“Ameeena…istriku, ya Tuhaannnn…!” Aldi langsung menguncang-guncang tubuh Ameena, tapi istri tercintanya tak bereaksi.Rajiv Farhan tiba-tiba menangis kejer, saat Aldi berteriak histeris melihat istrinya tewas terkena peluru nyasar, dari serdadu-serdadu zionis di perbatasan tadi.Wanita malang ini tewas sambil mendekap erat bayinya. Aldi langsung sesengukan mengetahui Ameena tewas.Sesaat sukmanya melayang, dia tak memperhatikan lagi Rajiv Farhan yang terus menangis dalam gendongan Ameena.Seakan tahu kini dirinya yatim piatu, bayi ini tak berhenti menangis. Saat itulah dari kaca belakang yang pecah, dari kejauhan Aldi melihat debu mengepul, tanda jeep serdadu zionis yang mengejarnya makin dekat.Mata Aldi tiba-tiba berubah liar, kemarahannya meledak. Pemuda ini lalu membuka pintu samping mobilnya.Dua senjata otomatis langsung dia ambil, satu dia selempangkan di bahu dan satunya dia pegang.Lalu dengan langkah tak takut mati, Aldi berjalan menjauhi mobilnya dan justru bak cari mati di
Sudah 3 senjata habis amunisinya kini Aldi gunakan senjata ke 4 nya, dan dia terus mengejar para serdadu zionis ini dan sesekali lempar granat nenas yang sebelumnya dia ambil di jeep zionis.Akibatnya makin kocar-kacirlah para serdadu tersebut. Jangankan membalas, justru nyawa mereka makin terancam, karena Aldi seolah cari mati dan terus merangsek maju mendekati persembunyian mereka.Kegegeran di pos perbatasan ini jadi perhatian ratusan pasukan Yordania di seberang perbatasan tersebut.Mereka saling pandang ke sesama rekan dan tentu saja keheranan, dengan siapa serdadu zionis ini berperang...?Apalagi terlihat dari kejauhan, musuh para serdadu itu hanya…satu orang!Sudah tak terhitung mayat-mayat serdadu zionis ini bergelimpangan. Namun Aldi masih belum puas, senjata nya yang ke 4 juga habis pelurunya.Tanpa ragu, dia ambil dua senjata milik serdadu zionis yang tewas ia tembak, dan kembali tanpa jeda ia menembakan senjata otomatis ini ke sisa serdadu zionis tersebut.Apesnya semua se
Hari ke 5, Mayor Dullah akhirnya datang lagi menjenguk Aldi. Setelah berbasa-basi, Mayor Dullah pun sebut, ada 77 serdadu zionis yang tewas, sisanya berhasil kabur, sehingga selamat dari amukan Aldi ini.“Perbuatan Anda bikin geger negara itu, Anda juga jadi buruan nomor 1 untuk di bunuh” sebut Mayor Dullah, yang masih sangat terkagum-kagum dengan aksi solo pemuda ini.“Itu masih belum seberapa tuan Mayor Dullah, seluruh keluarga istriku dan keluarga mantan suaminya habis di bantai serdadu-serdadu bangsat itu. Belum lagi puluhan ribu warga Palestina.”Secara ringkas Aldi pun sebut kalau dia adalah suami kedua Ameena dan mereka baru sebulan menikah.Kini pahamlah Mayor Dullah, dia pun tak menyalahkan pemuda ini, yang secara tak sengaja malah bersikap bak ‘Rambo’ karena sakit hati istrinya tewas.Padahal Aldi tak punya basic militer dan dia hanya terbawa emosi, lalu mengamuk dan membantai pasukan zionis di pos perbatasan. “Aku akan memelihara Rajiv Farhani, kebetulan 3 anak-anakku suda
