Mendengar nama Aland Floyd dibawa-bawa oleh Austin membuat Rama tak bisa mengabaikannya lagi. Pasti ada benang merah yang membuat Zoya terhubung dengan keluarga konglomerat tersebut.Rama bahkan menatap Zoya lebih intens, sangat berharap juga tak ada yang ditutup-tutupi diantara mereka berdua. Jika Aland Floyd sudah mengatakan bahwa pria bernama Roland Lewis tak ada di dunia ini, itu pasti sebuah fakta. Karena tak mungkin Aland bicara omong kosong, pria itu pasti telah mendapatkan data."Austin, buka pintunya lebih dulu sayang. Sulit untuk bicara seperti ini," kata Rama. Setelahnya terdengar suara pintu yang terbuka. Austin membukanya dan langsung mendapatkan pelukan erat dari sang mama.Hanya pelukan erat tanpa kata-kata. Rama yang berdiri hanya mampu mengelus puncak kepala Zoya dan Austin secara bersamaan menggunakan kedua tangannya. "Austin, maafkan om Rama ya? Om tidak bermaksud menggantikan papamu," ucap Rama setelah keadaan cukup reda. Zoya telah melerai pelukan sang anak, ju
Setelah panggilan itu terputus Aland segera berlari keluar dari dalam kamarnya. Dia tak ingin mengulur waktu dan ingin segera menemui Zoya.Aland harus meluruskan semua informasi yang dia dapat. Karena keyakinan tentang Zoya adalah sang istri dan Austin anak mereka semakin kuat dia rasakan. Meski terlihat tak masuk akal namun Aland menepis semua keraguan itu.Kepergiannya yang tergesa-gesa terlihat pula oleh nyonya Ressa yang sedang menyiapkan makan malam. "Kenapa pak Guru buru-buru seperti itu?" gumam Ressa, namun dia hanya mengedikkan bahu, tidak berteriak untuk memanggil, hanya merasa heran saja.Dengan kecepatan cukup tinggi Aland melajukan motornya menuju rumah Zoya, pandanganya langsung menangkap 2 mobil yang keluar dari halaman rumah tersebut. Mobil siapa itu? batin Aland. Tak tahu jika mobil itu membawa Zoya dan Austin pergi, Aland langsung masuk ke area rumah Zoya. Langsung disambut oleh bibi Una yang berdiri di depan teras. "Bi, apa Zoya ada?" tanya Aland, dia belum tu
"Rama Elmer, ku rasa kita pernah bertemu beberapa kali di sebuah event. Aku yakin kabar tentang istriku yang kabur 6 tahun lalu terdengar pula olehmu dan sekarang semua bukti mengarah pada Zoya dan Austin. Itulah kenapa aku tidak bisa melepaskan mereka," ucap Aland, bicara dengan sorot matanya yang nampak begitu dingin. Rasa sepi, penyesalan dan khawatir yang selama ini bersemayam di dalam hatinya kini tergambar jelas dari sorot mata itu.Membuat Rama seketika kehilangan semua kata-kata. Beberapa kali pemikiran seperti itu pun terbesit pula di dalam benaknya namun selalu Rama tepis. Tapi sekarang dia justru mendengarnya langsung dari Aland Floyd."Jika tak ingin masalah ini berkepanjangan, tolong ... bujuklah Zoya untuk melakukan tes DNA antara aku dan Austin. Jika hasilnya negatif aku akan pergi dari kalian," timpal Aland kemudian. Dia mengambil satu langkah mundur. "Tapi jika hasilnya positif, aku mohon mundurlah. Besok aku akan menemui mu di Kota," timpal Aland lagi.Setelahnya dia
Pagi-pagi saat Austin membuka matanya dia sudah melihat tempat yang baru, sebuah ruangan yang nampak begitu jelas sangat berbeda dengan rumahnya. Tempat ini sangat asing. "Ma," panggil Austin langsung.Dia tidak tahu sedang berada di mana, seketika merasa cemas dan butuh mama untuk penenang."Mama!" panggil Austin dengan suara yang terdengar lebih tinggi.Zoya yang saat itu berada di dapur untung mampu mendengar suara sang anak, Zoya memang sengaja tidak menutup pintu agar mendengar saat Austin memanggil.Zoya lantas meninggalkan semua pekerjaannya dan berlari menghampiri sang anak. "Austin, ini mama sayang," kata Zoya, dia tak ingin Austin merasa takut di tempat asing ini.Nanti rumah ini lah yang akan mereka tempati ketika tinggal di kota Servo, rumah ini adalah rumah milik Rama. Bukan rumah utama keluarga Elmer, melainkan rumah pribadi Rama."Ini rumah siapa, Ma?" tanya Austin, setelah dia mendapatkan pelukan dari sang mama dan kini mulai merasa tenang."Ini adalah rumahnya Om
