Dita POVPagi ini aku bangun lebih awal daripada biasanya. Mempersiapkan sarapan dengan perasaan riang karena Firdaus untuk kali ini pulang ke rumah. Dia juga tidur di sebelahku malam ini. Setidaknya sebagai seorang istri aku senang dengan perubahan sikapnya itu. Mendengar suara pintu dibuka, aku tersenyum menatap Firdaus yang bangun dengan wajah bantalnya. Tapi begitu menatapku, dia lekas melongos pergi. Tidak apa. Mungkin karena masih pagi, dan aku belum sempat mandi.Selesai. Meja makan sudah di isi oleh sarapan buatanku. Dan Firdaus sudah selesai mandi.“Mas…sarapan dulu baru berangkat.”Tidak ada jawaban. Suamiku itu masih sibuk dengan dirinya sendiri, menata penampilannya. Sakit hati? Iya. Tapi aku sudah terbiasa diperlakukan seperti ini. Apalagi jika ada mertua dan adik iparku. Tidak lama, Firdaus bergabung denganku di meja makan.Ekspresi wajahnya datar. Kami makan dalam diam. Sebenarnya ada yang ingin aku katakan padanya. Tapi pasti itu akan merusak suasana hatinya. Biarl
Firdaus POVAku tidak tahu, kenapa aku sangat marah saat mengetahui Dita masih saja berbicara dengan Charlie. Padahal sudah aku larang berkali-kali. Begitu pintu ruangan terbuka, bukan Dita yang masuk. Tapi Lady. Dia tersenyum manis dengan pakaian ketat miliknya.Dia berjalan ke arahku, dan duduk di pangkuanku. Tangannya yang lentik membelai wajahku dengan ahli. Aku memejamkan mata saat dia memijat kepalaku dengan lembut. Setelah pelantikan tadi, aku benar-benar merasa senang.Bibirnya menimpa bibirku. Aku meraih pinggangnya untuk memperdalam ciuman itu. Rasanya manis, membuatku mabuk kepayang. Tapi, Lady tidak pernah memberikan sensasi seperti apa yang Dita berikan. Namun kali ini keputusanku sudah bulat. Dita akan segera aku ceraikan, karena Lady akan memperkenalkanku kepada keluarganya.Sebenarnya aku tidak tega. Tapi Lady akan marah besar jika aku terus menunda. “Sudah kau rencanakan?”bisiknya, setelah ciuman panas itu lepas.“Malam ini, aku akan menyelesaikan semuanya. Bagaimana
Grafik masih menunjukkan peningkatan. Dita koma sudah sekitar 2 minggu. Tabung oksigen membantunya untuk bertahan. Beberapa orang lelaki berpakaian hitam berjaga di depan pintu, tidak pernah meninggalkan ruangan itu barang sejenak pun.Mereka menunduk begitu seseorang berjalan dari jauh. Menuju ke ruangan itu.“Tauke Muda.”“Apa dia sudah sadar?”“Belum Tauke Muda, tapi dokter yang menangani mengatakan Nona Dita sudah ada perkembangan.”Charlie mengangguk. Dia melepas jaketnya. Salah satu petugas itu cekatan mengambilnya. Charlie masuk pelan, tidak mau menimbulkan keributan. Mengganti bunga di vas. Lalu duduk di kursi, dan mengambil tangan Dita yang terasa dingin.Dia adalah orang yang menabrak Dita. Malam itu begitu sibuk. Dia buru-buru ke rumah sakit, karena salah satu anggota keluarganya tertembak, dan dia harus memastikan operasi berjalan dengan lancar. Lalu di tengah jalan, dia tidak menyadari ada seseorang yang tengah menyebrang.Charlie hampir kehilangan kesadaran begitu melih
Firdaus POVAku tidak tahu kemana Dita pergi setelah kejadian di rumah makan. Sudah 2 minggu dia tidak membalas pesanku sama-sekali. Sialnya. Besok kami harus bertemu di pengadilan untuk melangsungkan sidang. Aku tidak bisa terus-terusan bertahan dengan rengekan Lady.Jalanan ibukota macet. Seperti biasa. Lebih lagi dengan libur lebaran dan yeah, aku sebenarnya malas untuk tinggal di ibu kota. Macet, polusi, berserakan di mana-mana. But well, ada sisi baiknya juga di sini. Begitu memasuki apartemen yang dulu aku tempati, semua kenangan itu mendadak muncul kembali. Aku pikir Dita akan mengganti passwordnya, tapi sama saja.Tidak ada perubahan sama-sekali. Juga, tidak ada orang. Bahkan semua barang-barang Dita ada di tempatnya.“Dia tidak ada di sini, sir. Kami juga sudah mencari selama 2 minggu belakangan ini, dan….”“Dan?” aku berbalik, dan menatap Partick. Sudah lebih dari beberapa minggu ini, dia menjadi pengawal pribadiku atas perintah Lady.Sebuah surat dia berikan padaku. Meliha
