“Biar aku yang bayar, tapi aku tak bawa uang cash, apakah bapak punya rekening bank?” Masri langsung mendekat.
“Ada-ada pak?” pria ini buka ponselnya dan tak banyak cincong di catat Masri dan tak lama kemudian, pria ini sumringah, di hape nya ada laporan bangking 65 juta masuk ke rekeningnya.
“Waah Rara, nasib kamu baik, eh dia siapa?” pria ini rupanya baru nyadar dengan keberadaan Masri.
“Aku kerabat jauh Rara, sepupunya istri kakakku,” sahut Masri, sekaligus menghindari gosip jelek pada Rara.
Rara langsung kaget, tapi karena hatinya gembira dia diam saja, si pria setengah tua ini pun permisi setelah menyerahkan surat tanda lunas dan merobek kwitansi gadai.
“Eh bang, apa hubungan kamu dengan orang yang bernama Gibran?” Rara yang penasaran langsung bertanya setelah si bapak tadi pergi.
Sekaligus tak pernah menyangka, kalau Masri dengan ringan hati bantu melunasi rumahnya yang tergad
Asti dengan semangat menyala tanpa curiga sedikitpun terus menuju ke Hotel Bone Indah. Bayangan 2 bebat dolar dan pemuda tampan yang sempat membakar hasratnya siang tadi membuatnya tak sadar, kalau dia tengah di buntuti Andi Sousa hingga ke hotel ini.Alangkah marahnya Andi Sousa saat melihat Asti tengah disambut seorang pria yang dia tak kenal siapa, karena orang itu membelakangi arah tempatnya memantau.“Bangsat, ternyata wanita sundal ini diam-diam punya kekasih selain aku,” sungut Andi Sousa marah tak terkira.Andi Sousa yang terbakar emosi lalu mengambil sebuah badik dari dasboard mobilnya dan menyimpannya di dalam bajunya.Tentu saja inilah akal Masri, yang tahu kalau bukan Andi Sousa, pasti Asti ini akan di pantau orang-orangnya.Jiwa intelejen Masri sudah terasan dengan baik, dia sudah waspada sejak berani ‘main api’ dengan mantan LC ini.Dari laporan yang dia peroleh, Andi Sousa sebenarnya belum keluar dari K
Terjangan Masri mengenai lengan Andi Sousa, tapi juga menyelamatkan Asti yang terlempar ke lantai lorong hotel ini. Sedapat mungkin dia menutupi tubuh telanjangnya.Untung saja tadi para tamu hotel tak ada yang berani mendekat, dan semuanya kabur melihat Andi Sousa menjadikan Asti sandera.Sehingga Asti tak harus menderita malu yang luar biasa, dengan kondisinya begitu. Walaupun pastinya aksi penyanderaan yang mendebarkan ini terlihat jelas via CCTV hotel mewah ini.Masri tak mau bertindak setengah-setengah, melihat Andi Sousa tergeletak di lantai, diapun kembali melakukan pukulan dan tendangan yang membuat pria ini terkulai dan semaput.Tendangan dan pukulan keras Masri membuat pria ini pingsan seketika, Asti sampai menutup wajahnya, ngeri melihat wajah Andi Sousa berlumuran darah.Hampir saja leher Andi Sousa ingin dia patahkan, untuk kirim Andi Sousa ke akhirat, tapi Masri saat itu baru nyadar, aksinya terekam kamera CCTV hotel, hingga dia
Tak sampai 2 jam, puluhan mobil patroli dan juga mobil BPK berdatangan ke TKP. Ternyata mereka dapat laporan dari sopir truk sayur itu, yang bilang ada mobil terjun ke jurang saat dia melewati di sebuah pos polisi.Polisi yang menerima laporan pun gercep langsung kontak markas mereka, sekaligus mobil BPK, untuk menuju ke lokasi. Karena dikatakan ada ledakan setelah mobil itu terjungkal ke jurang.Tim SAR bergegas turun ke dasar jurang, butuh waktu hingga 3 jam lebih, barulah Tim SAR mencapai mobil yang kini tinggal puing-puing yang sudah hangus terbakar.Dari nopol yang mereka temukan, terperanjat lah Tim SAR ini, saat tahu ini mobil AKP Masri Harnady. Gegerlah sampai ke Mapolda Sulawesi Selatan, karena korban kecelakaan ini seorang perwira aktif.Tim Inafis dan Tim SAR pun bergegas mencari ‘jasad’ Masri, namun mereka tak menemukan apa-apa, ada 25 orang Tim SAR lalu menyebar mencari.Mereka pikir tubuh Masri pasti terlempar saat mobil i
Masri terbangun saat mencium bau harum nasi panas dan ikan di goreng, tubuhnya agak berkurang sakitnya, Masri pun berusaha bangkit.“Ahh syukurlah tuan Masri sudah bangun, ayo makan dulu, isi perut, baru nanti kita ngobrol,” Daeng Lopa datang dan membantu Masri bangkit.Sambil duduk lesehan, Masri makan dengan sangat lahap dengan lauk sederhana, Daeng Lopa kenalkan istri dan anaknya, yang kemarin ikut membopong tubuh Masri.Kini menikmati kopi panas yang bagi Masri nikmat sekali. Masri pun bercerita kenapa dia sampai hanyut dan akhirnya tertolong Daeng Lopa.“Aku akan cari penabrak mobilku kelak, setelah badanku sehat,” gumam Masri sambil mengingat-ingat jenis mobil penabraknya.Daeng Lopa hanya mengangguk-angguk kepala. Saat itulah anak Daeng Lopa menunjuk TV yang gunakan antena parabola. Ada breaking news yang memberitakan mobil Masri yang terjungkal ke jurang.Masri hanya senyum pahit melihat kesibukan polisi dan T
