"Austin, apa kamu tau om Rama dan mama Zoya sebenarnya memiliki hubungan seperti apa?" tanya Aland.Dia lihat dengan jelas di ujung sana Rama dan Zoya yang saling memeluk erat, Aland melihat sekilas dan langsung bertanya seperti itu kepada Austin."Om Rama adalah temannya Mama," jawab Austin sesuai yang dia tau."Apa mereka sering peluk-pelukan seperti itu?""Iya, sering, aku sampai tidak bisa menghitung berapa kali.""Apa kalau teman boleh saling memeluk?""Boleh, aku dan Elea juga sering berpelukan.""Berarti Daddy dan mama boleh berpelukan juga?""Iya, boleh," jawab Austin.Aland lantas tertawa sendiri, entah apa yang sebenarnya dia bicarakan dengan sang anak. Namun kini saat Aland kembali melihat ke arah Zoya, wanita itu sudah melepaskan pelukannya.Tidak mungkin Jika mereka hanya berteman. Batin Aland.Aland kemudian menatap lagi ke arah Austin, "Apa Austin juga pernah memanggil Daddy pada om Rama?" tanya Aland.Seketika dia merasa cemburu tentang hal itu. Rasanya tidak terima
"Kamu serius?" tanya Rama dengan bibir yang mulai tersenyum. Meski sebenarnya dalam hati bertanya-tanya kenapa Zoya cepat sekali berubah pikirannya. Beberapa saat lalu Zoya begitu ragu, namun sekarang Zoya sudah mengambil keputusan.Tapi rasa bahagia yang ada di dalam hatinya menepis semua pertanyaan itu, dia pilih untuk menyambutnya dengan senang.Sementara Zoya hanya mampu tersenyum hambar, lalu mengangguk. Entah apa yang akan dia hadapi di depan setelah mengambil keputusan seperti ini. Tapi yang jelas sekarang dia harus menjauh dulu dari Aland.Pria itu begitu bahaya untuknya."Apa maksudnya pembicaraan mama dan om Rama? apa aku dan mama akan pergi ke kota?" tanya Austin, sedikit-sedikit dia mendengar pula pembicaraan kedua orang dewasa itu."Ayo kita pulang dulu," jawab Rama kemudian. Mereka bisa membicarakan tentang hal ini di rumah nanti.Zoya mengangguk, sedangkan Austin hanya bisa mengikuti keputusan semua orang.Saat keluar dari ruangan tersebut, Zoya sudah tidak melihat Ala
Mendengar nama Aland Floyd dibawa-bawa oleh Austin membuat Rama tak bisa mengabaikannya lagi. Pasti ada benang merah yang membuat Zoya terhubung dengan keluarga konglomerat tersebut.Rama bahkan menatap Zoya lebih intens, sangat berharap juga tak ada yang ditutup-tutupi diantara mereka berdua. Jika Aland Floyd sudah mengatakan bahwa pria bernama Roland Lewis tak ada di dunia ini, itu pasti sebuah fakta. Karena tak mungkin Aland bicara omong kosong, pria itu pasti telah mendapatkan data."Austin, buka pintunya lebih dulu sayang. Sulit untuk bicara seperti ini," kata Rama. Setelahnya terdengar suara pintu yang terbuka. Austin membukanya dan langsung mendapatkan pelukan erat dari sang mama.Hanya pelukan erat tanpa kata-kata. Rama yang berdiri hanya mampu mengelus puncak kepala Zoya dan Austin secara bersamaan menggunakan kedua tangannya. "Austin, maafkan om Rama ya? Om tidak bermaksud menggantikan papamu," ucap Rama setelah keadaan cukup reda. Zoya telah melerai pelukan sang anak, ju
