Kompas yang dipegang Aldi benar-benar tak berfungsi, akibatnya bukannya menuju ke markas pejuang, mereka malah nyasar makin jauh dan kini sudah mendekati perbatasan Israel-Yordania.Sudah lebih 7 jam menjalankan mobil ini, Aldi benar-benar tak tahu harus menuju ke mana. Dia hanya menyusuri jalan yang dirasanya aman dan kadang lewat gurun sepi. Ameena pun sama, tak hapal jalan.Aldi sebenarnya bisa saja menggunakan ponsel milik serdadu yang tertinggal di mobil dan di taruh di dasbord mobil. Untuk digunakan sebagai penunjuk jalan.Tapi Ameena minta ponsel itu di buang saja. “Nanti mereka akan bisa melacak kita via ponsel itu Bang!??”Peringatan Ameena inilah yang membuat Aldi langsung membuang 3 ponsel yang ada di mobil ini, setelah 15 menitan meninggalkan tempat tadi. Ameena yang pernah sekolah hingga setingkat SMU ternyata sangat paham dunia IT.“Agaknya kita nyasar ke Yordania, liat itu!” Aldi menunjuk bendera 4 warna dan ada bintang kecil putih, tak jauh dari perbatasan.“Pantes se
Abu Hanif dan juga Rahman lega sekaligus kaget, setelah Aldi menelponnya dan bilang dia saat ini sedang berada di Yordania.“Aldi, kamu sementara bertahan saja di sana dulu, aksi kamu yang membunuh 20 serdadu bikin heboh dan kamu sedang jadi target buruan pasukan zionis.”Sebagai pejuang yang punya link dengan kelompok pejuang lainnya di Palestina. Abu Hanif tentu saja tahu, salah satu anak buahnya yang paling ditakuti ini jadi target paling di buru pasukan zionis.Abu Hanif lalu kirim video pendek setelah berteleponan, video saat Aldi memberondong ke 20 serdadu itu hingga meregang nyawa dan masih viral hingga saat ini.Alangkah terkejutnya pemuda ini. “Siapa yang nge-rekam ini…?” gumam Aldi keheranan, sekaligus was-was dirinya akan di kenali.Sebab ini akan memudahkan musuh-musuhnya mendeteksinya dan pastinya dimanapun dia tak merasa aman lagi. Untungnya wajahnya tak terlihat, karena dia memakai penutup wajah.Gara-gara itu pula, Aldi lalu buru-buru cari toko pakaian, yang juga tak j
“Aku berencana akan ke Kairo, aku akan urus studyku dulu. Soal kembali ke Palestina, aku akan lihat situasi,” Aldi sampaikan keinginannya yang membuatnya kepikiran sejak kemarin malam.“Bo-boleh aku ikut Bang..?” Ameena menatap dengan penuh harap wajah Aldi, dia sudah mulai nyaman dan aman bersama pemuda ini.Sesaat Aldi terdiam, sambil menatap bayi Ameena, yang kembali aseek meyeruput ASI dari dada Ameena.Kali ini entah kenapa, Ameena sengaja tak menutupi payudaranya yang netek anaknya ini. Separuh terlihat dan Aldi pun buru-buru alihkan pandangan ke wajah Ameena lagi, agar tak di bilang kurang ajar.“Baiklah…tapi kita harus urus surat-surat dokumen dulu, aku akan mendatangi Konjen RI di Amman Yordania untuk mengurusnya. Kita ke Kairo naik pesawat, bukan jalan darat, biar cepat!” usul Aldi.Mendengar ini, Ameena kaget.“Tapi…kalau naik pesawat apa tak bahaya Bang? Sebab Abang sekarang sedang di cari-cari...!!” Ameena peringatkan Aldi dan sebut di bandara jejaknya sangat mudah di lac
