“Kenapa kamu berlindung di sini, sangat berbahaya, bisa saja pasukan zionis nge-bom kamu. Atau menemukan kamu dan bayimu lalu menembak kalian berdua?”Aldi tentu saja kaget dan khawatir dengan keselamatan Ameena dan bayinya. Aldi kini duduk di depan Ameena sambil melihat bayinya yang terlihat nyenyak tidur.“Aku bingung mau berlindung di mana, di mana-mana ada bom dan tembakan, akhirnya aku berlindung di sini, aku ketinggalan dari rombongan pengungsi. Sudah 2 hari aku di sini dan hanya makan roti yang sudah mulai basi!”Ameena lalu perlihatkan rotinya yang mulai beraroma tak enak.Ngenesnya lagi, Ameena bilang sejak kemarin tadi dia sudah kehabisan air. Aldi pun buru-buru membuka ranselnya dan menyerahkan bekalnya pada Ameena.Dengan cepat dan tak malu-malu, bahkan tangannya agak gemetaran karena lapar. Ameena menyantap bekal Aldi hingga ludes.Aldi hanya senyum kecil. “Puasa aku malam ini,” batinnya maklum, sambil memperhatikan Ameena makan dengan lahap.“Ameena, aku ikut bermalam di
Sudah lebih 3,5 jam mereka meninggalkan tempat tadi, Aldi jadi ragu, agaknya jalan mereka nyasar lagi. Karena tempat yang kini mereka lewati sama sekali tak di kenal Aldi,juga Ameena.Dia berhenti sejenak dan saat itulah perutnya yang tak makan sejak malam senyum sendiri, saat melihat makanan milik 4 serdadu yang dia tembak sangat melimpah di mobil ini, termasuk air minumnya.“Ameena kita makan dan minum dulu, seminggu pun kita nggak bakal kelaparan, apalagi kita agaknya nyasar lagi jalannya,” Aldi mengambil kue yang terbungkus plastik.Aldi tak khawatir makanan ini tak halal, sebab dia tahu zionis mengharamkan babi, sebagaimana muslim.Ameena pun ikutan tak ragu dia makan dan minum sambil izin memberi ASI anaknya. Aldi mengangguk dan memandang ke tempat lain, agar tak dianggap kurang ajar.“Sepertinya kita lumayan jauh nyasarnya ini, sayangnya kompas aku tak berfungsi, karena sering eror sejak terrjatuh,” keluh Aldi sambil menatap kiri dan kanan, di mana hanya ada bangunan yang hancu
Tratt…tratt…tratt…dan terjadilah pembantaian yang tak pernah di sangka-sangka pasukan zionis ini. Ke 20 serdadu ini meregang nyawa di tembak dari jarak dekat, oleh pemuda yang sedang marah dan nekat ini.Aldi bak membabati rumput saja saat menembak mati ke 20 serdadu yang tengah mabuk berat tersebut. Ke 20 mayat serdadu ini bergelimpangan tewas dengan kepala pecah.Aldi tak tanggung-tanggung menembak mereka semua, tepat di wajah masing-masing, saking murka nya melihat perbuatan ke 20 serdadu yang tengah mabuk-mabukan ini.Setelah sebelumnya membantai satu keluarga, yang mayatnya dibiarkan tergeletak di jalanan itu. Ke 7 orang itu agaknya akan mengungsi, tapi kepergok konvoi serdadu ini.Yang membuat Aldi juga semakin marah bukan kepalang, benda berharga milik keluarga pengungsi itu di rampok mereka. Itu terlihat dari berhamburannya tas-tas milik ke 7 korban tersebut. Dengan kaki terpentang dan wajah menyiratkan kepuasan, Aldi yang memakai penutup wajah dengan hanya menyisakan mata d
Kompas yang dipegang Aldi benar-benar tak berfungsi, akibatnya bukannya menuju ke markas pejuang, mereka malah nyasar makin jauh dan kini sudah mendekati perbatasan Israel-Yordania.Sudah lebih 7 jam menjalankan mobil ini, Aldi benar-benar tak tahu harus menuju ke mana. Dia hanya menyusuri jalan yang dirasanya aman dan kadang lewat gurun sepi. Ameena pun sama, tak hapal jalan.Aldi sebenarnya bisa saja menggunakan ponsel milik serdadu yang tertinggal di mobil dan di taruh di dasbord mobil. Untuk digunakan sebagai penunjuk jalan.Tapi Ameena minta ponsel itu di buang saja. “Nanti mereka akan bisa melacak kita via ponsel itu Bang!??”Peringatan Ameena inilah yang membuat Aldi langsung membuang 3 ponsel yang ada di mobil ini, setelah 15 menitan meninggalkan tempat tadi. Ameena yang pernah sekolah hingga setingkat SMU ternyata sangat paham dunia IT.“Agaknya kita nyasar ke Yordania, liat itu!” Aldi menunjuk bendera 4 warna dan ada bintang kecil putih, tak jauh dari perbatasan.“Pantes se
