Rika : Eh, apa? Kau mendengarnya berkata seperti itu?
Kalau bukan orang kepercayaannya sendiri yang bicara, mungkin saat ini Rika tak akan percaya.
Deni : Iya Mbak. Dia bilang akan menerima keputusan anaknya selama anaknya bahagia. Bahkan aku disuruh kirim dua orang untuk melihat mana yang setia pada anaknya.
Ini yang kukawatirkan! Dia masih bodoh seperti dulu dengan berpikir bahwa Aifah adalah wanita terbaiknya. Apa karena sekarang menantunya namanya Aida makanya dia berpikir bahwa Aifah dan Aida memiliki sikap yang sama? Dia tidak menunjukkan memang kalau dia masih mencintai Aifah padaku sekarang. Tidak secara terang-terangan, tapi aku yakin sekali dia berkata begitu pada Deni karena dia terinspirasi
"Fuuuh!"Di saat Endra sudah meninggalkan ruangannya, Reiko menghempaskan napas pelan sambil menyandarkan tubuhnya di ergonomic chair dan membuat kepalanya terasa sedikit lebih baik, meski pening itu tetap tak hilang."Sssh!"Pikirannya yang pelik, ditambah lagi dia belum makan dari siang ini membuat dirinya meringis sambil memegang perutnya.Apa benar semua yang dibilang Papa, kalau Reyhan bersikap seperti itu?Reiko maunya sih tidak mempercayai ini.Tapi dia juga tidak bisa berbohong pada dirinya send
Reiko : Aku pun sepemikiran denganmu, Bee. Aku merasa khawatir juga kalau kamu dekat-dekat denganku maka kamu akan kena imbasnya juga. Apalagi aku tidak tahu seberapa mengerikan sepak terjang dari Reyhan Dharma Aji. Dan dia sekarang sudah memiliki aliansi yang kuat juga dengan Raditya Prayoga.Brigita : Ssssh, sulit sekali aku ingin bertemu denganmu saja. Kenapa se-merepotkan ini, sih?Reiko : Aku akan minta tolong pada papaku supaya aku bisa bertemu denganmu tanpa masalah. Tapi mungkin kau harus bersabar dulu.Brigita : Hmm. Oh iya ngomong-ngomong, soal Seno. Apa dia masih berada di apartemen itu? Kurasa kalau dia tidak ada di sana lagi itu akan mudah untuk kita.
"Maafkan aku Bee. Aku tidak ada niat untuk menipumu dan berbohong padamu soal perasaanku padanya. Tapi memang belum tepat kalau aku bicara denganmu sekarang."Reiko berpikir panjang."Bukan salah Bee tak mau menemuiku. Tapi memang semua impiannya yang telah kami bicarakan sejak dulu bisa gagal. Jadi wajar jika dia khawatir bertemu denganku karena masalah ini. Dan mungkin aku harus bicara dengan papa soalan Bee ke Abu Dhabi."Reiko sebenarnya punya perasaan tak enak juga karena Brigita tidak mau bertemu dengannya seakan-akan dia dihindari karena kondisinya yang sedang bermasalah meski dia juga inginnya tak menemui Brigita alasan keamanan, tapi tadi yang minta Brigita bukan ide darinya makanya dia merasa seperti dihin
"Kau …."Sebetulnya dia mau bicara, tapi matanya kini mengarah ke meja makan yang membuat Reiko tak lagi bisa berkata-kata."Kamu masak?"Terbayang sudah dalam pikiran Reiko seberapa lama Aida menunggunya di kursi makan tadi. Mengharapkan bisa makan bersama dengannya. Semua gambaran itu menggetarkan hatinya membuat campur aduk pikirannya."Iya, tadi aku udah siapin makan buat Mas Reiko dan tadinya aku mau makan bareng. Jadinya aku nungguin."Membuat Reiko yang mendengar kejujuran itu tak tahan lagi untuk tidak mendekat pada wanitanya dan memberikan k
"Mas Reiko takut ketahuan sama kakek bukan kalau ketemu di Indonesia?""Fuuuh, kalau aku pribadi sih aku gak akan masalah kalau ketahuan sama kakek juga. Aku juga ingin bicara dengan Brigita sebenarnya kalau gak kepentok janji padamu. Tapi sekarang yang jadi taruhan adalah perusahaan. Kerja keras papaku.""Heeh, kenapa sama perusahaan tah, Mas?" tanya yang membuat Reiko mencubit pipi Aida."Aku cuci piring dulu ya. Nanti aku cerita padamu."Reiko itu kan memang tidak suka melihat kalau ada bekas makan berantakan. Apalagi sekarang sudah waktunya beristirahat dan dia juga tidak suka kalau tidur dengan menyisakan cucian piring di dapur.