Kematian Ameena membuatnya ingin menenangkan diri dengan konsen kuliah lagi. Dia pun sudah kontak Abu Hanif, untuk sementara rehat dari perjuangan.“Kapanpun kamu ingin ke sini, kami akan sangat terbuka menerima kamu saudaraku, silahkan tenangkan diri dan lanjutkan study,” pesan Abu Hanif, yang sebenarnya sangat merasa kehilangan dengan salah satu pejuang andalannya ini.Sejak Aldi tak ikut bersama, pasukannya kesulitan setiap kali berhadapan dengan serdadu zionis, kenekatan dan keakuratan tembakan Aldi tiada duanya. Tidak ada anggota pasukannya yang setara Aldi.Aldi bagaikan sniper yang sangat mematikan…!Musa sebenarnya heran dengan perubahan Aldi, selain mampu bayar sendiri uang kos-nya, Aldi juga bisa bayar biaya kuliahnya secara mandiri.Dan inilah lagi yang bikin dia keheranan, penampilan Aldi berubah total. Walaupun wajahnya makin dingin. Tapi mulai paham di fashion dan mampu beli pakaian bermerek.Biarpun begitu, Musa sudah pasti ikut kecipratan. Aldi tak pelit belikan sah
Tiga hari kemudian, Aldi pun terbang ke Indonesia, setelah sebelumnya transit di Dubai.Aldi pun tak ada niat mencari pekerjaan, dengan ijazahnya yang lulusan sebuah universitas ternama di Mesir. Padahal kalau dia bertahan di Mesir, Musa bilang mudah cari kerjaan di negaranya.Juga, ponpes manapun di Indonesia dengan senang hati menerimanya sebagai seorang pengajar, termasuk Ponpes Al Iman di mana dulu ia mondok.Nilai plusnya lagi, Aldi menguasai beberapa bahasa asing, selain Arab dan Inggris. Aldi juga kuasai bahasa Ibrani, Turki dan bahkan Bahasa Rusia serta Perancis.Karena di kampusnya beragam mahasiswa dari belahan dunia berstudy di sini, otomatis Aldi yang memang jenius paham bahasa-bahasa itu.Tak buang waktu, Aldi langsung terbang lagi ke Medan. Dulu sebelum kembali ke Ponpes dan bertemu Dewi dan Masri, Aldi sudah dapat informasi dari tetangga di bekas rumah ortunya.Kalau kakaknya itu bernama Dewi dan kakeknya bernama Zindan serta neneknya bernama Sukawati.Padahal Aldi suda
Setelah cukup lama bercegkrama dengan kakek Zindan, juga sudah diberikan alamat Dewi dan suaminya di Jakarta, Aldi pun pamit dan janji lain waktu akan berkunjung lagi ke sini.Tapi diam-diam Aldi tak langsung pergi dari Langkat, dia minta Maman cari sebuah hotel.“Mobil kamu aku perpanjang sewanya, kamu ikut nginap di hotel ini, nanti aku yang bayar!”Aldi lalu rogoh ranselnya dan berikan satu bebat yang jumlahnya 5 juta rupiah, uang pecahan 50 ribu. Maman pun langsung sumringah dan bilang sampai berapa hari-pun dia siap temani tamu royalnya ini.“Aku akan selidiki di mana si Erwin itu bersembunyi, terlalu enak orang itu merampas harta dan uang nenek Sukawati hingga koma dan meninggal dunia!” batin Aldi sambil pesan satu kamar hotel dan meninggalkan Maman yang juga istirahat di kamarnya.Inilah yang dulu sempat di sebut resepsionest hotel di Yordania, Aldi punya sifat pendendam dan pasti akan membalas ke orang yang telah menyakiti dia dan keluarganya.Sorenya, ditemani Maman, Aldi kunjungi
“Kenapa kakek bisa menduga begitu..?” Aldi yang kaget, balik bertanya.“Karena wajah dan perawakanmu mirip besanku Tommy Harnady, tapi wajahmu justru bak pinang di belah dua dengan Gibran, menantuku tersebut!!” cetus kakek ini.Aldi langsung menggeleng dan bilang dia tak pernah bertemu ayah kandungnya.“Mungkin hanya mirip kek!” sahut Aldi pendek, sambil menghisap rokoknya, lalu tak sadar menerawang. Tak mengira hari ini bisa bertemu kakek-nya Dyani.“Masa sih, siapa nama ibu kamu?” Olly Bantano malah balik mendesaknya.“Ibuku bernama…Renita, beliau meninggal dunia tak lama setelah melahirkanku!” sahut Aldi getir.“Hmm…Renita…! Aahhh iyaa…aku baru ingat, Gibran saat berusia 14 tahun pernah menikah dengan seorang wanita yang lebih tua, namanya tante Renita, yang memeliharanya sejak berusia 6-7 tahuan. Ha-ha tak salah lagi, kamulah anaknya, sebab ku dengar sejak dulu Gibran mencari-cari anaknya itu, yang katanya bernama Aldi…anak muda, apakah namamu Aldi dan berasal dari Sulawesi dan pernah j
