Wanita yang sudah hampir 60 tahunan usianya ini kaget dan menatap Aldi dari ujung kaki sampai ke wajah pemuda ini.Wajah lembut Rachel tak berubah, walaupun sudah banyak keriput, karena usianya yang sudah hampir 60 tahun, sama dengan anak sambung sulungnya Gita.“Kamu…Tommy suamiku, ahh tak mungkin, kamu sangat muda, kamu mirip anakku, tapi aku lupa siapa namanya?” suara Rachel nyaris tak terdengar, Aldi sampai kagum melihat begitu lembut dan halus sikap neneknya ini.Aldi pun tak kuasa menahan terharu melihat sosok neneknya untuk pertama kalinya ini. Walaupun mulai keriput, tapi Aldi melihat bekas-bekas kecantikan nenek Rachel ini tetap terlihat jelas.Dengan langkah tak ragu, Aldi mendekat nenek Rachel.“Nek, aku Aldi, papaku Gibran Harnady, ibuku bernama Renita…!” sahut Gibran sambil mendekat dan langsung bersimpuh di depan Rachel yang berpakaian sangat sederhana.Bahkan rambu panjangnya yang disanggul seadanya sudah dwi warna. Namun anehnya tak ada keterkejutan dari Nenek Rachel,
Rara pun terpaksa mengulang pertanyaannya, hingga Aldi tanpa ragu langsung mengangguk.Kini giliran Rara yang kaget bukan main, tak dia sangka, orang yang selama 2 tahun di tampungnya adalah istri seorang yang tajir tak ketulungan dan istimewanya lagi, ibu mantan kekasihnya, Masri Harnady.Tanpa Rara sadari, wanita cantik yang bersama Aldi saat ini juga bekas cem-ceman sang flamboyan berwajah dingin, persis wajah Aldi saat ini.“Benar dokter Athalia, Aldi…aku sama sekali tak tahu, kalau beliau inilah Rachel Adriana, istri dari Tommy Harnady. Aku tahunya beliau dipanggil bunda Rachel dan selebihnya beliau bilang lupa segalanya,” cerita Rara apa adanya.Akhirnya Rara pun jelaskan, kenapa dia mau memelihara wanita tua yang dia panggil Bunda Rachel, walaupun lupa masalalunya. Tapi Bunda Rachel sangat piawai beri nasehat pada Rara dalam berbisnis.Ternyata di balik lupa masalalunya, Rachel tak lupa cara berbisnis yang baik. Rachel punya pengalaman lumayan lama sebagai CEO Harnady Group.S
Kini Aldi setiap hari jemput dan ajak neneknya jalan-jalan kemana saja. Dengan harapan neneknya bisa ingat siapa dirinya sendiri.Dan…inilah yang bikin Aldi penasaran, kenapa neneknya bisa hidup? Di mana kakeknya saat ini, apakah juga masih hidup..?Namun pikiran Rachel benar-benar blank, dia lupa semua masalalunya…tapi satu hal yang bikin Aldi makin senang, neneknya ini makin akrab dengannya dan tak sungkan panggil dirinya cucu ganteng yang berwajah muram.“Wajah kamu muram terus, sama nenek senyumlah, nenek ngeri dekat-dekat kamu,” ceplos Rachel sambil membelai wajah cucunya ini.Aldi pun mau tak mau tersenyum, dan Rachel langsung mencubit pipi sang cucu, yang memang sangat mirip wajah suaminya Tommy Harnady, saat seumuran Aldi ini.Namun ada satu yang membuat Aldi heran, setiap lewat di Bandara Sultan Hasanuddin dan melihat pesawat-pesawat di sana. Wajah Rachel mengeras dan matanya kadang melotot, tapi bibirnya terkatup rapat."Aneh...sepertinya nenek trauma melihat pesawat...?" ba