"Hihihi, berat sih, tapi aku seneng kalo Mas Reiko kayak gini, jadi aku kayak dipeluk sama Mas Reiko."Kata-kata Aida menimbulkan senyum di bibir pria yang kini gemas dan ingin mencubit hidung istrinya lagi."Makasih ya Ai, kamu ada di sini untukku malam ini!"Reiko kini menarik istrinya supaya istrinya gantian yang bersandar padanya dan untuk melepaskan rasa gemasnya, Reiko menggerakkan tangannya dari atas ke bawah mengelus rambut Aida.Itu harusnya memberikan rasa nyaman untuk Aida. Membuatnya merasa hangat dalam dekapan suami yang sangat di cintainya.
"Hmm, iya ngomong aja!""Ssssh! Mas Reiko!" Aida sudah melotot."Iya, iya, aku ga masuk situ."Reiko menyerah. Tapi bibirnya sudah tersenyum puas karena berhasil menggoda istrinya.Kalau memikirkan masalahku dan pekerjaanku rasanya dunia ini seperti hampir berakhir. Lelah sudah pikiranku. Tapi kalau sedang bercanda seperti ini dengannya rasanya ini bisa menghibur diriku. Walaupun cobaan itu terasa berat dan aku juga masih kesal, tapi aku masih bisa tersenyum kalau wanita ini mulai kesal karena aku menggodanya. Reiko menikmati keisengannya itu dan ….
"Ndak bisa lah, Mas!""Sudahlah, Ai." Reiko mencoba rasional saat Aida masih bersikeras untuk mempertahankan pendapatnya tadi soal ide yang mau disampaikannya ini."Dan sekarang yang aku pikirin bagaimana aku menyelamatkan papa. Karena di perusahaan itu, papa sudah berusaha keras sekali untuk membangunnya di saat pak lek gak mau peduli sama sekali. Dia juga sudah bilang padaku kalau dia gak mau mengurusnya. Tapi tiba-tiba ada orang suruhan Reyhan yang ditugaskan ke perusahaan. Makanya ini sudah saatnya aku gak main-main lagi dan melupakan semua tentang impianku itu demi menyelamatkan papa!"Wajah itu terlihat sulit saat bicara dan kini dia kembali menatap Aida dengan senyum di bibirnya mencoba untuk menunjukkan kala
"Biar kubantu. Dan biarkan Reizo menenangkan dirinya dulu."Dan tiba-tiba seseorang datang, padahal tadi dia tidak ada di sana."Tuan Rafael mohon bantuannya."Dokter Juna dan Rafael akhirnya yang menggali sedangkan Reizo sendiri dalam kondisi dia yang tidak tenang. Irsyad menunggu mayat dengan terus saja bertasbih. Dia tidak meninggalkan Aida, meski dia juga tidak menyentuhnya. Hanya memastikan selalu terdengar tasbih dan sholawat di dekat mayit."Allahu Akbar."Dan tiba-tiba saja dokter Juna meninggikan suaranya. Dia kaget betul dengan apa yang dilihat nya sekarang."Raizo berdiri di sini. Atau kau duduk di sini dan teruslah tasbih. Kasihan Aida."Irsyad terpaksa menarik Reizo untuk mendekat pada Aida, sedangkan dirinya cepat-cepat menuju ke liang lahat.Subhanallah, air matanya ingin tumpah sedangkan dokter Juna juga kebingungan."Bahkan bekas daerah-darahnya juga sudah hilang. Kulitnya kembali seperti semula. Tapi dia tidak bernyawa.""Dia mirip seperti Reizo, tapi dia pucat.""Iy
"Aku tahu. Kau jangan banyak bicara!”"Ya sudah, mulailah Reizo, atau lebih baik kau suruh saja Irsyad yang melakukannya kalau memang kau tidak sanggup.""Aw … ehm ... Irsyad, kau saja yang lakukan. Aku tidak bisa."Sudah seperti yang dipikirkan oleh Irsyad, karena memang saat ini pria itu sedang benar-benar terpukul. Apa yang terjadi pada pikirannya, tapi sungguh dia memang merasa marah dan campur aduk yang tak jelas."Allahu Akbar Allahu Akbar."Dan suara lantunan azan yang begitu merdu itu pun tidak bisa membuat pria itu fokus.Aku tidak bisa menyelamatkanmu dulu dan itu semua karena aku datang terlambat. Tapi kini aku juga tidak bisa menyelamatkan istrimu, karena kemarahanku padanya. Aku meninggalkannya dan aku pikir memang dua rekanku menjaganya. Aku tidak buru-buru mencarinya. Ini semua salahku. Mungkin memang aku tidak pantas untuk menjaganya? Dan sebenarnya apa perasaanku padanya? Kenapa aku seperti makin lama makin ingin tahu tentang dirinya? Tapi kenapa dia begitu bodoh? Ken
