Tiga hari kemudian, Aldi pun terbang ke Indonesia, setelah sebelumnya transit di Dubai.Aldi pun tak ada niat mencari pekerjaan, dengan ijazahnya yang lulusan sebuah universitas ternama di Mesir. Padahal kalau dia bertahan di Mesir, Musa bilang mudah cari kerjaan di negaranya.Juga, ponpes manapun di Indonesia dengan senang hati menerimanya sebagai seorang pengajar, termasuk Ponpes Al Iman di mana dulu ia mondok.Nilai plusnya lagi, Aldi menguasai beberapa bahasa asing, selain Arab dan Inggris. Aldi juga kuasai bahasa Ibrani, Turki dan bahkan Bahasa Rusia serta Perancis.Karena di kampusnya beragam mahasiswa dari belahan dunia berstudy di sini, otomatis Aldi yang memang jenius paham bahasa-bahasa itu.Tak buang waktu, Aldi langsung terbang lagi ke Medan. Dulu sebelum kembali ke Ponpes dan bertemu Dewi dan Masri, Aldi sudah dapat informasi dari tetangga di bekas rumah ortunya.Kalau kakaknya itu bernama Dewi dan kakeknya bernama Zindan serta neneknya bernama Sukawati.Padahal Aldi suda
Setelah cukup lama bercegkrama dengan kakek Zindan, juga sudah diberikan alamat Dewi dan suaminya di Jakarta, Aldi pun pamit dan janji lain waktu akan berkunjung lagi ke sini.Tapi diam-diam Aldi tak langsung pergi dari Langkat, dia minta Maman cari sebuah hotel.“Mobil kamu aku perpanjang sewanya, kamu ikut nginap di hotel ini, nanti aku yang bayar!”Aldi lalu rogoh ranselnya dan berikan satu bebat yang jumlahnya 5 juta rupiah, uang pecahan 50 ribu. Maman pun langsung sumringah dan bilang sampai berapa hari-pun dia siap temani tamu royalnya ini.“Aku akan selidiki di mana si Erwin itu bersembunyi, terlalu enak orang itu merampas harta dan uang nenek Sukawati hingga koma dan meninggal dunia!” batin Aldi sambil pesan satu kamar hotel dan meninggalkan Maman yang juga istirahat di kamarnya.Inilah yang dulu sempat di sebut resepsionest hotel di Yordania, Aldi punya sifat pendendam dan pasti akan membalas ke orang yang telah menyakiti dia dan keluarganya.Sorenya, ditemani Maman, Aldi kunjungi
“Kenapa kakek bisa menduga begitu..?” Aldi yang kaget, balik bertanya.“Karena wajah dan perawakanmu mirip besanku Tommy Harnady, tapi wajahmu justru bak pinang di belah dua dengan Gibran, menantuku tersebut!!” cetus kakek ini.Aldi langsung menggeleng dan bilang dia tak pernah bertemu ayah kandungnya.“Mungkin hanya mirip kek!” sahut Aldi pendek, sambil menghisap rokoknya, lalu tak sadar menerawang. Tak mengira hari ini bisa bertemu kakek-nya Dyani.“Masa sih, siapa nama ibu kamu?” Olly Bantano malah balik mendesaknya.“Ibuku bernama…Renita, beliau meninggal dunia tak lama setelah melahirkanku!” sahut Aldi getir.“Hmm…Renita…! Aahhh iyaa…aku baru ingat, Gibran saat berusia 14 tahun pernah menikah dengan seorang wanita yang lebih tua, namanya tante Renita, yang memeliharanya sejak berusia 6-7 tahuan. Ha-ha tak salah lagi, kamulah anaknya, sebab ku dengar sejak dulu Gibran mencari-cari anaknya itu, yang katanya bernama Aldi…anak muda, apakah namamu Aldi dan berasal dari Sulawesi dan pernah j
Setelah panjang lebar bicara dengan Dewi, Aldi mantap ke Makasar, tujuannya kini berbelok. Menunda cari Erwin dan suami ke 3 ibunya, serta 3 pembunuh ibu dan kakek angkatnya.Tapi akan menyusuri semua rumah sakit jiwa di Makasar, untuk cari nenek Rachel.“Tak kusangka….papaku ternyata Gibran Harnady…dan lebih tak kusangka lagi, kasus yang menggegerkan dulu adalah kakek dan neneku korbannya!” gumam Aldi, selama dalam pesawat tujuan Makasar, ia berkali-kali menarik nafas panjang.Orang yang selama ini tak disukainya, karena dianggap pemain wanita, justru ayah kandungnya sendiri.Walaupun ia juga harus jujur dalam hati, siapa yang tak bangga dirinya justru anak seorang yang sangat terpandang dan tajir tak ketulungan. “Jadi adik angkatku Dyani, adalah adik se ayahku sendiri…OMG, sempitnya dunia ini,” batin Aldi tak habis pikir.Aldi tak tahu, betapa gegernya ‘keluarganya’ di Jakarta. Dewi yang kaget dan bahagia akhirnya bisa bertemu adiknya, walaupun via vidcal. Langsung memberitahu suami
