Aldi lalu menelpon Abu Hanif dan bertanya apakah kenal dengan komplotan Abu Dadrak dan bertanya soal komplotan ini.“Hati-hati, mereka itu komplotan penjahat, yang suka bergerak sesuai order. Mereka juga suka sebut diri sebagai pejuang, padahal itu hanya kedok. Mereka tak berani masuk ke Palestina, karena di cari-cari seluruh pejuang yang dirugikan akibat ulahnya sebagai pengkhianat!??”Abu Hanif langsung beri peringatan, sekaligus sebuatkan siapa adanya Abu Dadrak dan anak buahnya tersebut.Mendapat penjelasan ini, makin marahlah pemuda ini, kini targetnya adalah menyelamatkan Ameena dan anaknya. Sangat khawatir sekali dengan nasib Ameena dan bayinya.Aldi memutar cepat mobilnya dan berencana kejutkan Abu Dadrak dengan komplotannya, yang dia hitung sisanya ada 8 orang lagi.Aldi kini sudah mengintip dari jarak 50 meteran, mobilnya dia sembunyikan di sebuah tempat yang aman.“Hmm…mereka masih berleha-leha,’ Aldi melihat ada 5 orang aseek minum sambil main gaple di depan markas tersebu
Ameena beruntung, Aldi adalah pemuda lulusan ponpes yang tak pernah macam-macam dengan wanita manapun hingga saat inii.Aldi pun selama dalam perjalanan tak pernah sekalipun singgung soal ‘pemandangan indah itu’. Sehingga Ameena pun tak lagi kikuk.Tapi apakah demikian di dalam hati Aldi…?Ameena tak pernah tahu, betapa mulai ‘rusaknya’ jiwa pemuda ini, andai tak kuat ilmu agamanya, pasti hati Aldi akan goyah.Aldi beberapa kali terlihat menghela nafas, Ameena yang mengetahui itu masih berpikiran positif. Dia beranggapan pemuda ini mungkin teringat aksinya membantai kelompok Abu Dadrak.Andai baru sekali ini ikut Aldi, mungkin lututnya terus gemetaran sampai kini. Saking berdarah dinginnya Aldi membantai kelompok penjahat itu di depan hidungnya sendiri.Tak pernah terbetik dalam hatinya, kalau pemuda tampan ini selalu teringat dengan perabotan indah miliknya yang berumput tipis, inilah yang bikin Aldi mabuk kepayang."Apa yang harus aku lakukan, tak mungkin aku jadi penjahat macam si
Di kamar hotel lagi....Ameena bak gadis perawan, malu-malu…!Aldi pun tak bosan-bosannya menatap wajah jelita istrinya ini. Dia lau menarik dagu Ameena dan kembali mengecup perlahan.Seakan masih berasa mimpi, malam ini mereka sudah tak perlu lagi berbuat dosa, Ameena sudah nikahi dan apapun yang dia lakukan sudah halal.“Ganti lampu yang redup Bang, aku malu!” terdengar bisikan lembut Ameena, Aldi pun mengangguk dan mengganti dengan lampu tidur.Anehnya bayi Ameena terlihat sangat nyenyak tidur. Dia seakan paham, malam ini ibunya sudah tak lagi janda, tapi sudah memiliki suami baru. Ayah barunya seorang pemuda tampan penolong dia bersama sang bunda yang masih muda dan cantik jelita.Ameena tak berkedip saat pelan-pelan Aldi melepas bajunya, terlihatlah tubuh kokoh pemuda ini, yang berbulu tipis di bagian dadanya yang bidang.Ameena pun makin menunduk malu, saat Aldi mulai melepas pelan-pelan gaun juga kerudung istrinya, kagum bukan main pemuda ini. Rambut harum Ameena gemuk dan ada
Aldi melupakan peringatan itu, kini mereka sudah tiba di pesisir laut merah. Tempat ini memang unik, karena berada di perbatasan tiga negara sekaligus. Mesir-Yordania dan Israel.Setelah melewati Yordania, mau tak mau Aldi dan Ameena harus melewati daerah Israel, lalu berjarak kurang dari 55 kilometeran, barulah mereka masuk ke wilayah Mesir. Walaupun terlihat adem ayem, tapi Aldi melihat banyak tentara berseleweran dari 3 negara ini, dan seakan-akan bersiap akan perang.Sebelum masuk ke wilayah Mesir, mau tak mau Aldi dan Ameena harus lewati pos perbatasan Israel. Aldi pun mulai waspada, khawatir kalau wajahnya di kenali.Andai dia sendiri, mungkin tak terlalu khawatir. Tapi kali ini dia bersama istrinya dan anak tirinya, Rajiv Farhan.“Semoga serdadu-serdadu zionis ini tak mempersulit aku,” batin Aldi sambil menjalankan mobilnya perlahan dan mulai masuk wilayaah status qou dan 100 meteran lagi masuk wiilayah Israel.Di depan mereka beberapa orang, baik yang jalan kaki atau memba