"Innalillahi wa innalillahi roji'un."Irsyad yang lebih dulu menyadari tentang kepergian seseorang yang sangat dicintainya.Tak tahulah dia harus bagaimana. Tangannya masih menjahit bekas luka saat tadi mengeluarkan bayi. Dan matanya kini basah dengan air mata yang berusaha untuk ditahan olehnya."Hey, bangun! Jangan main-main! Buka matamu!" Tapi lain Irsyad, lain juga pria yang ada di samping Aida yang tadi diberikan oleh Aida rambutnya yang memang rontok. “Bangun! Buka matamu!" Pria itu kembali memaksa."Reizo, kau memintanya bagaimanapun, dia tidak akan bangun. Lukanya terlanjur parah. Lambungnya tersayat, asam lambung di lambungnya menyebar di tubuhnya dan kau tahu? Asam lambung itu sangat berbahaya. Dia bisa melukai dan membakar organ lainnya. Ditambah lagi… lihat ini. Beruntung Aida melahirkan bayinya lebih cepat. Aku tidak tahu kalau ditunda lagi, mungkin bayi-bayi itu juga akan terkena masalah dengan sel kankernya. Pertumbuhan tidak normal dan kau bisa lihat sendiri."Memang a
"Aida."Mereka semua kaget melihat ada beling yang menancap di tubuh Aida dari belakang dan tembus ke depan. Wanita itu pun agak kesulitan untuk bicara."Kau."Leo sudah memegang senjatanya untuk menembak orang di belakang Aida."Kau tidak akan pernah bisa mendapatkan kami. Chip itu sudah kami bawa."Tapi Alexander yang terluka parah, dia juga bisa menggunakan transportasi. Dan Alexander kloningan yang ada di belakang Aida sudah mengambil chip itu. Di saat yang bersamaan, Alexander yang terluka menghilang lalu dia mendekat pada Alexander yang baru keluar dari kapsul lalu membawa pria itu pergi. Sisa sembilan kapsul lagi yang kacanya pecah sekarang.DOOR DOOR DOOR!Makanya Leo yang sudah memegang senjata cepat-cepat mengarahkan senjatanya ke kepala mereka."Aida!” Dan kini Dokter Juna dengan cepat berusaha untuk masuk mengambil Aida."Cepat bawa dia ke rumah sakit!”Rafael yang bicara, lalu dia menatap Jo dan Leo, dia sudah mengaktifkan peledaknya.“Kita harus cari atau semua orang di
"Ah tidak. Aku hanya mendengar cerita dari Alan.”"Dan Alan." Kini Alexander menunjuk pada Aida dengan senyum kecut di bibirnya. "Kalau bukan karena ada pengkhianat seperti dirinya, aku pasti menang dari Rafael," ujarnya lagi dan kini dia menekankan sambil berjalan mendekat pada Aida."Bisakah kau berdiri diam di sana dan tidak mendekat padaku? Aku risih jika bukan suamiku dekat padaku.""Dan kau tahu? Aku menyukaimu. Kau bisa hidup damai denganku dan bekerja denganku. Untuk menjadi suamimu aku juga tidak masalah. Karena kau adalah wanita yang menarik. Hanya saja, aku harus tekankan padamu keselamatanmu itu bergantung pada keloyalanmu padaku dan aku tidak suka pengkhianatan.""Ehm, kenapa kau menyimpan gudang senjata di apartemen suamiku?""Oh, kau membicarakan senjata di lemari yang baru kebuka?”Aida tak mau Alexander mendekat lagi sehingga dia kembali menanyakan sesuatu untuk mendistraksinya.Tipe orang yang suka show of. Aku harus membuatnya menceritakan semua hal. Ini adalah cara
