Tak sampai 2 jam, puluhan mobil patroli dan juga mobil BPK berdatangan ke TKP. Ternyata mereka dapat laporan dari sopir truk sayur itu, yang bilang ada mobil terjun ke jurang saat dia melewati di sebuah pos polisi.
Polisi yang menerima laporan pun gercep langsung kontak markas mereka, sekaligus mobil BPK, untuk menuju ke lokasi. Karena dikatakan ada ledakan setelah mobil itu terjungkal ke jurang.
Tim SAR bergegas turun ke dasar jurang, butuh waktu hingga 3 jam lebih, barulah Tim SAR mencapai mobil yang kini tinggal puing-puing yang sudah hangus terbakar.
Dari nopol yang mereka temukan, terperanjat lah Tim SAR ini, saat tahu ini mobil AKP Masri Harnady. Gegerlah sampai ke Mapolda Sulawesi Selatan, karena korban kecelakaan ini seorang perwira aktif.
Tim Inafis dan Tim SAR pun bergegas mencari ‘jasad’ Masri, namun mereka tak menemukan apa-apa, ada 25 orang Tim SAR lalu menyebar mencari.
Mereka pikir tubuh Masri pasti terlempar saat mobil i
Masri terbangun saat mencium bau harum nasi panas dan ikan di goreng, tubuhnya agak berkurang sakitnya, Masri pun berusaha bangkit.“Ahh syukurlah tuan Masri sudah bangun, ayo makan dulu, isi perut, baru nanti kita ngobrol,” Daeng Lopa datang dan membantu Masri bangkit.Sambil duduk lesehan, Masri makan dengan sangat lahap dengan lauk sederhana, Daeng Lopa kenalkan istri dan anaknya, yang kemarin ikut membopong tubuh Masri.Kini menikmati kopi panas yang bagi Masri nikmat sekali. Masri pun bercerita kenapa dia sampai hanyut dan akhirnya tertolong Daeng Lopa.“Aku akan cari penabrak mobilku kelak, setelah badanku sehat,” gumam Masri sambil mengingat-ingat jenis mobil penabraknya.Daeng Lopa hanya mengangguk-angguk kepala. Saat itulah anak Daeng Lopa menunjuk TV yang gunakan antena parabola. Ada breaking news yang memberitakan mobil Masri yang terjungkal ke jurang.Masri hanya senyum pahit melihat kesibukan polisi dan T
Namun begitulah, hanya sebatas itu…! Masri bukanlah tipikal pria yang suka memanfaatkan kesempatan.Setelah saling senyum, merekapun akhirnya terlelap, apalagi perjalanan menuju ke desa sejak dari kota kecamatan lumayan jauh dan pastinya melelahkan.Paginya Masri terbangun dan mencium bau gorengan yang harum dan menggugah selera, dia pun bangkit dari kasur, apalagi tak ada Athalia didekatnya.“Itu toilet Bang, silahkan kalau mau cuci muka dan gosok gigi, ada sikat gigi yang baru.” tegur Athalia saat melihat Masri keluar kamar, sambil merapikan rambutnya dengan cara disanggul sekedarnya.Pemandangan wanita angkat kedua tangannya dan memperlihatkan ketiak mulusnya adalah hal terindah dari seorang bagi wanita di mata pria.Masri pun mengangguk cepat-cepat, agar tak terpana dengan pemandangan indah ini, walaupun saat cuci muka dan gosok gigi dia kepikiran juga.Kopi dan gorengan terhidang di meja tamu. Setelah mencicipi dua hi
Masri mengikuti kemana pria bertubuh gempal itu pergi, soal oknum polisi tadi dia pikir nanti ada saatnya dia bertindak tegas.Begitu sampai di mobilnya, ngekkkk….pria ini langsung terkulai pingsan, pukulan telak Masri di tengkuk membuatnya langsung terkapar di tanah.Masri lalu menyeretnya dan membawa ke mobil SUV yang baru dia beli 4 hari lalu dan membawa dari sana.Di sebuah tempat sepi, Masri kembali menyeretnya dan mengikat tangan serta kakinya dan kini menyiram air dingin ke kepala orang tersebut, hingga pria ini tersadar dan gelagapan, sumpat serapah pun keluar dari mulutnya.Masri sengaja mendiamkan, tapi begitu menatap wajah Masri, bola mata orang ini seperti mau keluar dari sarangnya.“Sekarang kamu sebutkan, siapa yang order untuk membunuhku,” suara dingin Masri membuat pria ini makin terbelalak. Keringat dingin bercucuran di dahinya.Kelakuan persis seperti melihat setan malam ini, apalagi ditempat ini sengaja
Bagi orang biasa, mungkin sudah terkencing-kencing bersama 5 mayat di ruangan vila ini. Tapi Masri yang masih diliputi kemarahan, melihat 5 mayat yang kini sengaja di dudukan di kursi ini seolah melihat patung saja.Tak ada takut-takutnya pemuda ini. Dia malah tak sabaran menunggu orang yang bernama Tuan Sherman itu dan akan ke sini malam ini juga, menemui 5 pembunuh bayaran yang sudah jadi mayat tersebut.Sesuai janjinya yang akan melunasi pembayaran, karena sudah ‘mengeksekusi’ Masri dalam perjalanan pulang ke Makasar dari Bone.Harapan Masri terkabul 35 menitan kemudian, dia mendengar ada kendaraan datang dan parkir di depan vila ini.Masri pun bersembunyi di ruangan ini dan pistolnya yang tersisa 10 peluru sudah dia siapkan, dia pun kini waspada.“Tamara, kamu sudah bawa bukan uang yang 1,5 miliar buat 5 begundal ini?” terdengar suara seorang lelaki. “Sudah tuan Sherman, ini aku bungkus di kantong kresek!” terdengar suara wanita yang dipanggil Tamara ini menyahut.Masri kaget b
