Saat ini, akhirnya Dirga dan yang lainnya bisa makan dengan tenang."Aku pikir orang bodoh hanya ada di Kota Damon saja, tak kusangka di tempat seperti ini juga ada banyak orang bodoh.""Kak Dirga begitu hebat. Bagaimana kalau Kak Dirga hancurkan saja kota ini?""Suasana hati yang tadinya baik-baik saja langsung jadi buruk karena sekumpulan orang-orang bodoh itu."Mulut Viona dicondongkan ke depan, dia paling benci ketika ada orang yang mengganggunya saat dia sedang makan.Terutama jika diganggu oleh orang-orang bodoh. Kalau bukan karena dihentikan oleh Dirga, Viona pasti sudah membantai mereka semua sedari tadi.Dirga menjulurkan tangannya dan menepuk kepala Viona, lalu menghiburnya, "Jangan marah, di hidup kita pasti akan selalu ada orang-orang bodoh yang akan mengganggu kita.""Kamu nanti akan terbiasa.""Makanlah dengan baik.""Hmm!"Viona menundukkan kepala, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setengah jam kemudian, mereka sudah makan hingga kenyang. Sementara saat ini, ayah Dev
Kematian Naufal memberikan suatu kesempatan terbaik bagi seluruh pendekar di Kota Foniks ini.Menduduki Kediaman Wali Kota, lalu merebut sumber daya yang ada di dalamnya.Dunia ini begitu nyata dan kejam.Yang kuat akan memangsa yang lemah!Dulu mereka sangat menghormati Kediaman Wali Kota dan Keluarga Tahir karena Keluarga Tahir ada Naufal yang merupakan pendekar Mahadewa Kuning.Sekarang Naufal sudah tidak ada, menduduki Kediaman Wali Kota bukanlah hal yang sulit lagi.Setelah melalui pembantaian selama satu malam, seluruh Kediaman Wali Kota telah berubah menjadi reruntuhan dan lautan darah.Tak ada satu orang pun dari Keluarga Tahir yang selamat, mereka semua dibantai hingga tak tersisa.Pendekar Keluarga Tahir juga tidak ada yang selamat, sementara pendekar Kota Foniks mati dan terluka parah.Penyintas saat ini tidak sampai hingga seratus orang.Sumber daya Keluarga Tahir telah direbut hingga tak tersisa.Kabar musnahnya Keluarga Tahir segera tersebar ke seluruh wilayah timur.Selu
Selesai Septa memperkenalkan dirinya, dia memperkenalkan tiga orang di belakangnya dengan ramah kepada Dirga dan yang lainnya.Dua perempuan adalah anak kembar, nama mereka adalah Milena Adinara dan yang satu lagi adalah Melina Adinara.Sementara pria yang satu lagi bernama Frans Lembayung.Milena dan Melina berdiri, lalu menghampiri Dirga dan yang lainnya dan menyapa mereka semua. Setelah itu, mereka duduk dan menyantap ikan bakar dengan tenang.Akan tetapi, Frans malah berdiri dan berbicara dengan raut wajah meremehkan kepada Septa, "Septa, sejak kapan kamu mewakili kami semua berbicara?""Seumur hidupmu, kamu hanya bisa mengandalkan orang lain dengan menjilat mereka.""Cepat duduk ke sini dan jangan mempermalukan diri sendiri."Septa langsung mengangkat sudut bibirnya, dia hendak membantah tetapi pada akhirnya dia hanya terdiam dan tak berkata apa-apa.Septa hanya bisa memendam perasaannya karena kultivasi Frans adalah yang terkuat di antara keempat orang tersebut.Ketika di Kota Da
Dulu tempat ini tidak seramai sekarang.Di sini sekarang bisa menjadi ramai karena banyak sekali petarung yang datang dari luar kota dalam jumlah besar.Meski musnahnya Keluarga Tahir telah menggemparkan seluruh kota, hal itu tidak ada hubungannya dengan para petarung pendatang dari luar kota.Oleh karena itu sejak setengah bulan yang lalu, bisnis di sini jadi ramai. Batu giok di sini ditambang dari dalam Mirado.Setiap area Mirado sudah ada sejak puluhan ribu bahkan hingga ratusan ribu tahun lamanya, batu giok yang ada di dalam telah melalui erosi energi roh selama ratusan ribu tahun. Tingkat kepadatan energi roh memang sangat rendah, tetapi energi roh tersebut cukup efektif bagi petarung.Terutama bagi petarung yang datang dari luar kota. Mereka bisa berjalan hingga tingkatan kultivasi mereka saat ini pada dasarnya mereka tidak pernah menggunakan energi roh.Mereka tidak begitu peduli terhadap efektivitas energi roh.Mereka hanya ingin mencari hal yang baru, selain itu mereka tidak p
