi kecantikan Bianti.Terlihat sudah be
Namun Bianti justru tercengang, Aldi malah bilang akan bertahan di sini, sampai tercapai misinya, sekaligus ingin bongkar misteri apa sebenarnya di rumah ini.“Benar-benar turunan kakek Marlan Darham kamu ini, tak kenal takut. Dulu beliau juga di kenal jagoan dan nekat. Juga termasuk tokoh paling ditakuti, rupanya nurun ke kamu saat ini,” ceplos Bianti, kagum sekaligus ngeri-ngeri sedap.“Jadi kakekku itu jagoan yaa?” lagi-lagi dengan nada polos Aldi bertanya, Bianti makin gemas saja, seperti Margaret dan Irma tadi mendengar pertanyaan pemuda ini.“Iyah, siapa yang tak kenal beliau, asal kamu tahu Aldi, apa alasan beliau sampai jauh-jauh ke pergi Palembang…?”“Iya kenapa Bianti…?” kembali Aldi bertanya antusias.“Karena beliau jadi buronan, setelah membunuh 20 orang sekaligus. Aku juga nggak tahu apa sebabnya, soalnya aku belum lahir saat kejadian itu. Kisahnya simpang siur hingga kini, ada yang bilang 20 orang itu penjahat, tapi ada yang bilang musuh lama yang dendam dan ada juga bil
Sebelum ayam jantan berkokok, tanda masuk pagi, Aldi sudah pergi dari kamar ini, Bianti tersenyum dan mengecup bibir pemuda ini.“Kalau mau ke sini lagi, tunggu tanda dariku,” bisik Bianti, Aldi pun mengangguk dan tak bosan-bosan melumat bibir wanita cantik ini.Aldi pun beringsut-ingsut dan kembali balik ke kamarnya, ia tak ingin kelakuan minornya ada yang tahu.Pagi usai sarapan, Aldi bersikap biasa dengan Bianti, seolah-olah dia tetap menghormati ‘istri’ pamannya ini. Margaret dan Irma juga tak berubah ganjennya, tapi Aldi hanya menanggapi sekedarnya.Baginya Bianti menang segalanya di banding dua wanita ini, walaupun cantik, tapi terlihat karena tertolong make up menor.Apa yang dikatakan Bianti benar adanya, Jalak dan Laura tak pulang sejak tadi malam. Saat Aldi sengaja jalan-jalan di seputaran rumah besar ini, beberapa centeng Jalak yang terlihat berjaga-jaga hanya menatapnya sekilas.Mereka sudah tahu kalau Aldi ini ‘keponakan’ Jalak.“Agaknya banyak rahasia rumah ini semua ber
“Kamu untung hidup, siapa sih di sini yang tak kenal si Jalak, seorang bos begal dan bos pembunuh berdarah dingin serta sangat licik. Tak beda jauh dengan mendiang ayahnya, yang juga saudara tiri kakekmu,” cetus Paman Atui.“Paman…ceritakanlah lebih lengkap, agar aku paham…!!?” Aldi yang masih bingung minta pria tua ini mau membongkar kisah masalalu kakeknya.Ia yakin kisah ini pasti lebih lengkap dari kisah Bianti yang tadi malam dia dengar.Setelah kembali menghela nafas panjang, Paman Atui pun mulai-lah bercerita. Kisah yang dimulai dari kakek buyutnya Aldi, Ahmad Darham.Setelah beberapa kali menikah, Ahmad Darham yang asli bersuku Banjar, akhirnya memiliki seorang anak laki-laki yang tampan dan gagah, yang diberi nama Marlan Darham dari seorang istrinya yang cantik.Sebagai mantan pejuang yang terkenal kebal senjata dan jago berkelahi, Ahmad Darham juga menurunkan ilmu-ilmu ini ke anak kesayangannya ini.Ahmad Darham yang mantan pejuang sadar, wilayah ini sejak dulu tak pernah a
“Itu surat pelimpahan tugas saja Bang, artinya sejak surat itu Abang tanda tangan, mulai kini aku akan jadi dirut perkebunan dan pertanian, yang akan kita rubah jadi badan usaha. Abang tetap jadi Pemilik Tunggal perusahaan ini,” bujuk Sumanjaya hati-hati.Marlan Darham yang setengah mabuk percaya sepenuhnya dengan adik tirinya ini, akhirnya mau tanda tangan.Sumanjaya lega, senyum sinis tersungging di bibirnya.Alasan privasi Abangnya tak terganggu, Sumanjaya pun permisi dan membiarkan Marlan Darham dengan 2 orang LC cantik menemaninya. Tanpa sadar nyawanya terancam…!“Atui, kamu pulang dulu, aku mau istirahat dengan dua denok ini!” Atui pun patuh pada perintah bosnya ini, dia kembali ke rumah besar Marlan Darham.“Itulah kenapa rumah besar Jalak itu banyak kamar-kamarnya, 8 istri kakekmu semuanya masing-masing di tempatkan di satu kamar,” bongkar Paman Atui.Aldi melongo…baru sadar, kenapa rumah Jalak itu banyak kamarnya, ini ternyata rahasianya. Kini Aldi juga tahu, kalau rumah Jala