Setelah panggilan itu terputus Aland segera berlari keluar dari dalam kamarnya. Dia tak ingin mengulur waktu dan ingin segera menemui Zoya.Aland harus meluruskan semua informasi yang dia dapat. Karena keyakinan tentang Zoya adalah sang istri dan Austin anak mereka semakin kuat dia rasakan. Meski terlihat tak masuk akal namun Aland menepis semua keraguan itu.Kepergiannya yang tergesa-gesa terlihat pula oleh nyonya Ressa yang sedang menyiapkan makan malam. "Kenapa pak Guru buru-buru seperti itu?" gumam Ressa, namun dia hanya mengedikkan bahu, tidak berteriak untuk memanggil, hanya merasa heran saja.Dengan kecepatan cukup tinggi Aland melajukan motornya menuju rumah Zoya, pandanganya langsung menangkap 2 mobil yang keluar dari halaman rumah tersebut. Mobil siapa itu? batin Aland. Tak tahu jika mobil itu membawa Zoya dan Austin pergi, Aland langsung masuk ke area rumah Zoya. Langsung disambut oleh bibi Una yang berdiri di depan teras. "Bi, apa Zoya ada?" tanya Aland, dia belum tu
"Rama Elmer, ku rasa kita pernah bertemu beberapa kali di sebuah event. Aku yakin kabar tentang istriku yang kabur 6 tahun lalu terdengar pula olehmu dan sekarang semua bukti mengarah pada Zoya dan Austin. Itulah kenapa aku tidak bisa melepaskan mereka," ucap Aland, bicara dengan sorot matanya yang nampak begitu dingin. Rasa sepi, penyesalan dan khawatir yang selama ini bersemayam di dalam hatinya kini tergambar jelas dari sorot mata itu.Membuat Rama seketika kehilangan semua kata-kata. Beberapa kali pemikiran seperti itu pun terbesit pula di dalam benaknya namun selalu Rama tepis. Tapi sekarang dia justru mendengarnya langsung dari Aland Floyd."Jika tak ingin masalah ini berkepanjangan, tolong ... bujuklah Zoya untuk melakukan tes DNA antara aku dan Austin. Jika hasilnya negatif aku akan pergi dari kalian," timpal Aland kemudian. Dia mengambil satu langkah mundur. "Tapi jika hasilnya positif, aku mohon mundurlah. Besok aku akan menemui mu di Kota," timpal Aland lagi.Setelahnya dia
Pagi-pagi saat Austin membuka matanya dia sudah melihat tempat yang baru, sebuah ruangan yang nampak begitu jelas sangat berbeda dengan rumahnya. Tempat ini sangat asing. "Ma," panggil Austin langsung.Dia tidak tahu sedang berada di mana, seketika merasa cemas dan butuh mama untuk penenang."Mama!" panggil Austin dengan suara yang terdengar lebih tinggi.Zoya yang saat itu berada di dapur untung mampu mendengar suara sang anak, Zoya memang sengaja tidak menutup pintu agar mendengar saat Austin memanggil.Zoya lantas meninggalkan semua pekerjaannya dan berlari menghampiri sang anak. "Austin, ini mama sayang," kata Zoya, dia tak ingin Austin merasa takut di tempat asing ini.Nanti rumah ini lah yang akan mereka tempati ketika tinggal di kota Servo, rumah ini adalah rumah milik Rama. Bukan rumah utama keluarga Elmer, melainkan rumah pribadi Rama."Ini rumah siapa, Ma?" tanya Austin, setelah dia mendapatkan pelukan dari sang mama dan kini mulai merasa tenang."Ini adalah rumahnya Om
Rama menahan tangan Zoya agar tidak menyentuh pecahan piring tersebut, untunglah dia bergerak cepat sebelum sang kekasih terluka."Pelayan!" panggil Aksara dengan suara yang cukup tinggi.Pertemuan yang awalnya terasa baik-baik saja, kini seperti membuka luka lama Zoya. Zoya jadi takut, sangat takut jika cerita lama itu kembali terulang. Sadar jika wajar saja kedua orang tua Rama menginginkan yang terbaik untuk sang anak, Zoya hanyalah salah satu pilihan dari banyaknya wanita di dunia ini.Diam-diam Zoya melirik ke arah mama Sofia, lalu melihat wanita paruh baya itu yang nampak membuang nafasnya kasar, menyayangkan piringnya yang telah pecah.Mama Sofia bahkan sedikit pun tidak mencemaskan tentang Austin.Zoya lantas menatap anaknya dengan malang. Terbesit di dalam benaknya bahwa kemalangan Austin juga karena kesalahannya sendiri, harusnya dia biarkan Austin bersama keluarga Floyd, harusnya dia yang pergi saja.Mengingat itu dada Zoya sesak sekali, apapun pilihan di dalam hidupnya k