Rama menahan tangan Zoya agar tidak menyentuh pecahan piring tersebut, untunglah dia bergerak cepat sebelum sang kekasih terluka."Pelayan!" panggil Aksara dengan suara yang cukup tinggi.Pertemuan yang awalnya terasa baik-baik saja, kini seperti membuka luka lama Zoya. Zoya jadi takut, sangat takut jika cerita lama itu kembali terulang. Sadar jika wajar saja kedua orang tua Rama menginginkan yang terbaik untuk sang anak, Zoya hanyalah salah satu pilihan dari banyaknya wanita di dunia ini.Diam-diam Zoya melirik ke arah mama Sofia, lalu melihat wanita paruh baya itu yang nampak membuang nafasnya kasar, menyayangkan piringnya yang telah pecah.Mama Sofia bahkan sedikit pun tidak mencemaskan tentang Austin.Zoya lantas menatap anaknya dengan malang. Terbesit di dalam benaknya bahwa kemalangan Austin juga karena kesalahannya sendiri, harusnya dia biarkan Austin bersama keluarga Floyd, harusnya dia yang pergi saja.Mengingat itu dada Zoya sesak sekali, apapun pilihan di dalam hidupnya k
Selepas makan siang bersama, Rama langsung mengajak Zoya dan Austin untuk pamit pulang. Apalagi sebentar lagi adalah waktunya Austin untuk tidur siang, bocah itu jika melewatkan tidur siang akan rewel saat malam hari. "Akhir pekan nanti Abang akan berkunjung ke rumah mu," ucap Aksara, dia dan Austin kini sudah akrab. Untung saja ada Aksara yang bermain dengan bocah itu.Rama lantas menepuk pundak sang adik sebagai ucapan terima kasih. Terima kasih karena telah menerima Austin seterbuka ini. "Siap! aku akan menunggu bang Aksara datang," balas Austin. Kakek Benjamin juga mengelus puncak kepala Austin sebagai bentuk kasih sayang. Sementara mama Sofia tidak melakukan apa-apa, hanya diam tanpa minat. Selepas perpisahan itu akhirnya kini Rama, Zoya dan Austin sudah berada di dalam mobil yang melaju untuk pulang. Di tengah-tengah jalan Austin sudah tidur.Rama lantas memindahkan kepala Austin agar bertumpu padanya, bukan pada Zoya. "Maafkan aku," kata Rama. Dia tersenyum namun wa
Mobil yang dinaiki oleh Aland masih melaju di jalanan kota Servo, tak ada suara di dalam mobil tersebut, hanya dikuasai oleh hening.Aland telah memerintahkan beberapa anak buahnya untuk selalu mengawasi Rama, Austin dan Zoya. Jika ada kesempatan maka mereka harus menculik Zoya ataupun Austin. Bagaimana pun caranya, tes DNA itu harus dilakukan. Pikiran Aland yang kalut membuatnya tidak sadar bahwa mobil yang dinaikinya telah melaju cukup jauh, bahkan nyaris tiba di tempat tujuan. "Tuan, kita sudah sampai," ucap Erile dan sontak menyadarkan Aland dari semua lamunan. Mobil mereka berhenti di salah satu rumah sakit ternama di Kota Servo. Rumah sakit yang masih berada dalam lingkup kekuasaan keluarga Floyd, karena keluarga Floyd memiliki saham paling besar di rumah sakit tersebut dan di sinilah kakak Aland yang bernama Prisila bekerja. Dan mendengar ucapan Erile tersebut, Aland pun segera turun dari dalam mobil. Ketika dia masuk ke dalam rumah sakit itu, Aland dengan wajah dinginnya l
Sudah tiba di tempat tujuan, Rama segera menggendong Austin untuk masuk ke dalam toko tersebut. Sementara Zoya berjalan di belakang dan memperhatikan keduanya. Maafkan mama Austin, batin Zoya. Untung saja ada Rama di antara mereka, jika tidak pasti Zoya akan selalu memarahi sang anak, menjadikan Austin sebagai pelampiasan dari semua rasa bencinya kepada Aland. Padahal ini semua bukan lah kesalaha Austin."Mama mau apa? strawberry?" tanya Austin dengan antusias, kini mereka bertiga sudah berada di depan box es krim di dalam toko tersebut, banyak sekali pilihan yang tersedia di sana."Apa mau coklat?" tawar Rama pula, dua pria itu justru sibuk memilihkan untuk mama Zoya dibandingkan untuk mereka sendiri. Tapi pertanyaan Rama itu justru dijawab oleh Austin, "Mama tidak suka coklat, Om ... Eh! Papa," balas Austin, lalu mereka semua terkekeh gara-gara salah panggilan dari sang anak. "Oh iya, Papa lupa," jawab Rama pula. Dia sebenarnya memang tahu bahwa Zoya tidak menyukai coklat. Semu