Saat keduanya makin hanyut, tiba-tiba bayi Ameena menangis, ini sekaligus menyadarkan keduanya, terutama Aldi.Keduanya sempat hanyut, Ameena bahkan tak sadar mulai melengkuh pelan, saat Aldi mulai 'lihai' menelusuri lehernya dan hampir saja kepala pemuda ini terbenam dalam himpitan bukit kembar membusung miliknya.Darah Harnady yang mengalir dalam diri pemuda ini, seakan jadi bahan bakar yang hebat dan menggelora dalam dirinya.Secara alamiah, Aldi berubah jadi pria sejati!Ameena buru-buru mendekati bayinya, lalu menyapihnya dan…mata Aldi makin terbelalak, saat tanpa ragu Ameena membuka bajunya dan menyodorkan payudaranya ke mulut anaknya, hingga bayi ini pun langsung tenang.Kembali jantung Aldii berdetak kencang, tadi sempat tangannya bergerilya di dada itu dan…Ameena lah yang mengarahkan ke sana.“Ya Tuhan….aku berdosa,” batin Aldi, malu sendiri karena tak mampu nahan nafsu.Aldi pun menghela nafas panjang dan ingat pesan ustaz-ustaznya di Ponpes dulu. Perang yang paling berat a
“Kalau begini terus, aku tak bakal tahan lama-lama, buat dosa terus. Mending ku halalkan saja sekalian,” batin Aldi, sambil melirik Ameena yang kini ketiduran di mobil, sambil mendekap anaknya yang masih menetek.Dan lagi-lagi adegan menetek ini bagi pemuda seperti Aldi yang tak pernah macam-macam dengan wanita justru menimbulkan sensasi tersendiri. Apalagi Ameena juga tak pernah menolak saat di cumbu.Perjalanan ini di tempuh pastinya sangat lama menuju Kairo. Mereka juga sengaja melewati jalan-jalan tikus berdasarkan peta satelit di ponsel. Tujuan Aldi, untuk hindari bentrok dengan pasukan Israel atau pasukan Yordania, yang jaga sangat ketat perbatasan negaranya.Aldi berani pakai ponsel, karena nomornya dari Yordania, bukan ponsel bekas milik serdadu zionis, yang Ameena bilang bisa saja mereka terlacak.Menjelang malam, mereka sampai di sebuah desa yang terletak antara perbatasan Yordania-Israel, tak jauh dari laut mati (dead sea).Wilayah ini secara administratif masih masuk nega
“Anak muda, kamu tau, orang yang ada di foto itu kepalanya dihargai 5 juta dolar amerika?” si pemimpin kelompok ini mulai bertanya agak mendesak.“Maaf tuan, saya tak ikut-ikutan soal sayembara itu, saya hanya seorang mahasiswa di Kairo, ke Yordania saya dan istri hanya liburan sekaligus kunjung family,” sahut Aldi tenang, sengaja bikin alibi.“Lantas…buat apa kamu bawa uang banyak, mata uang asing lagi, yang jumlahnya sangat banyak. Juga senjata…hmm ini made in Israel lagi. Dimana kamu peroleh senjata yang biasa di pakai serdadu zionis ini?” cetusnya mulai curiga sambil memegang dua senapan mesin otomatis ini,sekaligus membolak-baliknya.Aldi pun terdiam, dia bingung menjelaskan, ingin mengaku dia seorang pejuang, itu sama juga buka kedoknya.Tapi kondisi saat ini memang agak genting, keselamatan dirinya dan Ameena plus bayinya ada pada jawabannya.“Aku…membelinya dari serdadu zionis di perbatasan, untuk keperluan jaga diri, uang itu buat bekal, aku mempunyai bisnis di Kairo!”Aldi
“Sekarang kamu tunjukan di mana uangnya, istrimu kami amankan di sini dulu. Bila kamu bohong, maka kalian bertiga tinggal nama!” ancam Abu Dadrak.Setelah berkata begitu, Abu Dadrak lalu minta 7 anak buahnya kawal Aldi untuk menunjukan di mana ia menyimpan uang tersebut.Kagetlah Aldi, dia tak menyangka Abu Dadrak sangat cerdik dan licik, dia sengaja menahan Ameena dan anaknya sebagai jaminan.Di pimpin si Sangar tadi, Aldi pun di bawa pakai mobil miliknya tersebut dan di kawal sebuah mobil lainnya di belakang.Di mobil Aldi ada 3 orang yang mengawalnya, Aldi di minta pegang setiran dan si Sangar duduk disampingnya, lalu dua orang duduk di jok tengah dengan senjata terkokang.Tentu saja Aldi bingung sendiri, kalau kembali ke kota kecil di mana sebelumnya dia menyimpan uang-nya di sebuah bank asing, butuh waktu hingga 10-11 jam perjalanan lagi.Hampir satu jam Aldi memikirkan caranya, atau sudah hampir 35 kilometer dari tempat tadi. Akhirnya saat melihat sebuah gua yang mereka lewati