Abu Hanif dan juga Rahman lega sekaligus kaget, setelah Aldi menelponnya dan bilang dia saat ini sedang berada di Yordania.“Aldi, kamu sementara bertahan saja di sana dulu, aksi kamu yang membunuh 20 serdadu bikin heboh dan kamu sedang jadi target buruan pasukan zionis.”Sebagai pejuang yang punya link dengan kelompok pejuang lainnya di Palestina. Abu Hanif tentu saja tahu, salah satu anak buahnya yang paling ditakuti ini jadi target paling di buru pasukan zionis.Abu Hanif lalu kirim video pendek setelah berteleponan, video saat Aldi memberondong ke 20 serdadu itu hingga meregang nyawa dan masih viral hingga saat ini.Alangkah terkejutnya pemuda ini. “Siapa yang nge-rekam ini…?” gumam Aldi keheranan, sekaligus was-was dirinya akan di kenali.Sebab ini akan memudahkan musuh-musuhnya mendeteksinya dan pastinya dimanapun dia tak merasa aman lagi. Untungnya wajahnya tak terlihat, karena dia memakai penutup wajah.Gara-gara itu pula, Aldi lalu buru-buru cari toko pakaian, yang juga tak j
“Aku berencana akan ke Kairo, aku akan urus studyku dulu. Soal kembali ke Palestina, aku akan lihat situasi,” Aldi sampaikan keinginannya yang membuatnya kepikiran sejak kemarin malam.“Bo-boleh aku ikut Bang..?” Ameena menatap dengan penuh harap wajah Aldi, dia sudah mulai nyaman dan aman bersama pemuda ini.Sesaat Aldi terdiam, sambil menatap bayi Ameena, yang kembali aseek meyeruput ASI dari dada Ameena.Kali ini entah kenapa, Ameena sengaja tak menutupi payudaranya yang netek anaknya ini. Separuh terlihat dan Aldi pun buru-buru alihkan pandangan ke wajah Ameena lagi, agar tak di bilang kurang ajar.“Baiklah…tapi kita harus urus surat-surat dokumen dulu, aku akan mendatangi Konjen RI di Amman Yordania untuk mengurusnya. Kita ke Kairo naik pesawat, bukan jalan darat, biar cepat!” usul Aldi.Mendengar ini, Ameena kaget.“Tapi…kalau naik pesawat apa tak bahaya Bang? Sebab Abang sekarang sedang di cari-cari...!!” Ameena peringatkan Aldi dan sebut di bandara jejaknya sangat mudah di lac
Saat keduanya makin hanyut, tiba-tiba bayi Ameena menangis, ini sekaligus menyadarkan keduanya, terutama Aldi.Keduanya sempat hanyut, Ameena bahkan tak sadar mulai melengkuh pelan, saat Aldi mulai 'lihai' menelusuri lehernya dan hampir saja kepala pemuda ini terbenam dalam himpitan bukit kembar membusung miliknya.Darah Harnady yang mengalir dalam diri pemuda ini, seakan jadi bahan bakar yang hebat dan menggelora dalam dirinya.Secara alamiah, Aldi berubah jadi pria sejati!Ameena buru-buru mendekati bayinya, lalu menyapihnya dan…mata Aldi makin terbelalak, saat tanpa ragu Ameena membuka bajunya dan menyodorkan payudaranya ke mulut anaknya, hingga bayi ini pun langsung tenang.Kembali jantung Aldii berdetak kencang, tadi sempat tangannya bergerilya di dada itu dan…Ameena lah yang mengarahkan ke sana.“Ya Tuhan….aku berdosa,” batin Aldi, malu sendiri karena tak mampu nahan nafsu.Aldi pun menghela nafas panjang dan ingat pesan ustaz-ustaznya di Ponpes dulu. Perang yang paling berat a
“Kalau begini terus, aku tak bakal tahan lama-lama, buat dosa terus. Mending ku halalkan saja sekalian,” batin Aldi, sambil melirik Ameena yang kini ketiduran di mobil, sambil mendekap anaknya yang masih menetek.Dan lagi-lagi adegan menetek ini bagi pemuda seperti Aldi yang tak pernah macam-macam dengan wanita justru menimbulkan sensasi tersendiri. Apalagi Ameena juga tak pernah menolak saat di cumbu.Perjalanan ini di tempuh pastinya sangat lama menuju Kairo. Mereka juga sengaja melewati jalan-jalan tikus berdasarkan peta satelit di ponsel. Tujuan Aldi, untuk hindari bentrok dengan pasukan Israel atau pasukan Yordania, yang jaga sangat ketat perbatasan negaranya.Aldi berani pakai ponsel, karena nomornya dari Yordania, bukan ponsel bekas milik serdadu zionis, yang Ameena bilang bisa saja mereka terlacak.Menjelang malam, mereka sampai di sebuah desa yang terletak antara perbatasan Yordania-Israel, tak jauh dari laut mati (dead sea).Wilayah ini secara administratif masih masuk nega