1 bulan KemudianAnindita POVAku tidak tahu kemana Charlie membawaku hari ini. Tapi dia bilang akan mengubah penampilanku. Entah apa maksudnya, aku setuju saja dengannya. Bahkan tadi, saat asistennya meminta tanda tanganku untuk sidang akhir, aku segera memberinya. Tanpa berpikir lama.Keputusanku untuk balas dendam pada Firdaus sudah bulat. Aku juga sudah menerima surat cerai itu.Lelaki sombong itu akan bertekuk lutut di bawah kakiku karena menyia-nyiakan hidupku selama 5 tahun untuk menjadi BABUNYA. Aku anggap dulu aku begitu bodoh. Cinta? Bulshit. Tidak ada cinta tanpa pengorbanan.Entah kenapa tidak sejak dulu lahir keberanian ini padaku.“Kita kemana?”“Tenanglah, sebentar lagi kita akan tiba.”Mengendarai mobil Porsche limited edition yang entah darimana Charlie dapat, aku juga tidak peduli. Sejujurnya, aku tidak tahu apa yang dikerjakan oleh keluarga Charlie, hingga dia terlihat…ralat, bukan terlihat, tapi sangat kaya.Rumahnya besar—aku baru tahu. Mobilnya ada banyak. Bahka
Anindita POVAku dan Charlie turun tepat di depan salah satu hotel yang sudah dipesan untuk acara rumah sakit. Aku tidak yakin acara ini hanya acara makan malam biasa, karena lobby dipenuhi dengan papan bunga. Ucapan selamat. Dan nama Firdaus terpampang jelas di sana.“Sudah siap?”Charlie berhenti sebentar untuk meyakinkanku.Butuh beberapa menit untukku, agar mendapatkan kepercayaan diri itu lagi. Sejak tadi, banyak mata yang tertuju padaku. Itulah alasan terbesar yang membuatku gugup.“Yeah?”“Yeah?”ulang Charlie bertanya, dia menaikkan alisnya. “Kelihatannya kamu tidak yakin, kemari sebentar.” Dia membawaku ke arah ruangan yang lebih sepi. Tatapannya datar, dia menatapku seolah-olah kali ini aku melakukan sebuah kesalahan lagi. “Ada yang membuatmu menjadi ragu?”Helaan nafasku terdengar untuk kesekian kalinya. “Semua orang menatapku. Apa ada yang salah dengan penampilanku kali ini?” sekali lagi aku memeriksa pakaianku. Aku rasa tidak ada yang salah. Bukan jawaban yang aku dengar.
Firdaus POVSejak pesta dansa malam itu, pikiranku benar-benar terbagi. Tidak mungkin itu adalah Dita kan? Wanita yang menarik perhatianku itu sejak awal tidak mungkin Dita. Saat awal dia memasuki ruang dansa, semua mata tertuju padanya, termasuk aku. Kecantikan luar biasa indah terpancar darinya. Bahkan gerakannya pun seperti sudah terlatih, meskipun masih sesekali menginjak kakiku. Jadi, tidak mungkin dia adalah Dita?! Wanita buluk itu untuk apa datang juga? Kami juga sudah bercerai. Dan tidak satupun dia hadir di pengadilan. Membuatku benar-benar marah. Tapi juga senang, karena prosesnya lebih cepat. Tapi. Aku tidak bisa menampik, bahwa suara, tatapan dan senyuman itu sama. Aku kenal dengan mantan istriku itu. Semuanya. Tidak ada yang tidak aku ketahui. Dan jujur, pengaruhnya sangat besar, hingga saat ini.Apa waktu terakhir ini dia gunakan untuk merubah penampilannya? Bodoh. Sekalipun iya, aku tidak akan tertarik dengannya. Bagiku, Dita hanyalah sebatas nama. Tidak lebih.“Sedan
Charlie POV“Aku tahu apa maksudmu, tapi dengan melibatkan wanita dalam pekerjaan ini. Semua akan menjadi sulit, Charlie.”Tadinya, aku tidak ingin melibatkan kakek a.k.a Tauke besar dalam masalah pribadiku. Soal Dita, aku yang memutuskan untuk membantunya. Mengesampingkan perasaanku tentunya. Sebab aku tidak mau memaksakan perasaan pada seseorang. Itu sedikit menyakitkan.Si lelaki tua—maksudku kakek, sedang menghisap cerobong asapnya. Meskipun sudah tua, dia tetap mengabdikan dirinya pada tembakau yang dilipat itu. Gayanya sungguh klasik.“Jika begitu. Mungkin, dulu Anda juga tidak akan punya bapak, Tauke Besar.”“Aigoo…”dia terkekeh pelan. Menatapku dengan kerutan keras di sekitar area matanya. Adikku—Curis, sepertinya benar. Usia kakek mungkin tidak akan melewati tahun itu. Rasanya sungguh berbeda, dan aku tidak pernah mempersiapkan hatiku untuk hal itu.“Benarkah kau menyukainya? Lalu kau sudah tahu bagaimana perasaannya padamu, Charlie? Mendekatlah sebentar, kakek ingin melihat