Selepas makan siang bersama, Rama langsung mengajak Zoya dan Austin untuk pamit pulang. Apalagi sebentar lagi adalah waktunya Austin untuk tidur siang, bocah itu jika melewatkan tidur siang akan rewel saat malam hari. "Akhir pekan nanti Abang akan berkunjung ke rumah mu," ucap Aksara, dia dan Austin kini sudah akrab. Untung saja ada Aksara yang bermain dengan bocah itu.Rama lantas menepuk pundak sang adik sebagai ucapan terima kasih. Terima kasih karena telah menerima Austin seterbuka ini. "Siap! aku akan menunggu bang Aksara datang," balas Austin. Kakek Benjamin juga mengelus puncak kepala Austin sebagai bentuk kasih sayang. Sementara mama Sofia tidak melakukan apa-apa, hanya diam tanpa minat. Selepas perpisahan itu akhirnya kini Rama, Zoya dan Austin sudah berada di dalam mobil yang melaju untuk pulang. Di tengah-tengah jalan Austin sudah tidur.Rama lantas memindahkan kepala Austin agar bertumpu padanya, bukan pada Zoya. "Maafkan aku," kata Rama. Dia tersenyum namun wa
Erile benar-benar menepati ucapannya pada Prisila, pagi ini dia datang ke rumah utama keluarga Floyd dan langsung menghadap pada mama Emma, Aland dan juga Zoya. Sementara si kecil Austin sudah pergi ke sekolahnya."Ya Tuhan, jadi kalian memiliki hubungan. Astaga, Mama senang sekali," ucap mama Emma, kedua matanya sampai berkaca-kaca, ingin menangis saling bahagianya. Jika dulu mungkin mama Emma akan menentang hubungan tersebut, apalagi jika mengingat bagaimana latar belakang Erile yang hanya seorang asisten pribadi.Tapi sekarang semuanya telah benar-benar berubah mama Emma lagi melihat kedudukan seseorang untuk jadi pendamping anak-anaknya. Dia telah banyak belajar, bahwa harta bisa dicari, namun kebahagiaan tak bisa dibeli dengan uang. Jadi kini siapapun yang bisa membahagiakan anak-anaknya, maka akan dia dukung dengan sepenuh hati."Umur kalian sudah matang, lebih baik langsung menikah saja," putus wanita paruh baya tersebut.Zoya sudah terkekeh, lucu sendiri melihat sikap ibu mer
"Erile?!""Sstt!!" kata Prisila, buru-buru dia membekap mulut Zoya agar tidak mengeluarkan suara yang lebih tinggi karena keterkejutannya. Sungguh, tentang hubungannya dengan Erile pun hingga kini masih belum dia percaya juga.Semuanya dimulai saat salju pertama turun di kota Servo. Malam itu dingin sekali, tiba-tiba Erile menggenggam tangannya hingga membuat Prisila marah.Dan yang paling membuatnya terkejut adalah Erile menyatakan cinta, lalu bicara takut kehilangan sebab mama Emma sudah berulang kali membicarakan tentang perjodohannya.Sejak saat itu selalu ada saja cara yang membuat mereka bertemu hingga akhirnya kini keduanya sepakat untuk bersama."Aku tidak akan menjelaskan apapun padamu tentang bagaimana aku dan Erile bisa bersama. Tapi sekarang kami memang sedang menjalin hubungan," jelas Prisila, saat mengatakan itu kedua pipinya sontak berubah jadi merah merona.Selama ini Pricilla adalah wanita yang mandiri dan ketika cinta menyentuh hatinya membuatnya jadi malu sendiri."