Aldi lalu menelpon Abu Hanif dan bertanya apakah kenal dengan komplotan Abu Dadrak dan bertanya soal komplotan ini.“Hati-hati, mereka itu komplotan penjahat, yang suka bergerak sesuai order. Mereka juga suka sebut diri sebagai pejuang, padahal itu hanya kedok. Mereka tak berani masuk ke Palestina, karena di cari-cari seluruh pejuang yang dirugikan akibat ulahnya sebagai pengkhianat!??”Abu Hanif langsung beri peringatan, sekaligus sebuatkan siapa adanya Abu Dadrak dan anak buahnya tersebut.Mendapat penjelasan ini, makin marahlah pemuda ini, kini targetnya adalah menyelamatkan Ameena dan anaknya. Sangat khawatir sekali dengan nasib Ameena dan bayinya.Aldi memutar cepat mobilnya dan berencana kejutkan Abu Dadrak dengan komplotannya, yang dia hitung sisanya ada 8 orang lagi.Aldi kini sudah mengintip dari jarak 50 meteran, mobilnya dia sembunyikan di sebuah tempat yang aman.“Hmm…mereka masih berleha-leha,’ Aldi melihat ada 5 orang aseek minum sambil main gaple di depan markas tersebu
Pernikahan sederhana pun di gelar, Dea menolak saat Atiqah mau merayakannya, dia sangat menjaga perasaan Atigah yang hamil tua ini. Baginya Atiqah tetap ‘Ratu’ dalam rumah tangga mereka.Termasuk menolak bulan madu kemanapun dengan Aldi.“Dirumah saja Bang, bisa-bisa Abang lah atur kapan mau gauli Dea,” bisik Dea hingga Aldi tersenyum mengiyakan, sekaligus salut dengan istri keduanya ini.Usai menikah, Aldi yang di minta Atiqah mendatangi kamar Dea garuk-garuk kepala, karena si gemoy Kimberly ternyata selama ini selalu minta ditemani tidur ibu sambungnya ini.Si bungsu yang bentar lagi akan diambil alih posisinya oleh adiknya yang segera lahir memang kolokan.Sampai seminggu usai menikah, Aldi dan Dea belum juga belah duren, Atiqah yang tahu itu tertawa dan sarankan keduanya ke apartemen atau ke hotel bulan madunya.Apalagi Atiqah sudah tak kasih jatah lagi, karena dokter masih melarang keduanya berhubungan, untuk jaga kandungannya.Hingga Aldi yang sudah naik spanning, akhirnya dapat
“Ja-jangan Bang, nanti kebla-blasan,” terdengar suara Dea gemetaran. Antara suka dan takut melanda hatinya.“Maaf…!” Aldi pun kini duduk tenang lagi di setirannya, keduanya sama-sama membisu, namun suara hati tak bisa bohong. Dea sangat bahagia..!Tapi, akal sehat Dea langsung jalan, pria di dekatnya ini pria…beristri dan punya 3 anak! Diapun sudah anggap Atiqah kakaknya dan dekat dengan Nissa, Dilan dan Kimberly. Masa iya dia nekat jadi pelakor?“Dea…seandainya Abang ambil kamu istri, maukah kamu menerimanya?” Kini Aldi tanpa aling-aling ajukan lamaran ke Dea.Mata Dea langsung terbelalak, ini benar-benar diluar nurul baginya. Pria yang diam-diam dia sukai dan kagumi saat ini, di tengah jalan yang macet, justru melamarnya jadi istri kedua!“Bang, j-jangan….bagaimana kalau ka Atiqah tahu, kasian beliau, mana hamil tua lagi!” ceplos Dea, untuk redakan hatinya yang kebingungan.“Justru yang meminta aku melamarmu dia sendiri…!” sahut Aldi kalem. Lagi-lagi ucapan ini membuat Dea terbelal