Setelah panjang lebar bicara dengan Dewi, Aldi mantap ke Makasar, tujuannya kini berbelok. Menunda cari Erwin dan suami ke 3 ibunya, serta 3 pembunuh ibu dan kakek angkatnya.Tapi akan menyusuri semua rumah sakit jiwa di Makasar, untuk cari nenek Rachel.“Tak kusangka….papaku ternyata Gibran Harnady…dan lebih tak kusangka lagi, kasus yang menggegerkan dulu adalah kakek dan neneku korbannya!” gumam Aldi, selama dalam pesawat tujuan Makasar, ia berkali-kali menarik nafas panjang.Orang yang selama ini tak disukainya, karena dianggap pemain wanita, justru ayah kandungnya sendiri.Walaupun ia juga harus jujur dalam hati, siapa yang tak bangga dirinya justru anak seorang yang sangat terpandang dan tajir tak ketulungan. “Jadi adik angkatku Dyani, adalah adik se ayahku sendiri…OMG, sempitnya dunia ini,” batin Aldi tak habis pikir.Aldi tak tahu, betapa gegernya ‘keluarganya’ di Jakarta. Dewi yang kaget dan bahagia akhirnya bisa bertemu adiknya, walaupun via vidcal. Langsung memberitahu suami
Pernikahan sederhana pun di gelar, Dea menolak saat Atiqah mau merayakannya, dia sangat menjaga perasaan Atigah yang hamil tua ini. Baginya Atiqah tetap ‘Ratu’ dalam rumah tangga mereka.Termasuk menolak bulan madu kemanapun dengan Aldi.“Dirumah saja Bang, bisa-bisa Abang lah atur kapan mau gauli Dea,” bisik Dea hingga Aldi tersenyum mengiyakan, sekaligus salut dengan istri keduanya ini.Usai menikah, Aldi yang di minta Atiqah mendatangi kamar Dea garuk-garuk kepala, karena si gemoy Kimberly ternyata selama ini selalu minta ditemani tidur ibu sambungnya ini.Si bungsu yang bentar lagi akan diambil alih posisinya oleh adiknya yang segera lahir memang kolokan.Sampai seminggu usai menikah, Aldi dan Dea belum juga belah duren, Atiqah yang tahu itu tertawa dan sarankan keduanya ke apartemen atau ke hotel bulan madunya.Apalagi Atiqah sudah tak kasih jatah lagi, karena dokter masih melarang keduanya berhubungan, untuk jaga kandungannya.Hingga Aldi yang sudah naik spanning, akhirnya dapat
“Ja-jangan Bang, nanti kebla-blasan,” terdengar suara Dea gemetaran. Antara suka dan takut melanda hatinya.“Maaf…!” Aldi pun kini duduk tenang lagi di setirannya, keduanya sama-sama membisu, namun suara hati tak bisa bohong. Dea sangat bahagia..!Tapi, akal sehat Dea langsung jalan, pria di dekatnya ini pria…beristri dan punya 3 anak! Diapun sudah anggap Atiqah kakaknya dan dekat dengan Nissa, Dilan dan Kimberly. Masa iya dia nekat jadi pelakor?“Dea…seandainya Abang ambil kamu istri, maukah kamu menerimanya?” Kini Aldi tanpa aling-aling ajukan lamaran ke Dea.Mata Dea langsung terbelalak, ini benar-benar diluar nurul baginya. Pria yang diam-diam dia sukai dan kagumi saat ini, di tengah jalan yang macet, justru melamarnya jadi istri kedua!“Bang, j-jangan….bagaimana kalau ka Atiqah tahu, kasian beliau, mana hamil tua lagi!” ceplos Dea, untuk redakan hatinya yang kebingungan.“Justru yang meminta aku melamarmu dia sendiri…!” sahut Aldi kalem. Lagi-lagi ucapan ini membuat Dea terbelal