Akhir-akhir ini Prisila sangat sibuk, entah sudah berapa lama sejak mama Emma meminta bantuan Zoya untuk menanyakan tentang status anaknya itu. Apakah sekarang Prisila sedang dekat dengan pria atau tidak?Merasa memiliki hutang pada sang mama, jadi malam ini Zoya bertekad untuk bertemu dengan kak Prisila. Jam 9 malam dia hendak keluar dari dalam kamar, padahal sudah hampir 30 menit dia berbaring dengan sang suami. "Aku harus bertemu kak Prisila sekarang Al, besok pagi dia pasti buru-buru pergi ke rumah sakit. Alasanya sedang ada pergantian manajemen," ucap Zoya. "Ya ampun sayang, ini kan sudah malam. Besok saja kita ke rumah sakit kak Prisila, aku akan temani," balas Aland yang tak rela ditinggal sang istri. Padahal mereka masih saling memeluk erat, berbagi kehangatan dari dinginnya cuaca di luar. "Aku mohon sayang, izinkan aku pergi sekarang," mohon Zoya, bahkan menatap penuh permohonan. "Oh my God, kenapa istriku terlihat menggemaskan seperti ini. Aku tidak akan sanggup menolak k
Hari pun bergulir.Dari hari berganti jadi minggu. Tidak disadari oleh semua orang kini hubungan Prisila dan Erile nampak canggung. Sepertinya terjadi sesuatu saat mereka pulang bersama ketika salju pertama turun di kota Servo.Memasuki musim dingin, Zoya juga dilarang pergi ke luar rumah. Namun kali ini mama Emma memenuhi semua kebutuhannya bahkan melimpahkan semua kasih sayang yang dia punya."Zoya, mama baru saja membuat sup. Ayo makan agar tubuhmu hangat," ajak mama Emma, dia datang dari dapur dan menghampiri sang menantu yang sedang berada di ruang tengah.Saat ini waktu masih menunjukkan jam 10 pagi, Austin masih sekolah, Aland pergi ke kantor karena ada beberapa urusan, sementara Prisila juga sudah pergi ke rumah sakit. Jadi di rumah hanya ada mama Emma dan Zoya saja."Tapi aku belum lapar, Ma," jawab Zoya, bukan apa-apa, beberapa saat lalu mama Ema sudah memberinya irisan buah."Tidak apa-apa, sedikiiit saja. Mama akan suapi kamu," balas mama Emma, masih kukuh ingin Zoya makan
Tiba di ruangan sang manager, Prisila dan Erile langsung bertemu dengan seorang wanita yang mengaku bahwa cincin berliannya hilang. Wanita itu masih muda, namun sungguh Prisila tak pernah mengingat pernah mengundang wanita itu dalam pernikahan sang adik.'Siapa yang membawa wanita ini masuk ke dalam pesta.' batin Prisila pula, dia datang dengan sorot matanya yang tajam."Akhirnya kamu datang juga, Aku hanya ingin menuntut ganti rugi tapi kenapa penanganannya buruk sekali seperti ini," ucap wanita tersebut, seseorang bernama Hailey."Maaf Nona, tapi dari rekaman CCTV yang tertangkap sejak Anda masuk ke dalam ballroom anda sudah tidak menggunakan cincin.""Mana CCTVnya? sejak tadi aku ingin melihat rekaman itu tapi kamu terus mengela," balas Hailey pula, tak gentar dengan semua kemauannya. dia harus mendapatkan ganti rugi atas kehilangan ini."Saya tidak menunjukkan CCTV lebih awal karena ingin mendengar kejujuran anda, tapi ternyata anda tetap kukuh dalam kebohongan. Saat rekaman CCTV
Zoya tidak tau harus menjawab apa ucapan suaminya tersebut. Dulu mungkin Zoya akan merasa senang tiap kali melihat penyesalan suaminya seperti ini. Tiap sekarang Zoya sudah tidak seperti dulu lagi, karena kini jadi merasa iba pula jika Aland terus diselimuti oleh perasaan bersalah di masa lalu.Sementara yang Zoya inginkan sekarang adalah mereka sama-sama bahagia, tak lagi terbelenggu dengan masa lalu."Terima kasih, karena kamu masih memberiku kesempatan kedua," kata Aland lagi.Zoya tetap tak tau harus menjawab apa, jadi dari semua ucapan suaminya tersebut hanya dia jawab dengan pelukan yang semakin erat. Zoya bahkan langsung mendongak dan mencium lehih dulu bibir suaminya, ciuman yang langsung disambut oleh Aland.Hingga akhirnya mereka berdua saling berpagut dengan mesra, mengirim cinta yang ada di dalam hati melalui ciuman tersebut.Malam pertama setelah menikah meraka hanya tidur saling memeluk, Aland tak ingin sesuatu hal terjadi pada kandungan sanb istri.**Malam pun bergul