Semenjak hamil anak kedua, Atiqah harus membatasi berhubungan dengan suaminya, dokter melarang keduanya terlalu sering kumpul.“Kandungan yang kedua ini agak rentan, jadi harus di jaga benar-benar apalagi di usia ibu begini,” kata dokter kandungan langganan keduanya beri peringatan. Mau tak mau Atiqah pun kadang kasian dengan Aldi, yang terlihat menahan libidonya saat mereka bersama. Karena tak bisa lagi bergaya ‘liar’ seperti kebiasan mereka saat bercinta.Kini Atiqah sudah menerima Nissa sebagai anak sulung dalam keluarga mereka, Atiqah juga sudah kenal dengan Dea, yang di tampung sementara, untuk hilangkan trauma di tempat asalnya [Makasar].Nissa dan Dea yang sering dipanggilya ‘Kak Dea’ makin akrab tentu saja tak pernah menduga, kalau Aldi bukan pria sembarangan.Nissa yang semula agak ‘ragu’ dengan Aldi, kini bangga tak terkira, ayah kandungnya, selain tampan juga seorang crazy rich.Apalagi setelah dia kenal dua adiknya, Dilan dan Kimberly yang langsung cocok dengannya, belu
Ditemani Aldi, Dea menjenguk Marsha yang kini koma di rumah sakit, sepintas Dea dan Aldi sudah paham, agaknya sulit bagi Marsha sembuh.Kondisi Marsha makin memprihatinkan dari hari ke hari, dokter sudah berkali-kali lakukan berbagai upaya, untuk selamatkan Marsha.Namun kondisinya tak tak banyak perubahan.“Mabuk akibat alkohol ditambah cekikan yang mematikan penyebabnya,” kata dokter yang merawat Marsha menjelaskan ke Aldi dan Dea, yang saat ini menjenguknya, ini yang ke 3 kalinya.Tiba-tiba datang seorang perawat dengan tergopoh-gopoh. “Dok pasien sadar, tapi kondisinya makin menurun!” seru seorang perawat.Lewat kaca Aldi dan Dea melihat Marsha yang kembali di beri pertolongan darura. Bahkan dokter sampai menggunakan alat kejut jantung untuk memberikan pertolongan pada Marsha.Dokter lalu beri kode pada perawat, seakan minta Aldi dan Dea masuk ke ruangan perawatan ini. Sepertinya dokter sudah merasa, Marsha sulit tertolong.“Pak, kayaknya ibu Marsha mau menyampaikan sebuat pesan,
Aldi kini sudah di jalan raya dan ikuti kemana mobil Marsha dan teman prianya meluncur. Tapi Aldi merasa aneh, kenapa keduanya terlihat bertengkar di dalam mobil tersebut.Itu terlihat dari siluet kaca mobil keduanya, sehingga Aldi heran sendiri, apa yang mereka pertengkarkan.Tiba-tiba di sebuah jalan yang sepi, mobil tersebut berhenti dan tak lama kemudian Aldi kaget bukan main, saat melihat tubuh Marsha yang setengah mabuk di dorong keluar dari mobil tersebut.Dan si teman prianya tadi tancap gas meninggalkan Marsaha begitu saja di sisi jalan.Aldi langsung pinggirkan mobilnya dan dia kaget bukan main, Marsha pingsan dan lehernya seperti baru tercekik.Aldi buru-buru angkat tubuh Marsha dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Dia tak paham apa masalahnya, hingga Marsha dan teman lelakinya itu bertengkar hebat dan Marsha kini kritis akibat cekikan tersebut, sampai berbusa mulutnya.Pertolongan darurat pun diberikan saat sampai di IGD, Aldi langsung kontaknya temannya di Polda dan
Penasaran siapa istri mas Bram sebelumnya, suami dokter Athalia, Aldi pun mulai selidiki wanita itu, benarkah terlibat dalam kecelakaan maut bekas kekasihnya itu.Aldi pun sementara titip Nissa ke bibinya, dia hanya beralasan ada yang di urus di kantornya.“Nanti setelah urusan papa beres, kamu ikut papa ke Jakarta dan tinggal dengan mama dan adik-adikmu yaa?” Aldi bujuk anak sulungnya ini, Nissa pun mengangguk.Hubungan keduanya cepat akrab, selain ada hubungan darah, Nissa yang kini berusia 10 tahun jelang 11 tahun mulai paham soal masalalu mama nya dan ayah kandungnya ini.Dia malah tak sabaran ingin jumpa kedua saudaranya serta ibu sambungnya. Aldi pun plong, dia mulai selidiki mantan istri mas Bram, jiwa petualangannya bangkit saat tahu kematian Athalia dan Mas Bram tak wajar.Tak sulit bagi Aldi ketahui di mana alamat wanita yang pernah jadi istri Mas Bram tersebut.“Wanita ini bernama Marsha, profesinya selebgram, dia suka dugem, inilah yang bikin Mas Bram dulu menceraikannya,
