Reiko : Iya, Kakek. Aku akan segera mengurusnya. Pokoknya Kakek tidak perlu khawatir.
Tenanglah hati Adiwijaya ketika mendengar ini.
Karena memang inilah yang diharapkan olehnya untuk membantu Waluyo.
Adiwijaya : Tapi, koe tenanan loh, Ko. Soalnya aku kasihan sama Waluyo. Dia itu sejak kepergian teman dari Farhan jadi sering bengong sendirian dan memikirkan tentang cinta pertamanya.
Reiko : Iya, Kek iya. Nanti aku akan mengatur semuanya dan mengurus izin ke Papa. Kakek tenang saja. Aku ke Abu Dhabi dulu dan nanti dua minggu terakhir aku akan mengantar Kakek.
Ya Tuhan … pasti Mas Irsyad mikir macam-macam tentang aku. Apa mungkin aku bisa menjelaskan semuanya, kalau tadi itu hanya kesalahpahaman? Tapi, aku sendiri sekarang kabur seperti ini dan belum tahu bagaimana cara menjelaskan awal dari kesalahpahaman ini. Duh, kenapa jadi pelik begini semuanya, ya?Aida sambil berlari menyusuri koridor itu, dia sambil memikirkan masalah yang tidak sama sekali pernah dipikirkannya akan terjadi pada hari dimana dia harusnya konsentrasi untuk mengikuti tes, malah masalah perasaan ini yang mengganggunya.Dan apa pula yang membuat pria tadi begitu emosional padanya?Aku menyapanya baik-baik saja loh, tadi. Aku mencoba bicara dengannya sebaik mungkin dan aku sama sekal
Sudahlah, semua kacau balau! Dia pasti melihat Mas Reiko sama aku, kan? Dan dia pasti benar-benar berpikir kalau aku memang pembantunya Mas Reiko yang merebut Mas Reiko dari istrinya. Ini semua salahku, karena aku juga yang memperkenalkan diriku adalah pembantu di rumah itu saat pertama kali bertemu dengannya!Aida melihat pria bermasker itu melewatinya. Tapi, tentu saja Aida tidak bisa memanggilnya dan memperjelas semua yang terjadi.Yang ada dirinya sekarang hanya ingin menangis menyesali semua yang sudah dikatakannya.Bagaimana jika kesalahpahaman ini akan merembet ke masalah lain nantinya?"Ai, kenapa kamu? Ada masalah kah saat mengerjakan soal ujiannya?""Eh, nggak!""Kok keliatan stress banget? Kan sudah kubilang harus pede!""Ndak ada masalah kok Mas Reiko, beneran ndak ada. Aku ndak apa-apa, yuk kita cepet-cepet pulang.""Kamu kok nggak mengomentari bunga yang aku bawa tadi?"Masih sempet-sempetnya Reiko bertanya begini.Gemas sudah hati Aida sebetulnya.Tapi, Reiko tidak bisa
"Heh? Mulai lagi kan lo, Mas!""Ya … gue bicara sebenarnya aja sesuai sama isi hati gue tentang perasaan gue."Dimas bersikeras dengan semua yang ada dalam benaknya dan dia memang merasakan kekecewaan yang besar dalam hatinya masalah ini."Gue benci Tuhan karena dia nakdirin hidup gue kayak gini!"Dimas kalau sudah bicara seperti ini memang dia sangat ekspresif sekali. Wajahnya pun menunjukkan emosinya."Gue benci bokap gue! Gue benci sumber malapetaka di hidup gue itu!"Lihatlah. Bocah itu memang benar-benar membenci ayahnya.Kalau sudah begini, Irsyad biasanya hanya bisa menepuk-nepuk bahunya sambil bicara perlahan-lahan."Lo tau nggak Mas, dari sejak pertama kali gue kenal lo di kampus ini, udah berapa kali lo cerita soal lo benci ama bokap lo?""Tau deh, gue nggak pernah ngitungin tuh! Kayaknya hampir tiap hari gue bilang ama lo, kalau gue benci sama dia!"Senyum Irsyad pun kembali terurai mendapatkan jawaban tadi."Lucu buat lo?""Yang gue tahu, mungkin lo kangen ama bokap lo. Lo