Gibran hanya bisa menghela nafas, begitu tahu otak pembunuh kedua orang tua mereka adalah Tuan Sherman alias Roy Sumanjaya.Hari ini Masri yang baru datang dari Makasar sengaja menemuinya di Jakarta, dan ceritakan secara komplet tentang otak pembunuh kedua orang tua mereka tersebut.“Tuan Sherman alias Roy, sengaja menyusupkan seseorang untuk menaruh bom dalam pesawat papa dan mama…!” kisah Masri dan bilang akan cari siapa orang yang telah menaruh bom itu sampai dapat.Masri juga cerita, selain Sherman…mertua Abang-nya lah juga salah satu otaknya, yang tak lain dan tak bukan Olly Bantano. Dan kini sedang di cari polisi, semenjak kasus lama ini akhirnya terbongkar.Inilah sebabnya dia sengaja menemui Gibran di kantornya, bukan di rumah. Tak enak dengan Celica, kakak iparnya tersebut.“Walaupun aku tahu hubungan ka Celica dan ayahnya kurang harmonis, tapi aku nggak enak Bang!” cetus Masri beri alasan.“Iya, aku paham, bagaimana pun jahatnya Olly Bantano, dia tetap ayah kandung dari istr
Begitu sadar Masri kaget dia sudah berada di sebuah ruang perawatan, bahunya yang tertembak sudah diperban.Saat menoleh ke samping kanan, dia kaget saat menatap wajah seorang wanita yang tak pernah dia lupakan hingga kini.“Atiqah…di mana aku kini, kamukah yang membawaku ke sini?” akal Masri langsung jalan dan dia menduga pasti wanita cantik yang makin dewasa ini menolongnya.“Iya Masri, untung saja luka tembak yang kamu derita tak berbahaya, pelurunya sudah dikeluarkan, kamu sudah habiskan satu kantong darah loh..!??”Wanita yang pernah patah hati dengan tunangannya, lalu menolak cinta Gibran, karena belum bisa move on dari ‘pengkhianatan’ Arman mantan kekasihnya ini (yang menikahi mantan Iriana, mantan sekretaris Gibran) lalu bercerita.Setelah Masri pingsan, di bantu kedua ortunya, mereka mencegat taksi dan membawa Masri yang pingsan ke puskesmas ’24 jam’ ini. Perkenalan singkat dengan Masri dahulu ternyata tak terlupakan oleh Atiqah. Begitu juga dengan Masri, walaupun keduanya k
Tak ada pilihan lain, Atiqah menerima tawaran Masri, untuk mampir dulu ke rumah pemuda ini. Hujan makin deras disertai kilat dan guntur, Atiqah ternyata agak fobia dengan kilat dan guntur.Apalagi sekolah TK ini akan di gembok penjaga sekolah. Setelah menitip motornya, dengan berlari kecil keduanya menuju ke mobil SUV Masri.“Yahh terpaksa bertahan di rumah kamu…! Mana aku ada janji lagi pukul 2 siang nanti,” keluh Atiqah.“Mau ku antar nggak?”“Jangan Masri, bahu kamu agaknya belum sembuh betul. Kamu harusnya istirahat bukannya berkeliaran,” tolak Atiqah, sambil tunjukan perhatiannya.Ini yang diam-diam makin bikin Masri suka, apalagi dari body, Atiqah sesuai idamannya. Body proporsional dan berpenampilan sopan.“Nanti sopir aku yang antar,” desak Masri lagi. Atiqah hanya tersenyum dan bilang lihat saja nanti.Senyum Atiqah bikin Masri betah menatap, kalau tak ditegur gadis ini, mobil mewah ini akan meleng ke kiri dan nabrak trotoar.Atiqah mulai cerita, di sekolah TK-nya rata-rata m
Masri hanya bisa menghela nafas, dia masih menatap sofa yang sebelumnya diduduki Atiqah. Gadis cantik ini tak menjawab ajakan Masri untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius.“Aku butuh waktu, maksudnya beri aku waktu untuk berpikir…!” itulah jawaban Atiqah, dia juga menolak saat Masri ingin mengantar pulang, hujan masih belum berhenti, malah makin lebat.Atiqah minta agar Masri beristirahat saja, jangan kelayapan. Sopir pribadi Masri-lah yang mengantar Atiqah pulang, karena dia ada acara lain jam 2 siang.“Wanita mahluk yang aneh...yang ku kejar malah menolak halus, yang tak ku kejar malah mendekat!” gumam Masri sambil hembuskan asap rokoknya.Minta waktu bagi Masri sama dengan 'menolaknya' secara halus. Ia pun tak mau terlalu lama larut dalam ke patah hatian.Masri memutuskan fokus untuk cari tahu di mana Olly Bantano bersembunyi, dia masih penasaran dengan pembunuh kedua orang tuanya tersebut.Setelah berada di Jakarta selama 15 harian, Masri pun memutuskan pulang kembali ke Mak