"Dih," sinis Aida
"Hahaha." Tapi malah mengundang gelak tawa Reiko yang sepertinya menikmati bagaimana Aida menunjukkan mimik wajah kesalnya itu.
Dia benar-benar lagi bahagia. Tak menunjukkan sama sekali kemarahannya dan bisa bercanda begitu?
Aida yakin seyakin yakinnya kalau modal itu memang sudah didapatkan oleh Reiko. Tapi memang tidak ada yang ingin diucapkan oleh Aida sehingga dia hanya menunggu Reiko mereda tawanya.
"Ya sudah kalau kamu mau keluar, yuk!" Reiko bicara sambil mengarahkan langkahnya menuju ke lemari Aida.
"Tumben saya disuruh pa
"Dih." Aida baru mau menjawab lagi."Permisi pak semuanya sudah selesai dibersihkan."Tadi saat Reiko dan Aida makan ada satu orang housekeeping yang membersihkan bagian dapur dan ruang tamu. Dan saat ini ketika mereka bicara kedua housekeeping itu sudah selesai mengerjakan pekerjaannya dan minta izin untuk pulang.Karena itulah Reiko mengangguk pelan dan membiarkan mereka keluar dari apartemennya.Dan saat itulah…."Maksud saya nikah sama pacar Bapak." Aida baru berani bicara lagi karena khawatir tadi ucapannya itu terdengar oleh housekeeping.
"Hmm, ide bagus. Tapi sayangnya kamu masih berguna untukku."Tahu kalau Aida sedang menyindirnya tapi pria itu dengan santai kini berjalan menuju ke arah meja belajar dengan buku yang masih ada di tangannya."Berguna?"Aida mengerutkan dahinya tak paham."Lima tahun lagi, atau sampai Kakek meninggal kamu itu masih berguna untukku." Ucapan Reiko yang membuat Aida tertawa getir dan membuang wajahnya hingga dia menatap ke arah pintu kamar mandi."Ya, betul sekali. Anda masih membutuhkan saya untuk sandiwara bukan?"
“Ssssh.”Pesan yang menambah pening kepala Reiko.Hampir aja aku lupa kalau Bee mau pulang. Reiko terlihat sedikit stress. Tak ingatlah dia dengan masalah handphone itu.Bee tidak boleh tahu tentang keadaannya. Malah ini yang jadi pikiran utama Reiko.Tapi bagaimana dia bisa meuntupi semuanya sedangkan mereka satu apartemen?dreet dreet dreet“Hah, ada-ada saja. Satu urusan belum beres, satu urusan mengagetkanku.”
Pesan dari siapa sampai Dia melihatku begitu?Aida tentu tak tahu apa yang ada di dalam handphone Reiko tapi pandangan mata pria itu yang menatap tajam padanya membuat Aida merasa sesuatu yang negatif."Ehem!" Dan Aida juga sudah siap-siap saat Reiko berdehem ingin tahu apa yang ingin disampaikan oleh pria itu."Nggak keselekkan pak?""Aneh-aneh aja kamu! Emang aku makan apa, hmmm?"Biasalah, Reiko memang sulit diajak becanda."Brigita akan kembali hari ini!"Nah tahulah Aida apa yang jadi masalahnya sekarang.
(Kondisi setelah Reiko menutup pintu kamar Aida)"Masih ada waktu!"Reiko cepat-cepat pergi ke dapur karena memang masih ada yang belum diselesaikannya."Cucian piring!"Reiko menghempaskan napas pelan melihat semua yang ada di sink sambil bicara lirih.Brigita tahu kalau Reiko tak akan pernah membuat kotor di apartemennya, apalagi mengendapkan cucian piring semalaman. Dan bukankah ini bahaya kalau Brigita tahu Reiko memasak dan membuat makan untuk seseorang selain dirinya?Makanya tanpa berlama-lama lagi, dengan cepat Reiko membersihkan piring-piring yang ada di sink.&
"Emmm, mungkin karena rindu padamu, Bee?""Mau ngomong rindu kok dipikirin dulu, sih? heheh?" sindir Brigita, tapi memang hanya sindiran candaan karena dia sudah sangat menikmati permainan Reiko tanpa memikirkan yang lainnya.Mata Reiko menatap Brigita dengan senyum di bibirnya."Aku sudah bilang, aku menginginkanmu, Bee! Dan aku merindukan ini, dua-duanya ini! Aku tidak bisa hidup tanpa ini!" suara Reiko terdengar gentle dengan tatapannya pada puncak milik Brigita bergantianTentu saja membuat Brigita tersenyum senang."apakah tubuhku benar-benar seperti morfin untukmu?
"Hey, jangan plototin aku, dong Bee." Reiko membela diri."Aku cuma gak suka aja bibir manismu yang selalu menggairahkan bicara kasar di hadapanku. Kamu benci dia gapapa, nuduh dia begitu dan punya buktinya juga gapapa, tapi jangan nuduh ke aku sekasar itu sayang. Kan aku bukan dia, aku bukan Mimi dan bukan pria yang suka dia. Aku kekasihmu, My Queen. Cuma kamu!"Reiko berhenti bicara untuk memberikan satu kecupan bagi Brigita."Ayolah, bicara manis untukku, sayang."Entah kenapa kalau sudah digombali begini Brigita memang lebih bisa menahan dirinya."Aku gak suka dengan Mimi! Buatku, dia punya rencana lain untukmu!" Brigita berhasil membuat s
"Eh itu…." Reiko belum menjawab saat Brigita menunggu responnya."Tapi Aku lelah sekali Bee. Untuk kali ini aja, ya," bujuk Reiko."Hmmm ... kamu tahu kan kita tadi habis ngapain? Bisa gak aku masaknya kapan-kapan aja?""Kamu nolak aku lagi?" Brigita tak pernah mendapatkan penolakan sampai berkali-kali dalam sehari seperti ini."Habis kepalaku pening sekali harus memikirkan tentang urusan Mesir dan kecapean juga habis olah raga tadi. Kalau aku masak rasanya pasti nggak akan karuan dan kamu nggak akan suka."Betul sebenarnya yang dikatakan Reiko. Masak kalau lagi tak semangat ya tentu saja tida