“Kamu nggak boleh gitu Aldi, bagaimanapun Gibran itu papa kandungmu, kamu wajib bertemu dan minta maaf!” nasehatpun diberikan Athalia.“Iya…tapi saat sekarang aku belum siap Lia!” sahut Aldi sambil duduk termenung. Athalia mendekati dan dia tanpa ragu memeluk tubuh kokoh pemuda ini, seakan beri kekuatan dan semangat.Aldi pun terbawa suasana, balas memeluk tubuh hangat dan denok ini, niat awalnya tentu dirinya butuh sandaran.Namun, ‘setan burik’ yang selama ini mengintai hatinya mulai lancarkan godaan. Athalia yang sejak pemuda ini tinggal di rumahnya sudah sangat gemas dan penasaran, lalu menarik dagu Aldi dan tanpa ragu melumat bibirnya.Aldi awalnya kaget, tapi lama-kelamaan mulai terlena dan meledani permainan ini, saling belit lidah pun terjadi.Athalia seorang janda, masih muda, cantik dan memiliki tubuh terawat dan berbau harum. Aldi seorang duda, juga masih sangat muda dan aslinya gampang terbakar libidonya…!Kini keduanya makin larut dalam permainan mesum, yang makin naik vo
“Bang Erwin sudah bang, kita urus baik-baik saja, lihat orang rame nonton!” seorang wanita cantik yang berada di mobil yang ditabrak buru-buru keluar, lalu melerai dengan menarik lengan pria ini dari krah baju Aldi.Tapi mata Aldi mendadak berubah tajam…Erwin…!“Saya akan bertanggung jawab, tolong lepaskan tangan anda dari krah baju saya,” Aldi bersuara kalem, dia melirik ke wanita ini yang berusaha menyabarkan lelaki yang dia panggil Erwin ini.Orang ini terlihat masih emosi, dia melepaskan tangannya, sambil mendorong dada Aldi, tapi bukan Aldi yang terdorong mundur, tapi pria inilah. Aldi saat krahnya di tarik sudah siaga dan kakinya kokoh berdiri, antisipasi segala kemungkinan.Aldi tak mau jadi sansak hidup, walaupun dia salah, tuh dia niat akan bertanggung jawab, bukan berniat kabur.“Bangsat, nantang kamu yaa?” bentaknya langsung emosi.“Saya tak bicara nantang, sebaiknya kita bicara baik-baik saja, seperti kata teman wanita bapak itu. Ayoo kita kepinggir jalan!” ajak Aldi tet
Erwin bergegas bangkit, tapi tendangan keras Aldi di badannya, membuatnya kembali terjungkal di lantai kamar apartemen ini.Wanita yang tadi bersamanya sampai berteriak ngeri. “Kamu diam saja, kalau bawel, mulutmu aku tampar!” ancam Aldi, hingga wanita ini langsung mingkem, dengan wajah pucat pasi.Lalu tendangan berkali-kali Aldi arahkan ke tubuh Erwin. Dia sengaja tidak mengarahkan ke tubuh vital yang berbahaya, Aldi ingin lampiaskan kekesalannya saja.Erwin pun bak anjing kena pukul, terkaing-kaing minta ampun dan akhirnya Aldi menghentikan tendangannya.“A-aku tak se-sengaja membunuhnya, niatku hanya rampas surat-surat tanah dan rumah, itu saja!” Erwin yang sudah terbang nyalinya langsung menghiba.“Hmm bohong, kamu juga merampas simpanan nenek, uangnya 150 juta kamu rampok, hingga ka Dewi hampir DO kuliah. Dasar paman bangsat kamu ini!” bentak Aldi, seakan ingin balas bentakan pria ini di jalan tadi.Dengan hidung dan bibir berdarah dan tubuh babak bundas, Erwin hanya bisa bilang
Tanpa Aldi sadari, Masri yang tahu ‘kelakuan’ Athalia dulu, khawatir mantan kekasihnya itu akan tergoda atau malah akan menggoda kemenakannya ini.Apalagi Masri tahu, Athalia punya nafsu yang agak ‘hyper’. Diam-diam dia khawatir, bertahannya Aldi di sana, pasti ada apa-apanya dengan dokter cantik itu.Masri sebenarnya tak cemburu, cintanya hanya buat Dewi istrinya, dengan Athalia dulu hanya nafsu doang tak main hati.Dia hanya tak ingin sang ponakan jadi pengganggu RT orang, bikin malu keturunan Harnady, kalau itu yang terjadi, pikirnya.Apalagi wajah Aldi tak beda jauh dengannya, tampan dan berbody kokoh, pasti semua wanita akan klepek-klepek dengan ponakannya ini.Masri juga sepintas sadar, Aldi ini mirip dengannya, tak banyak omong dan pendiam. Beda jauh dengan Abang nya, yang juga ayah ponakannya ini, yang lebih humble.Teguran Masri ini aslinya titipan Gibran, tahu sang anak sulung tinggal dengan dokter Athalia, Gibran minta Masri tegur Aldi bila bertemu.Gibran menyadari, Aldi a
