Share

keinginan Jingga

last update Last Updated: 2025-01-04 19:58:02

"akang dimana? Pulang ya kang, Jingga udah buatkan sandwich buat akang buat sarapan pagi ini"

Dahiku mengernyit bingung saat membaca pesan dari Jingga. Apa katanya? Dia sudah membuatkan sarapan pagi ini? Sandwich? Darimana pula dia bisa dapat bahan-bahannya? Bukankah tidak ada bahan makanan satu pun di dapur? Kok bisa? Bukannya ia tengah mengisolasi diri saat ini?

"Mad, kenapa kamu? Kok kaya kebingungan gitu, teh Ayu kirim kamu pesan apa lagi?" tanya Emak saat ia kembali memasuki mobil setelah kami selesai berbelanja.

Aku menoleh, menyimpan ponsel kembali diatas dasboard tanpa berniat untuk membalas pesannya. Toh, sekarang juga aku pulang.

"Bukan mak, Jingga. Dia menyuruhku pulang, katanya dia sudah buatkan sarapan untuk Ahmad," jawabku seadanya.

Emak mengangguk, wajahnya seketika tersenyum cerah saat aku meliriknya dari kaca mobil.

"Ih kenapa mak, bahagia banget. Aneh, padahal udah buanh duit" sindirku.

"Gak salah kamu pilih istri Mad, Jingga itu pengertian. Meski kamu semenyeba
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istriku Seorang Juragan    sikap manis kang ahmad?

    Jingga povBibirku tak berhenti membentuk lengkungan saat melihat kang Ahmad dengan begitu cekatan memasakan sarapan untukku pagi ini, meski dengan menu sederhana namun aku bahagia hari ini. Terik matahari yang sudah menyinari halaman depan rumah menambah semangat dalam setiap gerakan tangannya. Suara gemericik air yang mengalir dari kran, aroma bawang yang sedang ditumis, semuanya terasa begitu familiar dan menenangkan.Aku duduk di meja makan, menyaksikan bagaimana ia begitu telaten, dengan berbagai peralatan dan bahan masaknya. Tangannya bergerak gesit, mulai dari menumis hingga mengaduk mie yang sedang digodok. Sesekali ia melirikku dengan senyum ringan, seolah-olah memastikan aku mengamati setiap detil yang ia lakukan."Taraaaa, mie nyemek pedas ala chef Ahmad sudah jadi ..." Suara kang Ahmad menggema begitu semangat memecah lamunanku. Aku menoleh dengan senyum lebar. Pemandangan mie nyemek yang baru saja disajikan itu tampak begitu menggoda. Paduan warna oranye kecokelatan dari

    Last Updated : 2025-01-05
  • Istriku Seorang Juragan    melawan mamang?

    Jingga povAku menghela nafas dengan bosan. Biasa bekerja dan tiba-tiba menganggur tentu saja membuatku hampir mati kebosanan. Apalagi saat ini aku masih tinggal di Jakarta, tempat yang aku tidak pernah kunjungi sebelumnya dan saat ini aku tengah diam di rumah bersama kang Ahmad yang sedari tadi tengah sibuk sendiri dengan laptopnya. Sementara Emak, sehabis makan tadi langsung kembali pulang ke rumah teh Ayu. Katanya dua cucunya itu mau dianterin sekolah sama nenek kesayangan mereka. Saat ini, rasa bosan benar-benar menghatui perasaanku. Ingin melakukan sesuatu, tapi bingung apa yang harus aku lakukan. Biasanya di Jam segini aku masih berada di pondok bersama para kelinci-kelinciku."Huaaa," mulutku terbuka lebar, menguap begitu saja seakan rasa bosan ini sudah benar-benar berada di zona merah. Kedua mataku kembali melihat kang Ahmad yang masih asik duduk lesehan bersama laptopnya, dengan memberanikan diri aku mendekat kearahnya."Kang," seruku memanggilnya dengan hati-hati.Kang a

    Last Updated : 2025-01-06
  • Istriku Seorang Juragan    saya akan melindungi kalian