Semenjak hamil anak kedua, Atiqah harus membatasi berhubungan dengan suaminya, dokter melarang keduanya terlalu sering kumpul.“Kandungan yang kedua ini agak rentan, jadi harus di jaga benar-benar apalagi di usia ibu begini,” kata dokter kandungan langganan keduanya beri peringatan. Mau tak mau Atiqah pun kadang kasian dengan Aldi, yang terlihat menahan libidonya saat mereka bersama. Karena tak bisa lagi bergaya ‘liar’ seperti kebiasan mereka saat bercinta.Kini Atiqah sudah menerima Nissa sebagai anak sulung dalam keluarga mereka, Atiqah juga sudah kenal dengan Dea, yang di tampung sementara, untuk hilangkan trauma di tempat asalnya [Makasar].Nissa dan Dea yang sering dipanggilya ‘Kak Dea’ makin akrab tentu saja tak pernah menduga, kalau Aldi bukan pria sembarangan.Nissa yang semula agak ‘ragu’ dengan Aldi, kini bangga tak terkira, ayah kandungnya, selain tampan juga seorang crazy rich.Apalagi setelah dia kenal dua adiknya, Dilan dan Kimberly yang langsung cocok dengannya, belu
Ditemani Aldi, Dea menjenguk Marsha yang kini koma di rumah sakit, sepintas Dea dan Aldi sudah paham, agaknya sulit bagi Marsha sembuh.Kondisi Marsha makin memprihatinkan dari hari ke hari, dokter sudah berkali-kali lakukan berbagai upaya, untuk selamatkan Marsha.Namun kondisinya tak tak banyak perubahan.“Mabuk akibat alkohol ditambah cekikan yang mematikan penyebabnya,” kata dokter yang merawat Marsha menjelaskan ke Aldi dan Dea, yang saat ini menjenguknya, ini yang ke 3 kalinya.Tiba-tiba datang seorang perawat dengan tergopoh-gopoh. “Dok pasien sadar, tapi kondisinya makin menurun!” seru seorang perawat.Lewat kaca Aldi dan Dea melihat Marsha yang kembali di beri pertolongan darura. Bahkan dokter sampai menggunakan alat kejut jantung untuk memberikan pertolongan pada Marsha.Dokter lalu beri kode pada perawat, seakan minta Aldi dan Dea masuk ke ruangan perawatan ini. Sepertinya dokter sudah merasa, Marsha sulit tertolong.“Pak, kayaknya ibu Marsha mau menyampaikan sebuat pesan,
Aldi kini sudah di jalan raya dan ikuti kemana mobil Marsha dan teman prianya meluncur. Tapi Aldi merasa aneh, kenapa keduanya terlihat bertengkar di dalam mobil tersebut.Itu terlihat dari siluet kaca mobil keduanya, sehingga Aldi heran sendiri, apa yang mereka pertengkarkan.Tiba-tiba di sebuah jalan yang sepi, mobil tersebut berhenti dan tak lama kemudian Aldi kaget bukan main, saat melihat tubuh Marsha yang setengah mabuk di dorong keluar dari mobil tersebut.Dan si teman prianya tadi tancap gas meninggalkan Marsaha begitu saja di sisi jalan.Aldi langsung pinggirkan mobilnya dan dia kaget bukan main, Marsha pingsan dan lehernya seperti baru tercekik.Aldi buru-buru angkat tubuh Marsha dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Dia tak paham apa masalahnya, hingga Marsha dan teman lelakinya itu bertengkar hebat dan Marsha kini kritis akibat cekikan tersebut, sampai berbusa mulutnya.Pertolongan darurat pun diberikan saat sampai di IGD, Aldi langsung kontaknya temannya di Polda dan
Penasaran siapa istri mas Bram sebelumnya, suami dokter Athalia, Aldi pun mulai selidiki wanita itu, benarkah terlibat dalam kecelakaan maut bekas kekasihnya itu.Aldi pun sementara titip Nissa ke bibinya, dia hanya beralasan ada yang di urus di kantornya.“Nanti setelah urusan papa beres, kamu ikut papa ke Jakarta dan tinggal dengan mama dan adik-adikmu yaa?” Aldi bujuk anak sulungnya ini, Nissa pun mengangguk.Hubungan keduanya cepat akrab, selain ada hubungan darah, Nissa yang kini berusia 10 tahun jelang 11 tahun mulai paham soal masalalu mama nya dan ayah kandungnya ini.Dia malah tak sabaran ingin jumpa kedua saudaranya serta ibu sambungnya. Aldi pun plong, dia mulai selidiki mantan istri mas Bram, jiwa petualangannya bangkit saat tahu kematian Athalia dan Mas Bram tak wajar.Tak sulit bagi Aldi ketahui di mana alamat wanita yang pernah jadi istri Mas Bram tersebut.“Wanita ini bernama Marsha, profesinya selebgram, dia suka dugem, inilah yang bikin Mas Bram dulu menceraikannya,