"Terlalu jauh kalau harus membunuhmu. Aku tidak bisa melawanmu karena sekarang aku juga sedang mengandung. Tapi coba keluarkan dulu saja masnya supaya kau tidak membuang waktuku lebih lama berdiri.""Ah … kau pasti lelah. Kau ingin duduk?” tanyanya lagi.“Kau tunggu di sini! Biar kuambilkan kursi dari ruang kerja suamimu supaya kau bisa duduk.”Dia cukup baik juga. Bisik hati Aida lagi. Sesuatu yang membuat dirinya juga penasaran.Ada sisi baiknya. Apakah ini dari gen yang dimiliki oleh ayahnya Tuan Rafael? Dan ada sisi buruknya, apakah ini dari gen yang dimiliki oleh temannya Tuan Rafael? Karena dia memiliki gabungan gen yang berbeda.Aida tak peduli larangan Alexander untuk mengambil sesuatu dari ruang kerja suaminya, tapi dia sempat mendekat pada tempat emas dan mengambil sesuatu dari sana. Sesuatu yang diselipkan di balik kerudungnya. Di tempat yang tidak bisa terlihat oleh siapa pun tentu saja."Kau duduklah di sini!”"Terima kasih." Aida menjawab dengan ucapan sesantai itu dan d
"Kau sudah mengecek semua isi ruangan di sini?" Aida bertanya masih dengan posisinya berdiri di belakang dinding."Tentu saja. Aku mengecek semuanya termasuk semua lingerie yang kau punya. Wow. Ini sangat menarik sekali. Kau tidak memiliki dua bagian penting bagi tubuh wanita, tapi kamu miliki banyak sekali lingerie. Untuk apa kau memakai itu?"Wajah Alexander seakan-akan ingin menertawai Aida. Dan Aida juga tahu alasan kenapa dia harus memiliki baju itu."Lucu, ya? Aku pun merasakan hal yang sama. Tapi itu kemauan suamiku. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi dia memintaku untuk memakai itu.”"Sepertinya dia sangat suka berkhayal.”"Tidak. Dia bukan orang yang suka berkhayal. Dia adalah orang yang menggunakan logikanya. Dia lebih baik daripada aku.""Tapi untuk apa dia memberikanmu ini?""Menurutmu untuk apa?" tanya Aida di bibirnya.Setidaknya aku bisa mengulur waktu. Aku harus bisa membuat dirinya banyak bercerita sampai ada orang yang menyelamatkanku, pikir di dalam hati Aid
"Selamat datang di tempat tinggalku.""Ini adalah rumahku. Ini adalah apartemen milik Mas Reiko-ku. Bagaimana kalau bisa bilang kalau ini adalah tempat tinggalmu?" Aida pikir, dia akan dibawa ke mana oleh orang yang menculiknya, tapi lagi-lagi dia dibawa ke apartemen yang dulu ditempati bersama dengan suaminya."Haha, tapi sayangnya dia sudah tidak ada di sini. Dan tempat ini aku yang tinggali. Kau sendiri juga tidak meninggalinya.""Apa yang kau cari di sini?""Haha. Kau sangat curigaan sekali."Sebenarnya Aida tidak melucu dan dia bertanya serius, tapi pria yang ada di hadapannya justru selalu saja tertawa setiap kali mendengar pertanyaan darinya. Aida yakin sekali ada sesuatu yang dicari oleh Alexander di sana. Sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan."Relax. Kau baru sampai di rumahku sebaiknya kau bersantai dulu. Kenapa mundur terus? Kau mau ke mana, hmm? Ruangan ini tetap segini saja. Dan di belakangmu sudah ada rak buku."Pria di hadapan Aida terus maju karena itulah dia berusaha
"Romo, kami sudah cari ke mana-mana tapi tidak ada. Di rumahnya Pakde Waluyo juga nggak ada, terus kita udah cari di sekeliling rumah Romo juga nggak ada. Tadi aku tanya sama ibunya Mbak Aida juga nggak ada di dalam kamarnya.""Lah, ke mana Aida? Apa mungkin dibawa sama Reizo atau dia ketemu sama Dokter Juna? Tadi itu kan Raditya ngebicarain soal Dokter Juna dan mungkin aja dia cerita ke Dokter Juna kalau dia habis ngomong sama Raditya?""Bisa jadi, Romo. Tapi tadi aku telepon Mbak Aida handphone-nya ketinggalan tuh. Dia ndak bawa handphone.""Mungkin sengaja handphone-nya ndak dibawa supaya ndak ketahuan sama Reizo dia ke mana.""Tapi kan mereka punya alat-alat yang sama. Pasti bisa komunikasi, Romo. Soalnya kata Mbak Aida itu kalau sudah pakai itu, semuanya bisa saling komunikasi. Terus mereka juga sudah tahu di mana letak koordinat masing-masing.""Yo embuh, aku ndak tahu, lah. Lagian kamu kalau udah tahu kayak gitu kok malah nanya sama orang yang nggak tahu?""Hehehe. Habisnya aku