Aldi menatap gundukan tanah merah, jasad dokter Athalia baru saja dimakamkan berdampingan dengan mendiang suaminya, yang tewas di tempat kejadian kecelakaan.Mobil mereka menghantam sebuah truk tronton, Aldi sudah melihat kondisi mobil yang ringsek berat di kantor Polres setempat.Dia sempat memejamkan mata, karena mobil SUV yang rusak berat ini ternyata pemberiannya dahulu buat Athalia.“Maafkan aku Athalia…mobil ini justru bawa celaka buatmu dan suamimu!” batin Aldi sambil hela nafas panjang, sekaligus menatap pilu Nissa yang menangisi kepergian ibunda dan ayah sambungnya.Nissa terus meratapi kepergian Athalia yang tragis, Aldi pun tak tega meninggalkan gadis kecil ini, yang dikatakan Athalia anaknya, darah dagingnya bersama dokter cantik tersebut.Masih terngiang ditelinganya, di saat terakhir di rumah sakit Athalia bilang, setelah berpisah dengan Aldi dia hamil Nissa.“Pantas…wajahnya mirip sekali dengan Kimberly…ternyata Nissa kakaknya sendiri, juga kakaknya Dilan beda ibu…!” pi
Setelah puas berlibur di vila mewah ini, keluarga besar Harnady kembali ke Jakarta. Aldi langsung boyong anak-anak dan istrinya ke rumah mewah yang hampir 3 tahunan ini tak pernah ia tempati.Atiqah ternyata masih subur di usia 39 tahunan, setelah 3 bulan, wanita cantik ini kembali muntah-muntah.Setelah di bawa ke dokter, Dilan dan Kimberly bersuka cita, mereka bakalan punya adik baru. Atiqah ternyata hamil lagi anak kedua setelah Kimberly.Hamil di usia rentan membuat Aldi ekstra jaga kesehatan Atiqah. Dia tak mau kenapa-kenapa dengan istrinya, yang beda usia 9 tahun dengannya.Kebahagiaan menaungi keluarga kecil ini.Tapi perjalanan waktu itu ada siang dan malam, ada sedih ada bahagia, demikianlah semua itu datang silih berganti.Dan…Aldi punya masalalu yang harus dia tuntaskan.Suatu hari Aldi harus ke Makasar, untuk meninjau anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan emas dan kini sudah diserahkan Gibran untuk Aldi kelola di sana.Dia dapat kabar ada insiden yang mengak
Dilan hanya terdiam saat Atiqah menjelaskan pelan-pelan, kalau selama ini papanya tidak pernah meninggalkan mereka. Justru Atiqah-lah yang meninggalkan ayahnya.“Jadi mama donk yang salah, bukan papa?” sahut Dilan, Atiqah pun mengangguk dan bilang dulu itu ada kesalah pahaman.“Nanti kalau Dilan dah gede, paham apa itu kesalah pahamannya yaah, sekarang Dilan harus temui papa dan harus segera minta maaf. Kasian papa kamu sejak kemarin ingin meluk Dilan…masa nggak mau di peluk papa seperti adik Kim?”Dilan pun melihat di kejauhan papanya asyik ajarin Kimberly main golf.Dengan perlahan Dilan mendekati ayahnya dan Kimberly yang asyik di ajari main golf. Kimberly agaknya menyukai olahraga ‘mewah’ ini dan Aldi dengan senang hati ajari gadis cantiknya ini.Aldi melirik anaknya yang terlihat ragu mendekatinya. Namun Aldi paham, sebagai orang tua, dia harus mendahului sapa anaknya. Dilan masih rada malu, karena bersikap sinis dengan ayahnya ini.“Kamu mau main golf juga Dilan?” tanya Aldi sam