Aldi tidak jadi tinggal di apartemen Masri, dia memutuskan tinggal di hotel. Masri pun tak masalah, setelah Aldi menceritakan sebabnya.“Agar dekat dengan rumah bu Rara Om, jadi Aldi bisa setiap saat bersama nenek,” itulah alasan Aldi.Padahal dia masih tak enak dengan Om sekaligus iparnya ini, semua itu gara-gara hubungan panasnya Athalia.Sekaligus malu dan sangat berdosa sudah bablas, padahal ia berlatar agama yang taat. Aldi sampai sholat tobat saking merasa berdosanya di sebuah mesjid.“Benar kata ustaz di ponpes, perang yang paling berat adalah melawan hawa nafsu,” sesal Aldi sambil duduk berzikir.Ketika kembali bertemu Masri, Aldi bersikap sewajar-wajarnya. Untungnya Masri bersikap dewasa dan tidak pernah sekalipun lagi menyinggung soal Athalia. Ini membuat Aldi lega.Masri sempat kaget saat Aldi bertanya sampai di mana penyidikan kasus pembunuhan ibu angkatnya, Norah dan Kakek Telo.“Mereka…para pelakunya, sudah Om kirim ke neraka,” lalu Masri pun mengisahkan nasib ke tiga
Pernikahan sederhana pun di gelar, Dea menolak saat Atiqah mau merayakannya, dia sangat menjaga perasaan Atigah yang hamil tua ini. Baginya Atiqah tetap ‘Ratu’ dalam rumah tangga mereka.Termasuk menolak bulan madu kemanapun dengan Aldi.“Dirumah saja Bang, bisa-bisa Abang lah atur kapan mau gauli Dea,” bisik Dea hingga Aldi tersenyum mengiyakan, sekaligus salut dengan istri keduanya ini.Usai menikah, Aldi yang di minta Atiqah mendatangi kamar Dea garuk-garuk kepala, karena si gemoy Kimberly ternyata selama ini selalu minta ditemani tidur ibu sambungnya ini.Si bungsu yang bentar lagi akan diambil alih posisinya oleh adiknya yang segera lahir memang kolokan.Sampai seminggu usai menikah, Aldi dan Dea belum juga belah duren, Atiqah yang tahu itu tertawa dan sarankan keduanya ke apartemen atau ke hotel bulan madunya.Apalagi Atiqah sudah tak kasih jatah lagi, karena dokter masih melarang keduanya berhubungan, untuk jaga kandungannya.Hingga Aldi yang sudah naik spanning, akhirnya dapat
“Ja-jangan Bang, nanti kebla-blasan,” terdengar suara Dea gemetaran. Antara suka dan takut melanda hatinya.“Maaf…!” Aldi pun kini duduk tenang lagi di setirannya, keduanya sama-sama membisu, namun suara hati tak bisa bohong. Dea sangat bahagia..!Tapi, akal sehat Dea langsung jalan, pria di dekatnya ini pria…beristri dan punya 3 anak! Diapun sudah anggap Atiqah kakaknya dan dekat dengan Nissa, Dilan dan Kimberly. Masa iya dia nekat jadi pelakor?“Dea…seandainya Abang ambil kamu istri, maukah kamu menerimanya?” Kini Aldi tanpa aling-aling ajukan lamaran ke Dea.Mata Dea langsung terbelalak, ini benar-benar diluar nurul baginya. Pria yang diam-diam dia sukai dan kagumi saat ini, di tengah jalan yang macet, justru melamarnya jadi istri kedua!“Bang, j-jangan….bagaimana kalau ka Atiqah tahu, kasian beliau, mana hamil tua lagi!” ceplos Dea, untuk redakan hatinya yang kebingungan.“Justru yang meminta aku melamarmu dia sendiri…!” sahut Aldi kalem. Lagi-lagi ucapan ini membuat Dea terbelal