    "Mad, ngapain sih kamu harus berantem sama mamangnya istri kamu tuh?" Aku mendongak dengan rauh wajah ke bingung saat ia ku antar sampe depan pintu, ketika supirnya mas Abi menjemput Ema. "Maksud emak apa?" Aku bertanya dengan wajah bergerak kesana-kemari, berharap Jingga benar-benar tak mengikuti aku dan Emak keluar rumah. Emak mendelik, ia mencubit kesal perutku. "jangan buat ulah kamu Mad. Bapak tadi telpon, katanya Mail kena pukul mamangnya karena telah lancang memberikan mobil kesayangannya pada kalian""Apa?!" Aku bertanya dengan kedua mata yang hampir saja keluar dari tempatnya, benar-benar terkejut dengan pernyataan Emak. Emak segera menggeplak tanganku, "jangan keras-keras atuh Mad kalau kaget. Nanti istrimu curiga, emak mau bicara dulu sebentar sama kamu" ucapnya menarikku untuk menjauh dari halaman rumah. "Apa mak?" tanyaku berusaha setenang mungkin. "Emak tau, kekesalan kamu tadi gara-gara kamu berantem sama mamangnya kan? Ahmad, kamu harus jaga sikap. Mamangnya Jingg

    Last Updated : 2025-01-07
  • Istriku Seorang Juragan    menjatuhkan hati

    Bruk!Aku menjatuhkan kepala di atas meja dengan agak sedikit kasar, berlama-lama berkutat dengan laptop rasanya mataku lelah, otakku panas. Pikiranku pusing.Ku pejamkan mata beberapa saat,berusaha menenangkan diri sejenak. Nafasku berat, mencoba mengusir segala kecemasan yang mulai merasuki pikiranku. Apa strategi yang ku rancang sedemikian rupa ini akan terealisasi dengan sempurna? Berhasil tanpa kendala?Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantung yang semakin cepat. Memikirkan hal itu membuatku sakit saja. "Kang, ini sudah malam, kenapa masih disini?" tiba-tiba Jingga datang dengan membawakanku cemilan, bertanya mengapa aku masih setia berhadapan dengan layar 16 inc ini. Aku menoleh, membiarkan dia menyimpan cemilan di meja samping laptopku. "Jingga, mau kemana?" tanyaku saat ia hendak kembali beranjak menjauh. Ia terdiam, menoleh kearahku dengan bingung. "Ke kamar, ini udah malam. Jingga mau tidur," jawabnya terdengar agak gugup saat pandangan kami sal

    Last Updated : 2025-01-09
  • Istriku Seorang Juragan    surga dunia

    Aku menggeliat dari tidur nyenyak ini, perlahan kedua kelopak mataku terbuka. Samar-samar percikan hujan terdengar nyaring, tetesannya terlihat mengintip dibalik jendela yang sudah terbuka gordennya namun suasana gelap masih menyelimuti. Aku menggeliat malas saat berbalik menyamping kearah sisi tempat tidurku, nampak Jingga yang kembali berbaring dengan masih mengenakan mukena putih kesayangannya. Seketika sudut bibirku terangkat, melihat wajah Jingga yang tengah tertidur begitu damai. Tanganku terulur, mengusap pelan kepalanya. Mataku bergerak kearah atas, menatap jam di dinding baru saja menunjukan pukul empat pagi. Perlahan aku bangun dari posisi tidurku dengan hati-hati agar Jingga tak terusik sedikit pun, wanitaku itu terlihat sangat lelah, bisa aku lihat dari kelopak matanya. Mengingat semalam, untuk pertama kalinya kami begadang, melakukan kewajiban kami sebagai suami istri. Entah apa yang ada di pikiranku saat itu, yang jelas aku benar-benar tak tahan dengan nafsu syahwatku.

    Last Updated : 2025-01-10
  • Istriku Seorang Juragan    honeymoon?

    "Mad ... Lu dengar ane kagak sih?" Suara memekikan telinga di ujung telepon sana sungguh membuatku kesal. Bisa-bisa si Ujang nelponku pagi-pagi gini, ganggu orang lagi manja-manjaan sama istri aja. Gak jelas. "Ia kenapa?" tanyaku malas, mataku sedari tadi tak lepas memperhatikan Jingga yang tengah asik membuatkanku sarapan pagi ini. "Seriusan lo mau keluar dari kerjaan lu yang udah besarin nama lo? Ijazah lu gak guna dong kalau gitu" cerocosnya. Aku mendengus. Ini pikiran si Ujang sempit banget ya. "Tau darimana?" tanyaku santai. Perasaan baru kemarin aku mengajukan pengunduran diri ke sekolah lewat email, kenapa beritanya sudah sampai ke si biang kerok itu?"Pak Maman, dia minta gue buat bujuk lo balik lagi ke sekolah. Ngapain sih lu pake keluar segala, lagian lu lagi dimana sih sekarang? Gue ke rumah lu kagak ada" "Gue bakalan balik, tapi nanti. Bayar dulu utang lu!" tagih to the poin. Terdengar helaan napas lelah di sebrang sana. "Santai kali, istri lu aja gak pernah nagih."