"Ai, kamu kenapa, sih? Kok diem aja? Kamu sakit?""Eh enggak Mas Reiko! Aku nggak sakit, cuman aku capek aja."Mereka masih berjalan di koridor setelah mereka melewati pintu ruangan tempat tadi Reiko berhenti dan mengecup Aida. Gadis itu masih mendengarkan apa yang dikatakan Reiko, namun pikirannya sudah tak jelas entah kemana.Sepanjang jalan, tampaknya Aida malah terlihat semakin terlihat frustasi dengan beban masalah sangat besar sekali di benaknya. Karena itu Reiko jadi khawatir.Mau menyalahkan dan memprotes Mas Reiko juga, aku gak bisa! Karena ini di depan umum. Kalau aku mengatakan itu, maka dia akan terlihat seperti seorang yang buruk mengecupku tadi. Lagian, nanti gimana kalau dia malah makin pengen buat ngomong sama Ratu Lebah dan menjadikanku sebagai wanita ketiga yang memisahkan mereka? Aku nggak mau yang kayak gitu!Aida paham akan hal ini dan dia juga sudah punya perjanjian dengan Reiko. Aida juga tak mau sampai mengulang kesalahannya seperti di lift dulu saat Reiko meng
"Hehehe! Ndak Mas! Aku gak pegel!""Sssh, gak apa-apalah, pijatanku enak kok!"Masalahnya bukan Aida tak percaya pijatannya Reiko itu enak. Tapi bagaimana jika ada modus di belakangnya?Inilah yang mengerikan.Lalu, apa sekarang yang menjadi alasan Aida untuk membuat pria itu tidak melakukan sesuatu pada dirinya?Bunga ini!Tangannya yang masih memeluk mawar dan tadi saat menghindari Reiko, Aida sempat tertusuk oleh durinya jadi memiliki sebuah ide.
"Ba-bapak? Kamu tadi mau manggilku apa?"Reiko tahu dirinya terdesak. Dia tidak mungkin menjawab pertanyaan dari Aida yang sudah melotot padanya itu, padahal dia juga tahu apa jawabannya.Makanya lebih menyoroti panggilan untuk dirinya yang diubah."Bapak Reiko Byakta Adiwijaya. Kekasihnya Ratu Lebah. Bener kan, Ratu Lebah cantik?""Kamu urusin aja itu makanan! Bentar lagi juga tamunya datang. Dan ubah panggilan padaku tadi!"Reiko tadi berani sekali menentang Aida bahkan sampai membuat wanita itu kebingungan sendiri menjawabnya, tapi sekarang dia mau kabur
Reiko : Maaf Bang, bukannya aku gak mau datang ke rumah Abang.Ibra : Eish, mentang-mentang urusanmu soal sekolah istrimu sudah selesai dan tak ada hubungannya lagi denganku, tak mau lagi kau main ke sini?Reiko : Bukan begitu Bang. Abang nih gimana, sih? Katanya orang gak boleh buruk sangka, tapi Abang sendiri yang terus-terusan berpikir negatif padaku.Ibra : Iya habis kau ini memang harus selalu di negatifin baru bisa positif.Teori dari mana yang dikatakan oleh Ibra membuat Reiko tentu saja senyum-senyum.Reiko : Aku mau Bang datang ke sana, cuman kan m
"Heish! Ada-ada aja si Ibra nih!"Reiko sudah memasukkan handphone ke sakunya lagi dan tadinya dia ingin langsung ke satu kamar dan melihat kondisi seorang wanita yang ada di dalam sana kenapa tidak keluar-keluar.Tapi ….Tadi, aku sudah membuat masalah dengannya dan menakut-nakutinya lagi!Reiko juga heran, kenapa sekalinya dia tidak bisa menahan emosinya kepada Aida selalu saja dia mengincar untuk mendapatkan sesuatu yang selalu dijaga wanita itu.Lagi-lagi, rasa bersalah inilah yang membuat Reiko jadi tak enak hati.