Semenjak hamil anak kedua, Atiqah harus membatasi berhubungan dengan suaminya, dokter melarang keduanya terlalu sering kumpul.“Kandungan yang kedua ini agak rentan, jadi harus di jaga benar-benar apalagi di usia ibu begini,” kata dokter kandungan langganan keduanya beri peringatan. Mau tak mau Atiqah pun kadang kasian dengan Aldi, yang terlihat menahan libidonya saat mereka bersama. Karena tak bisa lagi bergaya ‘liar’ seperti kebiasan mereka saat bercinta.Kini Atiqah sudah menerima Nissa sebagai anak sulung dalam keluarga mereka, Atiqah juga sudah kenal dengan Dea, yang di tampung sementara, untuk hilangkan trauma di tempat asalnya [Makasar].Nissa dan Dea yang sering dipanggilya ‘Kak Dea’ makin akrab tentu saja tak pernah menduga, kalau Aldi bukan pria sembarangan.Nissa yang semula agak ‘ragu’ dengan Aldi, kini bangga tak terkira, ayah kandungnya, selain tampan juga seorang crazy rich.Apalagi setelah dia kenal dua adiknya, Dilan dan Kimberly yang langsung cocok dengannya, belu
Ditemani Aldi, Dea menjenguk Marsha yang kini koma di rumah sakit, sepintas Dea dan Aldi sudah paham, agaknya sulit bagi Marsha sembuh.Kondisi Marsha makin memprihatinkan dari hari ke hari, dokter sudah berkali-kali lakukan berbagai upaya, untuk selamatkan Marsha.Namun kondisinya tak tak banyak perubahan.“Mabuk akibat alkohol ditambah cekikan yang mematikan penyebabnya,” kata dokter yang merawat Marsha menjelaskan ke Aldi dan Dea, yang saat ini menjenguknya, ini yang ke 3 kalinya.Tiba-tiba datang seorang perawat dengan tergopoh-gopoh. “Dok pasien sadar, tapi kondisinya makin menurun!” seru seorang perawat.Lewat kaca Aldi dan Dea melihat Marsha yang kembali di beri pertolongan darura. Bahkan dokter sampai menggunakan alat kejut jantung untuk memberikan pertolongan pada Marsha.Dokter lalu beri kode pada perawat, seakan minta Aldi dan Dea masuk ke ruangan perawatan ini. Sepertinya dokter sudah merasa, Marsha sulit tertolong.“Pak, kayaknya ibu Marsha mau menyampaikan sebuat pesan,
Aldi kini sudah di jalan raya dan ikuti kemana mobil Marsha dan teman prianya meluncur. Tapi Aldi merasa aneh, kenapa keduanya terlihat bertengkar di dalam mobil tersebut.Itu terlihat dari siluet kaca mobil keduanya, sehingga Aldi heran sendiri, apa yang mereka pertengkarkan.Tiba-tiba di sebuah jalan yang sepi, mobil tersebut berhenti dan tak lama kemudian Aldi kaget bukan main, saat melihat tubuh Marsha yang setengah mabuk di dorong keluar dari mobil tersebut.Dan si teman prianya tadi tancap gas meninggalkan Marsaha begitu saja di sisi jalan.Aldi langsung pinggirkan mobilnya dan dia kaget bukan main, Marsha pingsan dan lehernya seperti baru tercekik.Aldi buru-buru angkat tubuh Marsha dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Dia tak paham apa masalahnya, hingga Marsha dan teman lelakinya itu bertengkar hebat dan Marsha kini kritis akibat cekikan tersebut, sampai berbusa mulutnya.Pertolongan darurat pun diberikan saat sampai di IGD, Aldi langsung kontaknya temannya di Polda dan
Penasaran siapa istri mas Bram sebelumnya, suami dokter Athalia, Aldi pun mulai selidiki wanita itu, benarkah terlibat dalam kecelakaan maut bekas kekasihnya itu.Aldi pun sementara titip Nissa ke bibinya, dia hanya beralasan ada yang di urus di kantornya.“Nanti setelah urusan papa beres, kamu ikut papa ke Jakarta dan tinggal dengan mama dan adik-adikmu yaa?” Aldi bujuk anak sulungnya ini, Nissa pun mengangguk.Hubungan keduanya cepat akrab, selain ada hubungan darah, Nissa yang kini berusia 10 tahun jelang 11 tahun mulai paham soal masalalu mama nya dan ayah kandungnya ini.Dia malah tak sabaran ingin jumpa kedua saudaranya serta ibu sambungnya. Aldi pun plong, dia mulai selidiki mantan istri mas Bram, jiwa petualangannya bangkit saat tahu kematian Athalia dan Mas Bram tak wajar.Tak sulit bagi Aldi ketahui di mana alamat wanita yang pernah jadi istri Mas Bram tersebut.“Wanita ini bernama Marsha, profesinya selebgram, dia suka dugem, inilah yang bikin Mas Bram dulu menceraikannya,