    Last Updated : 2025-01-11
  • Istriku Seorang Juragan    perjuangan

    Malam ini, sesuai ucapan ku. Aku membawa Jingga untuk sekedar berkeliling, mengitari kota Jakarta. Sederhana, aku ingin Jingga tau bagaimana kerasnya ibu kota ini. "Kang, itu apa?" tanya Jingga membuat aku hampir tergelak saat mengikuti arah telunjuknya yang menunjuk ke sebuah patung besar yang terletak di tengah-tengah jalan.Itu merupakan Patung Dirgantara, patung yang terkenal di kawasan Pancoran. Patung itu menggambarkan seorang atlet yang sedang melompat dengan sayap, simbol semangat dan perjuangan."Itu yang sering emak sebut loh," ujarku terkekeh. Jingga menebak dengan kedua alis bertaut. "Pantung pancoran?" tanyanya. Aku mengangguk. "Lebih tepatnya, patung dirgantara" jawabku sambil melambatkan laju mobil. Jingga memandang patung itu dengan mata penuh tanya. "Kenapa harus tinggi banget, Kang? Kayak orang terbang. Akang tau gak sejarahnya gimana?" tanyanya. Aku tersenyum, dengan anggukan pandanganku tak lepas dari jalanan. "Patung pancoran itu, dulunya dibuat atas perintah

    Last Updated : 2025-01-12
  • Istriku Seorang Juragan    resiko ditanggung sendiri!

    "mang Juned menghubungi mas sama teteh tadi" aku melirik kearah pria yang tiba-tiba berada di kontrakanku diwaktu yang nyaris tengah malam kini berada. "Mang Juned sudah ngomong sesuatu?" tanyaku dengan hembusan napas lelah. Sialnya, aku lupa kalau mang Juned. Adik bungsunya si emak itu orangnya bawel. Punya mulut lemesnya kaya perempuan. Ada anggukan samar yang mas Abi berikan sebelum ia menjawab. "Emak marah, kenapa kamu meminta pinjaman sebesar itu sama bank? Ngapain juga kamu berhenti ngajar?" tanyanya menatapku dalam. Kabar berhembus begitu cepat, bak angin lalu. Ini juga apa-apaan Mas abi pulang dinas bukannya langsung pulang ke rumah, malah mampir ke kontrakan dan bertanya seperti itu. Apa dia mau ikut campur urusanku? Ah, itu pasti!"Sudah ku pikirkan matang-matang sebelumnya mas. Bapak juga setuju," jawabku apa adanya. Ya memang rencana ini ku atur selain melibatkan adiknya jingga, bapak juga termasuk. Bahkan ia mendukung penuh strategi yang aku buat itu. Mas manggut-man

    Last Updated : 2025-01-13

Latest chapter

  • Istriku Seorang Juragan    epilog (yes i will )

    Lima tahun kemudian ...Pada akhirnya, aku hancur sendirian. Menggenggam luka yang menusuk bagai duri tajam setiap harinya. Aku pikir setelah berpisah dengan Jingga dan menikahi wanita yang ku cintai dimasa lalu, kehidupanku akan membaik. Rupanya, aku salah besar.Perangai Sinta yang gila harta membuat rumah tangga kami tak bertahan lama. Hanya enam bulan, itu pun diwarnai dengan huru-hara pertengkaran akibat ekonomiku yang semakin hari semakin memburuk. Ia tidak tahan, mengamuk dan menyalahkanku mengapa aku memberikan semua hartaku pada Jingga. Padahal Sinta mau menikah denganku hanya karena aku sudah mapan, masalah cinta? Rupanya tak sepenting itu baginya. Cinta hanyalah omong kosong tanpa harta, baginya. Aku diam, tak melawan. Mungkin, itu karma untuk ku. Tahun-tahun berikutnya, setelah status duda ku sandang. Aku berusaha bangkit, kembali sibuk bekerja dari sekolah ke sekolah lain. Ya, aku kembali mengajar seperti saat bujanga

  • Istriku Seorang Juragan    Epilog (akang kembali)