"Berikan nomor ponsel Anda," ucap Rama, ketika mobilnya sudah berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah nona Adeline."Untuk apa?" tanya Adeline pula, dia pikir mereka berdua sudah tidak ada urusan lagi. Toh sekarang Adeline telah benar-benar coba merelakan Aland, dia tidak akan mengganggu pernikahan itu.Adeline malas mengakui, tapi semua ucapan Rama memang benar. Saat dia putusnya untuk tetap berusaha menghancurkan pernikahan tersebut yang ada hanya dialah yang akan hancur."Berikan saja, atau saya tidak akan membuka pintu," kata Rama, yang terdengar seperti ancaman di telinga Adeline.Sebuah sikap pemaksa yang tidak cocok jika disandingkan dengan wajahnya yang hangat. Karena malas berdebat dan merasa tenaganya sudah habis jadi Adeline dengan terpaksa mencatat nomornya di ponsel milik pria ini.Rama yang tidak mudah percaya pada Adeline pun memeriksa lebih dulu nomor ponsel tersebut dan untungnya ponsel milik Nona muda ini benar-benar berdering."Apa kamu pikir Aku mencatat nomor
Sudah hampir 2 jam Adeline tertidur di sofa tersebut, tapi belum ada tanda-tanda bahwa wanita itu akan terbangun. Sementara saat ini waktu sudah menunjukkan jam 5 sore, Rama harusnya sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu."Astaga, wanita itu tidur atau pingsan? Kenapa dia tidak bangun-bangun juga," gumam Rama, lebih terdengar seperti menggerutu. Adeline tertidur seolah selama ini dia tidak pernah tidur nyenyak seperti itu.Dengan sangat terpaksa akhirnya dia berniat untuk membangunkan wanita itu. Rama berjalan mendekati sofa, berdiri di samping Adeline yang tertidur pulas. Rama kemudian menggerakkan tangan kanannya untuk menyentuh pundak wanita itu, lalu menggoyangnya secara perlahan."Nona Adeline! Bangunlah," kata Rama, bicaranya memang terdengar pelan tapi goyangan yang dia ciptakan dari tangannya cukup kuat. Hingga membuat Adeline akhirnya benar-benar terbangun dari tidur.Adeline menguap namun belum sadar saat ini dia berada di mana."Nona Adeline!" kata Rama lagi, dan akhi
Tepat jam 9 pagi akhirnya pengantin dipanggil untuk keluar menuju tempat pengucapan janji suci. Ballroom yang awalnya terasa cukup bising kini seketika jadi hening ketika Zoya dan Aland berjalan bersama melewati taburan kelopak bunga berwarna putih."Mama!" pekik Austin yang duduk di kursi paling depan bersama dengan Elea dan kak Prisila, kebahagiaan bocah itu tidak bisa dikendalikan.Namun Zoya hanya bisa bisa tersenyum ke arah sang anak, senyum tanda bahwa dia pun juga merasa sangat bahagia pada hari ini.Zoya cantik sekali dengan gaun pengantinnya yang menjuntai panjang. Begitu serasi dengan Aland yang berada di sampingnya.Pernikahan itu banyak dihadiri orang-orang, sebagian Zoya mengetahuinya sebab dulu dia pun bekerja di perusahaan Aland. Sebagian lagi dia tidak mengenal dan cukup tau bahwa semuanya adalah kenalan keluarga Floyd.Pernikahan itu pun disiarkan oleh satu stasiun televisi, hingga siapapun bisa melihatnya. Termasuk Sofia yang terduduk di ruang tengah rumah keluarga E