Aldi menatap gundukan tanah merah, jasad dokter Athalia baru saja dimakamkan berdampingan dengan mendiang suaminya, yang tewas di tempat kejadian kecelakaan.Mobil mereka menghantam sebuah truk tronton, Aldi sudah melihat kondisi mobil yang ringsek berat di kantor Polres setempat.Dia sempat memejamkan mata, karena mobil SUV yang rusak berat ini ternyata pemberiannya dahulu buat Athalia.“Maafkan aku Athalia…mobil ini justru bawa celaka buatmu dan suamimu!” batin Aldi sambil hela nafas panjang, sekaligus menatap pilu Nissa yang menangisi kepergian ibunda dan ayah sambungnya.Nissa terus meratapi kepergian Athalia yang tragis, Aldi pun tak tega meninggalkan gadis kecil ini, yang dikatakan Athalia anaknya, darah dagingnya bersama dokter cantik tersebut.Masih terngiang ditelinganya, di saat terakhir di rumah sakit Athalia bilang, setelah berpisah dengan Aldi dia hamil Nissa.“Pantas…wajahnya mirip sekali dengan Kimberly…ternyata Nissa kakaknya sendiri, juga kakaknya Dilan beda ibu…!” pi
Setelah puas berlibur di vila mewah ini, keluarga besar Harnady kembali ke Jakarta. Aldi langsung boyong anak-anak dan istrinya ke rumah mewah yang hampir 3 tahunan ini tak pernah ia tempati.Atiqah ternyata masih subur di usia 39 tahunan, setelah 3 bulan, wanita cantik ini kembali muntah-muntah.Setelah di bawa ke dokter, Dilan dan Kimberly bersuka cita, mereka bakalan punya adik baru. Atiqah ternyata hamil lagi anak kedua setelah Kimberly.Hamil di usia rentan membuat Aldi ekstra jaga kesehatan Atiqah. Dia tak mau kenapa-kenapa dengan istrinya, yang beda usia 9 tahun dengannya.Kebahagiaan menaungi keluarga kecil ini.Tapi perjalanan waktu itu ada siang dan malam, ada sedih ada bahagia, demikianlah semua itu datang silih berganti.Dan…Aldi punya masalalu yang harus dia tuntaskan.Suatu hari Aldi harus ke Makasar, untuk meninjau anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas dan kini sudah diserahkan Gibran untuk Aldi kelola di sana.Dia dapat kabar ada insiden yang mengak
Dilan hanya terdiam saat Atiqah menjelaskan pelan-pelan, kalau selama ini papanya tidak pernah meninggalkan mereka. Justru Atiqah-lah yang meninggalkan ayahnya.“Jadi mama donk yang salah, bukan papa?” sahut Dilan, Atiqah pun mengangguk dan bilang dulu itu ada kesalah pahaman.“Nanti kalau Dilan dah gede, paham apa itu kesalah pahamannya yaah, sekarang Dilan harus temui papa dan harus segera minta maaf. Kasian papa kamu sejak kemarin ingin meluk Dilan…masa nggak mau di peluk papa seperti adik Kim?”Dilan pun melihat di kejauhan papanya asyik ajarin Kimberly main golf.Dengan perlahan Dilan mendekati ayahnya dan Kimberly yang asyik di ajari main golf. Kimberly agaknya menyukai olahraga ‘mewah’ ini dan Aldi dengan senang hati ajari gadis cantiknya ini.Aldi melirik anaknya yang terlihat ragu mendekatinya. Namun Aldi paham, sebagai orang tua, dia harus mendahului sapa anaknya. Dilan masih rada malu, karena bersikap sinis dengan ayahnya ini.“Kamu mau main golf juga Dilan?” tanya Aldi sam