    Lima tahun kemudian ... Pada akhirnya, aku hancur sendirian. Menggenggam luka yang menusuk bagai duri tajam setiap harinya. Aku pikir setelah berpisah dengan Jingga dan menikahi wanita yang ku cintai dimasa lalu, kehidupanku akan membaik. Rupanya, aku salah besar. Perangai Sinta yang gila harta membuat rumah tangga kami tak bertahan lama. Hanya enam bulan, itu pun diwarnai dengan huru-hara pertengkaran akibat ekonomiku yang semakin hari semakin memburuk. Ia tidak tahan, mengamuk dan menyalahkanku mengapa aku memberikan semua hartaku pada Jingga. Padahal Sinta mau menikah denganku hanya karena aku sudah mapan, masalah cinta? Rupanya tak sepenting itu baginya. Cinta hanyalah omong kosong tanpa harta, baginya. Aku diam, tak melawan. Mungkin, itu karma untuk ku. Tahun-tahun berikutnya, setelah status duda ku sandang. Aku berusaha bangkit, kembali sibuk bekerja dari sekolah ke sekolah lain. Ya, aku k

  • Istriku Seorang Juragan    kisah kita berakhir

    Tok ... Tok ... Tok ... Mata memejam, tanganku meremas kuat ujung kemeja ketika kepala hakim sudah mengetokan palu sebanyak tiga kali. Hal itu menandakan kalau sidang perceraianku dan Jingga sudah berakhir. Putusan menunjukan bahwa aku resmi sudah tidak lagi menyandang status sebagai kepala keluarga. Baik secara hukum mau pun agama. Ya tuhan, inikah akhir dari rumah tanggaku? Sungguh menyedihkan! Ekor mataku melirik ke sebelah, dimana Jingga dan aku sama-sama hadir pada sidang terakhir kami. Ku lihat senyuman mengembang di wajahnya saat hakim membacakan putusan tentang hak asuh anak jatuh padanya. Ya, itu memang kemauanku. Putraku lebih baik diasuh oleh ibunya dibanding harus bersama pria brengsek ini. Aku berdiri saat persidangan kami telah usai, mendekat kearahnya untuk saling berjabat tangan. Mengikhlaskan dan menbesakan semua gundah gulana di hati yang selama ini bersarang. "Selamat menyemat status

  • Istriku Seorang Juragan    talak

    Pada akhirnya aku ikut bersama teh Ayu untuk pulang ke desa. Rindu yang menggebu membuat pertahananku runtuh, aku ingin bertemunya. Aku ingin segera memeluknya, mengucap maaf dan sayang padanya. Burung-burung bernyanyi menyambut hari dengan kaki bertengger di ranting pohon, sepanjang perjalanan embun dan kabut terlihat masih menyelimuti pandangan karena hujan semalam suntuk. Kedua jagoan di sampingku terus saja berceloteh, bercerita tentang aktivitas yang akan di lakukannya di desa menemani perjalanan kami. Sesampainya di pekarangan rumah, suasana nampak begitu sepi siang ini. Padahal biasanya emak dan bapak tengah bersantai ria di teras rumah bersama para pekerjanya. Kami terheran-heran saat tak ada satu pun pekerja orangtua kami yang menunggu rumah ini. "Kalian tunggu saja, biar Mas tanya tetangga kenapa rumah sepi dan kayaknya di kunci deh," ujar mas Abi menebak. Aku dan teh Ayu hanya mengangguk pasrah, malas rasanya jika harus bertemu dengan para te

  • Istriku Seorang Juragan    lelaki serakah

    Kedua mataku tiba-tiba saja terbeliak tengah malam. Keringat bercucuran sebiji jagung di keningku. Mimpi buruk itu kembali menghantuiku. Teriakan, tangis kekecewaan, dan umpatan kasar kembali menyapa alam bawah sadarku, seolah memberi signal bahwa rasa bersalah ini kian menggerogoti relung hatiku. Aku menarik napas dalam-dalam lalu terduduk begitu saja. Hujan deras disertai angin kencang membuat hawa dingin menyapa tubuhku yang kini duduk meringkuk di sofa ruang tamu. Buru-buru aku bergegas mengambil segelas air putih di dapur lalu setelah itu aku memutuskan untuk mengambil wudhu dan melaksanakan shalat malam. Shalat yang biasa Jingga kerjakan setiap malamnya. Ah, aku merindukannya. Sudah dua bulan ini, aku rutin melaksanakan shalat tahajud untuk meminta pengampunan atas dosa-dosa yang ku perbuat. Sudah dua bulan ini pula, aku memutuskan untuk tidak menghubungi keluarga di desa. Rasa malu selalu menguasai diriku saat aku merindukan mereka dan

