"Eeh, P-pak ... jangan macam-macam!"
Baru bangun tidur sudah diperlakukan seperti ini rasanya Aida berasa seperti mimpi, tapi Aida sadar, dirinya tak akan membiarkan semua ini terjadi meski hanya mimpi.
"Macam-macam pada istriku sendiri tak masalah kan?"
"Hah, Bapak minta aja sama kekasih Bapak tuh. Jangan ke saya. Menjauuh Pak."
Sontak kedua telapak tangan Aida pun mendorong seseorang yang wajahnya sudah kurang dari lima belas senti lagi mendekat.
Tapi,
"L
"SiapPak.""Eish, jangan bicara!"Reiko menaruh jari telunjuknya di bibirnya sendiri untuk melarang Aida mengeluarkan satu kata pun bahkan untuk menjawabnya.Teman bisnisnya kah?Aida mencoba nebak-nebaksiapa yang sedang diajak bicara oleh Reiko di saat pria itu sudah melihat layar handphonenya lagi dan mencet tombol hijau sebelum menempelkan handphonenya ke telinga.
"Excel,apa aku pernah bertemu dengan wanita itu?"Justru pertanyaan itu yang diberikan olehnya sambil berjalan menjauh dan menaruh gelas air minumnya yang sudah kosong sembarang saja."Saya rasa Anda tidak pernah bertemu dengannya.""Berapa persen keyakinanmu?""99,9% tuan Richard," ucapnya lagi sambil mengikuti tuannya yang sedang diajak bicara olehnya itu."Berikan aku informasi tentangnya.""SilakanTuan."
"MaafTuan, ada motor mendadak muncul sehingga saya kehilangan keseimbangan dan motor itu pun juga hampir kepleset.” Membuat Richard yang mendengar penjelasan dari driver kesal dan segera keluar dari mobil."Are you blind?"seru Richard yang sudah tak tahan ingin mengomel. Untung saja mobilnya tidak jatuh ke jurang. Entah apa yang terjadi kalau sang driver bukanlah orang yang cukupahli bermanuver."I'm in hurry, name your price!" Mata Richard bersitegang dengan seseorang yang kini ditatap olehnya dan baru saja turun dari motornya tanpa mempedulikan motor yang sudah rusak itu, dilemparnya begitu saja dan tak ada kata maaf juga untuk Richard."Cih. Kau pikir ini hanya urusan uang? Do you think i'
"Apa kamu melihatku begitu? Mau dapet hadiah Valentine juga?" protes Reiko yang kini sudah tersadar memang Aida sedang memperhatikannya. Setelah teleponnya mati tadi dia sempat senyum-senyum dulu memandang layar handphonenya dengan pikirannya yang berkelana, sehingg merasa terusik dengan tatapanAida saat mata mereka bertautan."Heish, nggak kenapa-napa Pak. Lucu aja ngelihat handphonenya udah mati tapi masih senyum-senyum kayak gitu. Tapi saya nggak minat sama sekali pak buat hadiah Valentine."Aida jelas menggelengkan kepalanya karena memang dia tidak mau."Kamu belum pernahkan dapat hadiah Valentine?""Hmm, emang gak
"Heisssssh!" gemas Reiko"Eh, ampun, jangan main tangan napaPak."Aida baru kena jitakan dari Reiko. Tak sakit sih tapi tetap membuat dirinya menggerutu."Makanya kalau ngomong yang bener. Kalau kamu ngomongnya kayak gitu terus ngegas sama aku, ya jangan salahin aku kalau aku emosi.""Ya kalau enggak Bapak minta deh sama dokter Silvy kasih saya perawat."Reiko sudah ingin menggendong Aida, tapi saat itu juga tangan wanita itu menahan. Dia malah mengajukan protes lagi seperti ini.
"Eeeh, saya nggak akan ke kamar mandi kok Pak, Bapak gak usah tidur di sini.""Sudah kamu gak usah protes sajalah. Lagian aku di sini juga nggak bakal ngapa-ngapain kamu.""Ya tetep aja Pak, Bapak ga bisa tidur di sini. Kasurnya cuma satu.""Ya berdualah. Lagian nggak ada dosa buat kamu dan aku kalau aku tidur di situ. Aku masih berstatus sebagai suamimu kok.""Suami gadungan.""Hmm.Tetep aja suamimu.""Nah, katanya, Bapak ama keluarga Bapak enggak gila
"Nggak usah ngegas gitu deh Pak.""Ya kamu, bikin aku pening aja. Disuruh, ngeles terus!" sengit Reiko lagi. "Terus ngapain juga kamu tutup-tutupin gitu? Dari tadi akujuga udah liat bentuknya kayak gimana, gak bakalan bikin aku nafsu.""Saya sangat bersyukur kalau Bapak gak nafsu. Karena saya juga nggak nafsu sama Bapak." Aida berdesis."Sekarang Bapak keluar deh. Terus sini kasih ke saya cukurannya." Telapak tangan Aida pun membuka membiarkan Reiko menaruh sesuatu di sana tapi tentu saja bagian tangan kirinya tidak mau ditarik dari pangkal kakinya.Aida tidak menutupi bagian atas tubuhnya karena dari tadi Reiko
Ratna: Eh, nak Reiko? Assalamu'alaikum, maaf ibu jadi mengganggu.Orang gila.Dia bener-bener gila. Apa yang akan dipikirkan oleh ibuku kalau melihat dia dengan penampilannya yang seperti itu video call?Abis mandi? Lah ibuku bisa berpikir macam-macam.Maklum saja tadi ibunya Aida menelepon menggunakan fitur video call. Sedangkan Reiko yang berjalan memutar ke arah tempat tidur di sisi satunya, dia sudah mengangkat telepon dengan penampilan yang membuat Aida yakin sekali ibunya pasti akan tidak nyaman melihat itu.Gemas sudah hatinya ingin protes.Reiko:Enggak kok Bu nggak ganggu. Waalaikumsala