Namun begitulah, hanya sebatas itu…! Masri bukanlah tipikal pria yang suka memanfaatkan kesempatan.Setelah saling senyum, merekapun akhirnya terlelap, apalagi perjalanan menuju ke desa sejak dari kota kecamatan lumayan jauh dan pastinya melelahkan.Paginya Masri terbangun dan mencium bau gorengan yang harum dan menggugah selera, dia pun bangkit dari kasur, apalagi tak ada Athalia didekatnya.“Itu toilet Bang, silahkan kalau mau cuci muka dan gosok gigi, ada sikat gigi yang baru.” tegur Athalia saat melihat Masri keluar kamar, sambil merapikan rambutnya dengan cara disanggul sekedarnya.Pemandangan wanita angkat kedua tangannya dan memperlihatkan ketiak mulusnya adalah hal terindah dari seorang bagi wanita di mata pria.Masri pun mengangguk cepat-cepat, agar tak terpana dengan pemandangan indah ini, walaupun saat cuci muka dan gosok gigi dia kepikiran juga.Kopi dan gorengan terhidang di meja tamu. Setelah mencicipi dua hi
Masri mengikuti kemana pria bertubuh gempal itu pergi, soal oknum polisi tadi dia pikir nanti ada saatnya dia bertindak tegas.Begitu sampai di mobilnya, ngekkkk….pria ini langsung terkulai pingsan, pukulan telak Masri di tengkuk membuatnya langsung terkapar di tanah.Masri lalu menyeretnya dan membawa ke mobil SUV yang baru dia beli 4 hari lalu dan membawa dari sana.Di sebuah tempat sepi, Masri kembali menyeretnya dan mengikat tangan serta kakinya dan kini menyiram air dingin ke kepala orang tersebut, hingga pria ini tersadar dan gelagapan, sumpat serapah pun keluar dari mulutnya.Masri sengaja mendiamkan, tapi begitu menatap wajah Masri, bola mata orang ini seperti mau keluar dari sarangnya.“Sekarang kamu sebutkan, siapa yang order untuk membunuhku,” suara dingin Masri membuat pria ini makin terbelalak. Keringat dingin bercucuran di dahinya.Kelakuan persis seperti melihat setan malam ini, apalagi ditempat ini sengaja
Bagi orang biasa, mungkin sudah terkencing-kencing bersama 5 mayat di ruangan vila ini. Tapi Masri yang masih diliputi kemarahan, melihat 5 mayat yang kini sengaja di dudukan di kursi ini seolah melihat patung saja.Tak ada takut-takutnya pemuda ini. Dia malah tak sabaran menunggu orang yang bernama Tuan Sherman itu dan akan ke sini malam ini juga, menemui 5 pembunuh bayaran yang sudah jadi mayat tersebut.Sesuai janjinya yang akan melunasi pembayaran, karena sudah ‘mengeksekusi’ Masri dalam perjalanan pulang ke Makasar dari Bone.Harapan Masri terkabul 35 menitan kemudian, dia mendengar ada kendaraan datang dan parkir di depan vila ini.Masri pun bersembunyi di ruangan ini dan pistolnya yang tersisa 10 peluru sudah dia siapkan, dia pun kini waspada.“Tamara, kamu sudah bawa bukan uang yang 1,5 miliar buat 5 begundal ini?” terdengar suara seorang lelaki. “Sudah tuan Sherman, ini aku bungkus di kantong kresek!” terdengar suara wanita yang dipanggil Tamara ini menyahut.Masri kaget b
Gibran hanya bisa menghela nafas, begitu tahu otak pembunuh kedua orang tua mereka adalah Tuan Sherman alias Roy Sumanjaya.Hari ini Masri yang baru datang dari Makasar sengaja menemuinya di Jakarta, dan ceritakan secara komplet tentang otak pembunuh kedua orang tua mereka tersebut.“Tuan Sherman alias Roy, sengaja menyusupkan seseorang untuk menaruh bom dalam pesawat papa dan mama…!” kisah Masri dan bilang akan cari siapa orang yang telah menaruh bom itu sampai dapat.Masri juga cerita, selain Sherman…mertua Abang-nya lah juga salah satu otaknya, yang tak lain dan tak bukan Olly Bantano. Dan kini sedang di cari polisi, semenjak kasus lama ini akhirnya terbongkar.Inilah sebabnya dia sengaja menemui Gibran di kantornya, bukan di rumah. Tak enak dengan Celica, kakak iparnya tersebut.“Walaupun aku tahu hubungan ka Celica dan ayahnya kurang harmonis, tapi aku nggak enak Bang!” cetus Masri beri alasan.“Iya, aku paham, bagaimana pun jahatnya Olly Bantano, dia tetap ayah kandung dari istr