Aldi menatap gundukan tanah merah, jasad dokter Athalia baru saja dimakamkan berdampingan dengan mendiang suaminya, yang tewas di tempat kejadian kecelakaan.Mobil mereka menghantam sebuah truk tronton, Aldi sudah melihat kondisi mobil yang ringsek berat di kantor Polres setempat.Dia sempat memejamkan mata, karena mobil SUV yang rusak berat ini ternyata pemberiannya dahulu buat Athalia.“Maafkan aku Athalia…mobil ini justru bawa celaka buatmu dan suamimu!” batin Aldi sambil hela nafas panjang, sekaligus menatap pilu Nissa yang menangisi kepergian ibunda dan ayah sambungnya.Nissa terus meratapi kepergian Athalia yang tragis, Aldi pun tak tega meninggalkan gadis kecil ini, yang dikatakan Athalia anaknya, darah dagingnya bersama dokter cantik tersebut.Masih terngiang ditelinganya, di saat terakhir di rumah sakit Athalia bilang, setelah berpisah dengan Aldi dia hamil Nissa.“Pantas…wajahnya mirip sekali dengan Kimberly…ternyata Nissa kakaknya sendiri, juga kakaknya Dilan beda ibu…!” pi
Setelah puas berlibur di vila mewah ini, keluarga besar Harnady kembali ke Jakarta. Aldi langsung boyong anak-anak dan istrinya ke rumah mewah yang hampir 3 tahunan ini tak pernah ia tempati.Atiqah ternyata masih subur di usia 39 tahunan, setelah 3 bulan, wanita cantik ini kembali muntah-muntah.Setelah di bawa ke dokter, Dilan dan Kimberly bersuka cita, mereka bakalan punya adik baru. Atiqah ternyata hamil lagi anak kedua setelah Kimberly.Hamil di usia rentan membuat Aldi ekstra jaga kesehatan Atiqah. Dia tak mau kenapa-kenapa dengan istrinya, yang beda usia 9 tahun dengannya.Kebahagiaan menaungi keluarga kecil ini.Tapi perjalanan waktu itu ada siang dan malam, ada sedih ada bahagia, demikianlah semua itu datang silih berganti.Dan…Aldi punya masalalu yang harus dia tuntaskan.Suatu hari Aldi harus ke Makasar, untuk meninjau anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas dan kini sudah diserahkan Gibran untuk Aldi kelola di sana.Dia dapat kabar ada insiden yang mengak
Dilan hanya terdiam saat Atiqah menjelaskan pelan-pelan, kalau selama ini papanya tidak pernah meninggalkan mereka. Justru Atiqah-lah yang meninggalkan ayahnya.“Jadi mama donk yang salah, bukan papa?” sahut Dilan, Atiqah pun mengangguk dan bilang dulu itu ada kesalah pahaman.“Nanti kalau Dilan dah gede, paham apa itu kesalah pahamannya yaah, sekarang Dilan harus temui papa dan harus segera minta maaf. Kasian papa kamu sejak kemarin ingin meluk Dilan…masa nggak mau di peluk papa seperti adik Kim?”Dilan pun melihat di kejauhan papanya asyik ajarin Kimberly main golf.Dengan perlahan Dilan mendekati ayahnya dan Kimberly yang asyik di ajari main golf. Kimberly agaknya menyukai olahraga ‘mewah’ ini dan Aldi dengan senang hati ajari gadis cantiknya ini.Aldi melirik anaknya yang terlihat ragu mendekatinya. Namun Aldi paham, sebagai orang tua, dia harus mendahului sapa anaknya. Dilan masih rada malu, karena bersikap sinis dengan ayahnya ini.“Kamu mau main golf juga Dilan?” tanya Aldi sam