Dih, orang lagi serius kayak gini malah ngebahas masalah Kendal sama London! Mas Reiko nih, emangnya dia pikir aku nggak bisa apa, ngebedain mana London mana Kendal?
Aida bersungut sendiri karena Reiko seperti menganggapnya seakan adalah bocah kecil yang tak tahu apa-apa.
Maunya Aida dia menelepon balik Reiko dan mengomel padanya.
Wes, sekarang itu yang paling penting itu cuman Kakek!
Berbekal pemikiran seperti inilah Aida memutuskan untuk tidak jadi komplain. Dia naik ke ambulans duduk di samping Seno dan mengembalikan handphone pria itu.
"Hmm. Romo bisa beristirahat dulu sekarang dan bisa dipakai lagi masker oksigennya itu sementara. Karena perawat di sini akan curiga kalau tiba-tiba Romo bisa langsung sembuh seperti sekarang."Adiwijaya paham dan dia menuruti kata dokter Juna."Jadi aku sampai kapan harus pakai ini?"Tanya Adiwijaya berbisik, tapi masih membuka masker oksigennya."Tunggu sampai observasinya selesai sejam atau dua jam lagi, nanti Romo akan dibawa ke ruangan perawatan dan kalau kondisinya sudah tidak masalah, Romo boleh pulang. Dan nanti bisa menemui saya kalau sudah keluar dari rumah sakit ini."
Aku tidak bisa berlama-lama di sini karena aku yakin sekali, sebentar lagi pasti ada orang-orang yang mungkin saja bisa mengenaliku.Wanita itu pergi sambil berbisik seperti ini di dalam dirinya dan segera mungkin memang menuju lift tanpa membuka maskernya.Walau sebenarnya aku juga ingin melihat Byakta. Apa dia baik-baik sajakah?Ada tanya seperti ini dalam dirinya, tapi memang dia tak berani untuk tinggal di sana lebih lama lagi.Inilah kenapa dia keluar dari lift dan sebetulnya ingin cepat keluar dari rumah sakit itu.Hanya saja ….
"Kamu baik sekali menawarkan itu padaku. Tapi tidak nak, terima kasih!"Namun di bibirnya, wanita yang bersama dengan Reiko menjawab seperti ini.Dia bisa menutupi semua kegalauan di dalam hatinya dengan senyum tipis, namun tidak lagi menengok ke belakang dan di saat ini Reiko jadi semakin tak tega dan mendekat padanya berdiri di sisinya."Aku rasa tidak masalah, kok. Mari saya bantu. Ada istri saya yang sudah menunggu kakek saya. Jadi tidak masalah kalau saya tinggalkan sebentar," seru Reiko mencoba membujuk karena rasa tak teganya meski hatinya juga merasa terbebani dengan kondisi kakeknya.Aku hanya pergi sebentar. Kakek aman di
"Oh iya, saya memang dijodohkan, Nyonya," jawaban yang sebetulnya membuat rasa sakit di dalam hati wanita itu.Tapi …."Dan saya beruntung sekali karena sudah dijodohkan dengannya."Matanya memancarkan kebahagiaan. Apa aku salah menilainya? Tapi aku tak mengerti cara berpikirnya. Kekasihnya yang terbaik? Tapi dia bahagia dengan perjodohan itu?Untung saja agak sedikit macet. Sehingga memang mereka di taxi itu lebih lama dan dia masih bisa mengorek sesuatu yang ingin diketahuinya lebih."Jadi kau sangat mencintainya? Dan itu berarti cintamu d
"Ai, berbeda seperti emas yang ingin kusembunyikan dalam brankas, tapi dia juga seperti favoritku yang selalu saja ingin kulihat, dan sayangnya aku khawatir kalau dia tidak dimasukkan ke dalam brankas akan banyak orang yang melihatnya juga dan tertarik padanya."Tapi wanita itu belum sempat menimpali lagi saat Reiko melanjutkan ucapannya."Aku takut ada yang melukainya kalau aku bawa keluar. Tapi aku selalu ingin Ai, bersamaku. Cuma aku tak tahu apakah dia aman dan apakah dia bisa tenang bersama denganku? Apakah dia bahagia denganku? Dan sebetulnya aku sudah menawarkan semua hal yang bisa membuatnya bahagia dengan bersamaku, hanya saja dia seperti masih khawatir kalau aku akan menyakitinya. Aku sadar aku belum pantas untuknya tapi …."
"Kakekmu sangat nasionalis sekali sampai dia tahu semua hal soal itu. Padahal aku yakin, tidak banyak orang yang paham tentang sejarah itu. Apa dia juga memberitahukan mu tentang buku Madilog dan Gerpolek yang ditulis Tan Malaka?" cicit Aifah cenderung satir."Anda benar." Reiko tak menampik. "Dan setiap tahun itu menjadi sebuah cerita yang berulang.""Hmm!" Aifah lalu manggut-manggut dengan senyum di bibirnya."Kakek suka bercerita tentang banyak hal. Semua yang berhubungan tentang sejarah terutama dengan sejarah di Kudus. Dia sangat bangga sekali dengan kretek yang dibuat olehnya dan perusahaan. Sirup kretek khusus dibuat olehnya dan sesuatu yang selalu berhubungan dengan sejarah kemerdekaan Indonesia, ini cerita
"Tan Malaka, Lesmana!"Sesaat sebelumnya di dalam ruangan ICU ketika Lesmana masuk ke dalamnya untuk memenuhi panggilan Adiwijaya."Tuan besar jangan terlalu banyak pikiran dulu …."Lesmana tahu apa yang mau disampaikan oleh Adiwijaya. Dia tahu ini pasti berhubungan dengan kemungkinan Adiwijaya melihat mantan istri dari putranya karena nama itu yang disebut duluan lah dan pasti yang membuatnya kambuh.Lesmana tahu apa yang diinginkan Adiwijaya.Tapi karena kekhawatirannya dengan kesehatan Adiwijaya, dia berusaha untuk mengingatkan kondisi kesehatan pria itu."Aku sudah tidak apa-apa Lesmana. Tadi dokter Juna kemari dan memberikanku satu injeksi. Dan dari situ aku merasa agak lega. Nafasku tak masalah lagi. Dan aku rasa Aku membutuhkan injeksinya itu untuk cadangan." Adiwijaya sangat antusias."Injeksi?""Iya, Lesmana!"Adiwijaya memberikan penekanan di sini."Sudah lupakan dulu itu. Pokoknya kamu sekarang pergi! Cari tahu tentang CCTV nya. Aku yakin kamu bisa melihat ada Tan Malaka."
"Eeeh, aku nggak kecapean kok Romo. Beneran aku nggak kecapean dan aku mau nungguin Romo sampai Romo sembuh di sini!"Lebih baik di sini dulu lah! Aku lelah kemarin juga tiga hari dengannya aku benar-benar capek.Memang sih ada perasaan yang tidak bisa dibohongi oleh Aida kalau dia menikmati itu juga, tapi membayangkannya itu sangatlah melelahkan dan kadang-kadang dia juga masih merasakan malu di hadapan Reiko karena ketidaksempurnaannya ini."Iya aku tahu kamu ndak capek, tapi gimana nanti kalau kondisimu juga ngedrop kayak aku nduk?"Adiwijaya tidak mau menerima permintaan dari Aida. Dia mengingatkan sesuatu yang pen