  • Istriku Seorang Juragan    hidup harus terus berjalan

    Jingga povSejak perselingkuhan kang Ahmad dengan Sinta terbongkar di depan mataku, aku tak lagi bisa hidup dengan tenang dan bahagia. Setiap malam, aku selalu menangis tergugu sendirian mengurung diri di kamar. Sakit, rasanya begitu sakit.Bayangan saat tawa kang Ahmad begitu lepas bersama dengan wanita di pangkuannya membuat hatiku semakin teriris. Rasanya benci, jijik dan menyakitkan apalagi saat teringat wanita itu juga tengah mengandung, dari perutnya yang buncit mungkin usia kandungannya tak jauh berbeda denganku. Sial, begitu menyakitkan. "Teh, buka pintunya. Teteh belum makan malam teh!" Aku menoleh kearah pintu yang tertutup, suara Mail terdengar semakin menambah pesakitanku. Gara-gara kejadian itu, adikku tak jadi berangkat dan terpaksa mengubur impiannya dalam-dalam. Aku sudah memaksanya untuk tetap pergi, namun ia begitu keras kepala tak ingin meninggalkanku sendirian disini. Padahal, emak sama bapak selalu mengunjungi ku s

  • Istriku Seorang Juragan    talak aku!

    Sebuah tarikan kuat pada kerah bajuku membuat tubuhku terhentak kedepan, dengan mata menyala Mail. Adik iparku itu, mengangkat kerah bajuku hingga tubuh ini ikut terangkat. Lalu detik berikutnya tinjuan kuat melayang pada perutku beberapa kali. Aku diam, masih mencerna apa yang terjadi. Benarkah? Benarkah kejadiannya harus seperti ini?"Brengsek! Bajingan! Gue percaya elo seratus persen buat lindungi teh Jingga, tapi nyatanya elu buat teteh gue menderita!" teriak Mail tepat di depan wajahku. Setelah itu, sebuah dorongan kuat darinya membuat tubuhku tersungkur ke depan, mencium marmer dingin rumah ini. Air mata jatuh dari pelupuk mataku begitu saja melihat semua orang hanya menyaksikan dengan kecewa tanpa berani menghentikan pukulan Mail padaku. Kulihat Jingga tengah menangis tersedu-sedu dengan gelengan tak percaya bersama emak yang kini sudah memeluknya, berusaha menenangkan. Aku berusaha bangun, berjalan pelan mendekati dua perempua

  • Istriku Seorang Juragan    terbongkar

    Katakan kalau aku ini pria brengsek, pengecut dan tak tahu malu. Sudah dua hari ini aku bahkan tak pulang ke desa dan memilih menemani wanita yang tengah berbadan dua, yang ingin bermanja denganku. Kalian mungkin mengira bahwa aku sudah menikahi wanita yang ku cintai sejak lama ini, Sinta. Tapi dugaan kalian jelas salah, sampai saat ini aku masih bukan siap-siapanya. Hanya sekedar sahabat, itu saja. Hanya saja bebanku terhadapnya lebih berat saat waktu kejadian itu aku berjanji akan mengambil alih tanggung jawab Bara terhadapnya, tapi tidak untuk menikahinya dalam waktu dekat. Selama ini pula, Sinta begitu gencar mendekatiku. Berusaha mengambil hatiku kembali, ia bahkan selalu saja menjelek-jelekan istriku yang sama halnya tengah mengandung anakku. Sebenarnya aku sudah muak, ingin rasanya bersikap tak peduli namun ia selalu mengancam jika aku tak bersamanya dan tak menikah dengannya ia akan melakukan hal yang sama seperti waktu itu. Ya, bunuh diri. Bahkan ia juga selalu menagih jan

  • Istriku Seorang Juragan    tidak mungkin

    Jingga povKejadian pagi itu sungguh menyakitkan bagiku. Entah apa yang terjadi pada suamiku hingga tega bersikap demikian, meninggalkan aku yang tengah terisak pagi itu. Emak dan bapak yang saat itu masih menikmati sarapannya bahkan ikut terkejut menghampiriku saat suara bantingan pintu begitu keras dari kang Ahmad saat meninggalkanku. Terhitung, sudah dua hari sejak kejadian itu Kang Ahmad bahkan tak pulang ke rumah kami. Untungnya Mail masih belum berangkat ke Jepang, untuk menyelesaikan studinya dan mau menemani serta menghiburku saat ini. Namun rasa sedih kembali hinggap, saat aku membantu Mail mengemas barang-barangnya. Hari ini, hari terakhir ia menemaniku sebelum besok kembali bertolak ke Jepang untuk mengikuti kuliah pertamanya. "Gak ke US lagi Mad? Teteh kira saat menempuh jalur beasiswa SMA disana, kamu bakalan lanjut kuliah di sana juga," ucapku saat memikirkan bagaimana sulitnya perjuangan adik lelakiku saat mengambil keputusan waktu itu, ketika ia mengambil beasiswa d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status