Pemilik gerai langsung menggesek kartu tanpa banyak bicara lagi.Pembayaran selesai dengan ditandai bunyi dari mesin EDC.Saat ini raut wajah pemilik gerai memperlihatkan senyum seorang pedagang."Bagaimana kalau kamu beli beberapa bongkah batu lagi, aku akan memberimu potongan harga.""Nggak perlu, cepat potong batunya."Viona mendesak pemilik gerai. Pemilik gerai segera memotong batu dengan pisau besinya dengan mahir.Akan tetapi, Dirga malah menghentikannya."Pinjamkan alatnya padaku, biar aku saja yang potong."Dirga segera mengambil pisau besi pemilik gerai, kemudian mulai memotong batu giok. Dirga memotong bagian batu yang tidak terdapat energi roh dan tingkat kemurnian energi roh yang rendah.Batu yang tersisa tidak begitu banyak, Dirga mendongak dan bertanya kepada Viona mengenai benda favoritnya."Apa masih perlu tanya lagi? Tentu saja batu berlian. Aku suka Hati Samudra Negara Naga yang tak ternilai itu.""Kak Dirga, kalau Kak Dirga bisa memahat batunya jadi Hati Samudra, kel
Kemudian, pada saat ini terdengar suara Dirga."Apa maksudmu? Kamu berani sok hebat di depanku!""Cari mati!"Setelah Dirga selesai bicara, kekuatan itu tiba-tiba berubah arah dan melesat ke arah orang kepercayaan Sunata."Hmm?""Kuat sekali."Raut wajah orang kepercayaan Sunata berubah drastis, hanya saja dia tidak sempat bertindak dan langsung tewas oleh kekuatan yang barusan dia keluarkan.Ratusan ribu orang yang hadir langsung terdiam. Mulut semua orang menganga, mereka tidak percaya dengan mata kepala mereka sendiri.Terutama petarung-petarung itu.Mereka tahu tingkat kultivasi orang kepercayaan Sunata, tetapi dia dibunuh begitu saja.Siapa yang telah melakukannya?Sejak kapan muncul pendekar super yang mengerikan seperti ini di Kota Foniks?Semua orang tidak berani percaya, mereka semua tidak mengerti apa yang baru saja terjadi.Semua orang segera bubar.Di sisi lain, saat ini Dirga dan yang lainnya sudah menemukan sebuah toko dan duduk di toko itu.Pemilik toko sedang tidak ada
Tujuan kedatangan Sunata kali ini adalah untuk meyakinkan kakak iparnya.Tak lama kemudian, Sunata tiba di Gerbang Jenjang.Kakak ipar Sunata, ketua sekte Gerbang Jenjang yang bernama Alvan Gunadi sudah tahu kalau Sunata akan datang, sehingga dia sengaja menghindar.Setelah Sunata datang, dia menunggu dengan sabar. Sunata tahu kalau kakak iparnya tidak ingin menemuinya.Walau merasa kehilangan martabat, Sunata tetap bersabar. Sunata menunggu selama enam jam lebih, tetapi dia tak kunjung bertemu dengan Alvan.Pada saat ini, Sunata memanggil salah seorang murid Gerbang Jenjang dan menyuruhnya untuk menyampaikan beberapa hal pada Alvan.Benar sekali, belasan menit kemudian Alvan akhirnya muncul. Alvan mengenakan pakaian tradisional serba biru gelap, wajahnya dipenuhi oleh jenggot.Alvan menggenggam dua buah kacang walnut berumur ribuan tahun. Alvan sudah berusia tiga ratusan tahun, tetapi dia masih berenergik dan terlihat seperti baru berumur enam puluh tahun."Hahaha, adik iparku, maafka
Alvan tahu betul situasi yang diceritakan oleh Sunata, tetapi dia mengabaikan semua itu.Alvan hanya percaya dengan apa yang dia lihat dengan kedua mata kepalanya sendiri.Akan tetapi, Alvan sangat tertarik dengan keuntungan yang dibahas oleh Sunata barusan."Sunata, kamu terlalu mengkhawatirkan banyak hal. Kamu ini terlalu tegang dan kehilangan penilaian yang paling mendasar.""Wilayah timur nggak seperti wilayah selatan yang payah. Hal seperti itu nggak akan pernah terjadi di wilayah timur.""Maksudku adalah ....""Apa kamu pernah berpikir mungkin saja Satya dan Cornelius menjadikan perempuan yang kamu ceritakan itu sebagai pengalihan?""Semua orang tahu kalau Gerbang Langit Selatan dan Sekte Taichi selalu mempunyai hubungan yang baik satu sama lain sejak lama, di antara sekte mereka berdua nggak pernah ada konflik ataupun perbedaan.""Terutama di generasi Satya dan Cornelius, kita terlalu menganggap tinggi kekuatan berbagai sekte dan organisasi di wilayah selatan.""Ambisi mereka be