“Ameeena…istriku, ya Tuhaannnn…!” Aldi langsung menguncang-guncang tubuh Ameena, tapi istri tercintanya tak bereaksi.Rajiv Farhan tiba-tiba menangis kejer, saat Aldi berteriak histeris melihat istrinya tewas terkena peluru nyasar, dari serdadu-serdadu zionis di perbatasan tadi.Wanita malang ini tewas sambil mendekap erat bayinya. Aldi langsung sesengukan mengetahui Ameena tewas.Sesaat sukmanya melayang, dia tak memperhatikan lagi Rajiv Farhan yang terus menangis dalam gendongan Ameena.Seakan tahu kini dirinya yatim piatu, bayi ini tak berhenti menangis. Saat itulah dari kaca belakang yang pecah, dari kejauhan Aldi melihat debu mengepul, tanda jeep serdadu zionis yang mengejarnya makin dekat.Mata Aldi tiba-tiba berubah liar, kemarahannya meledak. Pemuda ini lalu membuka pintu samping mobilnya.Dua senjata otomatis langsung dia ambil, satu dia selempangkan di bahu dan satunya dia pegang.Lalu dengan langkah tak takut mati, Aldi berjalan menjauhi mobilnya dan justru bak cari mati di
Sudah 3 senjata habis amunisinya kini Aldi gunakan senjata ke 4 nya, dan dia terus mengejar para serdadu zionis ini dan sesekali lempar granat nenas yang sebelumnya dia ambil di jeep zionis.Akibatnya makin kocar-kacirlah para serdadu tersebut. Jangankan membalas, justru nyawa mereka makin terancam, karena Aldi seolah cari mati dan terus merangsek maju mendekati persembunyian mereka.Kegegeran di pos perbatasan ini jadi perhatian ratusan pasukan Yordania di seberang perbatasan tersebut.Mereka saling pandang ke sesama rekan dan tentu saja keheranan, dengan siapa serdadu zionis ini berperang...?Apalagi terlihat dari kejauhan, musuh para serdadu itu hanya…satu orang!Sudah tak terhitung mayat-mayat serdadu zionis ini bergelimpangan. Namun Aldi masih belum puas, senjata nya yang ke 4 juga habis pelurunya.Tanpa ragu, dia ambil dua senjata milik serdadu zionis yang tewas ia tembak, dan kembali tanpa jeda ia menembakan senjata otomatis ini ke sisa serdadu zionis tersebut.Apesnya semua se
Hari ke 5, Mayor Dullah akhirnya datang lagi menjenguk Aldi. Setelah berbasa-basi, Mayor Dullah pun sebut, ada 77 serdadu zionis yang tewas, sisanya berhasil kabur, sehingga selamat dari amukan Aldi ini.“Perbuatan Anda bikin geger negara itu, Anda juga jadi buruan nomor 1 untuk di bunuh” sebut Mayor Dullah, yang masih sangat terkagum-kagum dengan aksi solo pemuda ini.“Itu masih belum seberapa tuan Mayor Dullah, seluruh keluarga istriku dan keluarga mantan suaminya habis di bantai serdadu-serdadu bangsat itu. Belum lagi puluhan ribu warga Palestina.”Secara ringkas Aldi pun sebut kalau dia adalah suami kedua Ameena dan mereka baru sebulan menikah.Kini pahamlah Mayor Dullah, dia pun tak menyalahkan pemuda ini, yang secara tak sengaja malah bersikap bak ‘Rambo’ karena sakit hati istrinya tewas.Padahal Aldi tak punya basic militer dan dia hanya terbawa emosi, lalu mengamuk dan membantai pasukan zionis di pos perbatasan. “Aku akan memelihara Rajiv Farhani, kebetulan 3 anak-anakku suda
Kematian Ameena membuatnya ingin menenangkan diri dengan konsen kuliah lagi. Dia pun sudah kontak Abu Hanif, untuk sementara rehat dari perjuangan.“Kapanpun kamu ingin ke sini, kami akan sangat terbuka menerima kamu saudaraku, silahkan tenangkan diri dan lanjutkan study,” pesan Abu Hanif, yang sebenarnya sangat merasa kehilangan dengan salah satu pejuang andalannya ini.Sejak Aldi tak ikut bersama, pasukannya kesulitan setiap kali berhadapan dengan serdadu zionis, kenekatan dan keakuratan tembakan Aldi tiada duanya. Tidak ada anggota pasukannya yang setara Aldi.Aldi bagaikan sniper yang sangat mematikan…!Musa sebenarnya heran dengan perubahan Aldi, selain mampu bayar sendiri uang kos-nya, Aldi juga bisa bayar biaya kuliahnya secara mandiri.Dan inilah lagi yang bikin dia keheranan, penampilan Aldi berubah total. Walaupun wajahnya makin dingin. Tapi mulai paham di fashion dan mampu beli pakaian bermerek.Biarpun begitu, Musa sudah pasti ikut kecipratan. Aldi tak pelit belikan sah