“Beliau sejak 10 tahunan yang lalu sudah keluar dari rumah sakit ini, badan beliau sehat, tapi masih amnesia. Lalu pihak rumah sakit titipkan di sebuah panti sosial!” Athalia menjelaskan mantan pasien rumah sakit ini.“Apakah bu dokter tahu, di mana panti sosial itu berada?” desak Aldi yang tak sabaran ingin bertemu neneknya.“Sebentar…!” Athalia buka-buka lagi data yang diberikan asistennya.“Nah ini dia, alamatnya ada di Jalan Sisingamagaraja, nomor 5. Berada di pinggiran kota Makasar, hampir 30 kiloan dari sini, atau 1 jam an dari kota Makasar. Eeeh tunggu dulu, kok buru-buru amat?” dokter Athalia langsung menahan Aldi yang terlihat mau pamit. “Maaf dok, saya nggak sabaran ingin bertemu nenek,” aku Aldi.“Biar aku antar, kebetulan hari ini aku lagi santai, kita pakai mobilku saja,” lalu dokter Athalia ajak Aldi keluar ruangan ini dan mereka bersama-sama naik mobil si dokter cantik ini, tujuan rumah panti sosial tersebut.Athalia sebenarnya diam-diam penasaran, seingatnya Gibran ha
Aldi pun setuju menumpang di rumah Athalia, dia berpikir positif, dengan bersama dokter ini, lebih mudah berkomunikasi untuk mencari neneknya.Rumah dokter Athalia cukup mewah dan dua lantai. Ada 2 kamar kosong yang luas dan harum. Tempat tinggalnya berada di perumahan mewah di kota Makasar ini, tak jauh dari pantai.Sebagai pria normal, Aldi pun senang-senang saja tinggal di rumah Athalia. Selain cantik, Athalia juga sering mengingatkannya dengan Ameena.Bentuk body keduanya mirip. Tinggi langsing dan berkulit putih bersih, tapi Aldi bukan seorang flamboyan, macam ayah dan Om-nya Masri Harnadys.Dia hanya sebatas kagum dengan dokter yang ternyata berpenampilan fashionable dan pakaiannya bermerek semua.Nahh ini...di rumah Athalia suka pakai kaos transparan tanpa lengan dan celana pendek, hingga Aldi harus sering memalingkan wajah, agar tak melotot melihat pemandangan aduhai ini...!Sebaliknya Athalia justru diam-diam kagum melihat sosok pemuda yang alim ini.Ketika bermaksud ajak mak
Wanita yang sudah hampir 60 tahunan usianya ini kaget dan menatap Aldi dari ujung kaki sampai ke wajah pemuda ini.Wajah lembut Rachel tak berubah, walaupun sudah banyak keriput, karena usianya yang sudah hampir 60 tahun, sama dengan anak sambung sulungnya Gita.“Kamu…Tommy suamiku, ahh tak mungkin, kamu sangat muda, kamu mirip anakku, tapi aku lupa siapa namanya?” suara Rachel nyaris tak terdengar, Aldi sampai kagum melihat begitu lembut dan halus sikap neneknya ini.Aldi pun tak kuasa menahan terharu melihat sosok neneknya untuk pertama kalinya ini. Walaupun mulai keriput, tapi Aldi melihat bekas-bekas kecantikan nenek Rachel ini tetap terlihat jelas.Dengan langkah tak ragu, Aldi mendekat nenek Rachel.“Nek, aku Aldi, papaku Gibran Harnady, ibuku bernama Renita…!” sahut Gibran sambil mendekat dan langsung bersimpuh di depan Rachel yang berpakaian sangat sederhana.Bahkan rambu panjangnya yang disanggul seadanya sudah dwi warna. Namun anehnya tak ada keterkejutan dari Nenek Rachel,
Rara pun terpaksa mengulang pertanyaannya, hingga Aldi tanpa ragu langsung mengangguk.Kini giliran Rara yang kaget bukan main, tak dia sangka, orang yang selama 2 tahun di tampungnya adalah istri seorang yang tajir tak ketulungan dan istimewanya lagi, ibu mantan kekasihnya, Masri Harnady.Tanpa Rara sadari, wanita cantik yang bersama Aldi saat ini juga bekas cem-ceman sang flamboyan berwajah dingin, persis wajah Aldi saat ini.“Benar dokter Athalia, Aldi…aku sama sekali tak tahu, kalau beliau inilah Rachel Adriana, istri dari Tommy Harnady. Aku tahunya beliau dipanggil bunda Rachel dan selebihnya beliau bilang lupa segalanya,” cerita Rara apa adanya.Akhirnya Rara pun jelaskan, kenapa dia mau memelihara wanita tua yang dia panggil Bunda Rachel, walaupun lupa masalalunya. Tapi Bunda Rachel sangat piawai beri nasehat pada Rara dalam berbisnis.Ternyata di balik lupa masalalunya, Rachel tak lupa cara berbisnis yang baik. Rachel punya pengalaman lumayan lama sebagai CEO Harnady Group.S