"Hhh? Maksudnya apa, Mas?"
"Eheheh, gak, ini kok gini ya Ai, duuuh sempit banget, Ai!"
Reiko kembali senyum-senyum sendiri sambil matanya menatap Aida.
"Tapi ini enak, loh! Pas, kayak kamu beli celana baru dari toko terus kamu cobain. Maksudku beli celana dalam. Kan enak kalo begini. Nggak kendor. Nggak kayak belel karena dicuci."
Jawaban yang membuat Aida ingat sesuatu dan kini dia geleng-geleng kepala sendiri. Dia paham ke arah mana pembicaraan mereka.
"Mas Reiko itu udah pakai Mbak lebah berapa kali? Pasti sudah ratusan, kan? Ribuan kali? Ya jelaslah bed
"Ehehe, Mas Reiko ngomongnya nyeremin banget.”"Ya aku cuma kasih tahu kamu aja. Karena aku nggak main-main soal ini. Aku juga nggak suka kamu jalan sama Dimas ya kayak waktu itu. Susah payah aku nahan marahku ke kamu waktu itu.""Eeeeh ….""Awas kalau aku liat kamu jalan ama cowok nanti di kampus."Permasalahan yang tak ingin dibahas pun akhirnya jadi keluar saat mereka masih di bawah pancuran shower."Mas Reiko, kita kan mau solat Ashar."Aida tidak mau membahas yang itu. Dia khawatir dan agak ngeri juga kalau membayangkan bagaimana wajah Reiko sekarang kalau pembahasan ini diperpanjang.Fuuh, kok dia mengerikan banget, ya? Emang dia sama Mbak lebah kayak gitu galaknya? Kayaknya mereka romantis. Wah mungkin aku yang gak tahu aja di belakang layar. Aku ndak bisa kebayang kalau dia tahu aku jalan sama Mas Dimas terus makan bareng terus ….Aida tak bisa membayangkan, tapi Reiko tentu saja sudah mengetahui itu karena dia meminta sendiri pada Deni untuk menelusuri CCTV dan mencari tahu k
"Mas, ini ….""Cuma kalung berlian sederhana ditambah mata safir langka di tengahnya. Aku sempetin buat ini pas kita sudah sampai di Abu Dhabi supaya sebelum kita berangkat ke Dubai pesanannya udah siap."Kalung itu memang disimpan Reiko di dalam tasnya dan tadi dia sebetulnya bukan mempersiapkan pekerjaan. Tapi menyimpan kalung itu sambil pura-pura bekerja."Kamu suka, gak?"Tanya yang membuat Aida mengangguk dan hatinya jelas loncat-loncat kegirangan.Itu memang bukan sebuah kalung extraordinary yang diberikan oleh Reiko dan beratnya lumayan di leher Aida.Pria itu hanya memberikan satu kalung emas bertabur berlian yang tidak terlalu berat ditambah dengan mata biru yang sangat indah sekali di tengahnya.Modelnya juga sederhana dan cocok dipakai sehari-hari. Karena memang itu tujuan Reiko."Pas, cantik di lehermu. Pas dengan ukuran tubuhmu yang kecil."Reiko puas saat matanya kini memandangi Aida setelah memasangkan kalungnya. Dan sudah pasti wajah Aida tersipu malu."Jangan dilepas
"Eheheh, bu-bukan Mas, maksudku kan Mas Reiko capek loh."CUP.Karena dia sudah berdiri dan memegang tangan wanitanya mau ke kamar jelas saja Reiko tak tahan untuk mengecupnya."Mas Reiko ni ….""Ssst, iya aku tidur. Tapi entar bangun minta lagi, ya.""Huh? Lagi?"Memerah jelas wajah Aida ketika melihat pria itu mengangguk."Iyalah. Yang kayak gitu kan enak.""Mas Reiko gak cape?""Makanya sekarang kita tidur."Tak mau melihat Aida yang terlihat khawatir karena dirinya memang belum beristirahat, Reiko pun setuju.Selepas mereka menikmati makan malam dan selesai sholat Maghrib akhirnya sudah tak kuat lagi untuk melek. Waktu mereka makan malam memang sebelum sunset. Jadi memang masih kebagian Maghribnya.Dalam dekapan suaminya akhirnya Aida yang merasa hari itu adalah hari kebahagiaan terbesar dalam hidupnya, dia terlelap dalam hitungan menit.Masuk ke dalam zona tidur terdalamnya dengan perasaan yang berbeda.Begitupun dengan Reiko yang hanya manusia biasa dia tak kuat lagi untuk menah
"Heh, Mas Reiko beneran nyuruh aku?" Agak kaget Aida ketika mendapatkan tawaran itu apalagi melihat Reiko yang mengangguk dengan senyum membenarkan tak berniat bercanda."Supaya kamu nggak bingung sama kerjaanku. Tadikan kamu nanya. Kalau aku yang jelasin ya kamu nggak akan ngerti-ngerti nanti, mending coba buat aja sendiri."Mendengar ucapan Reiko tentu saja Aida pun setuju.Ini menarik untuknya karena hal baru. Apalagi Aida juga sempat membaca-baca buku tentang desain interior di rak buku Reiko.Di sini Reiko juga membantunya dan memberitahukan bagaimana cara menggambarnya. Teknik dasarnya.
"Ehm …."Mana tahu Aida harus menjawab apa dari pertanyaan Reiko barusan?CUP.Tapi pria itu tetap sudah menempelkan bibirnya dan menyesap bibir wanitanya. Sangat lembut, membuat ada keinginan lagi dalam hati Aida untuk membalasnya."Sama seperti aku makan macaron. Kelihatannya keras, tapi pasti sesak rasanya dingin manis dengan semua rasa lembut yang menggodaku untuk memakannya lagi!"Macaron itu rasanya kayak gimana ya?Mana Aida tahu. Dia belum perna
Bee aja suka. Berarti dia memang punya bakat. Aku gak salah menilai, bisik hati Reiko.Brigita dan Reiko sudah lama sekali menjalankan bisnis desain interior dan mereka juga mendalami bidang itu sejak kuliah tentu saja Reiko percaya penilaian Brigita tak mungkin salah.Dan kini tangan pria itu mengambil tabletnya, tapi dia tidak mengomentari Aida.Dia membuka di tabletnya untuk mengerjakan satu yang lainnya.Yang tadi sudah selesai berarti dia masih punya hutang banyak desain lagi yang harus dikerjakannya.Reiko memang sudah expert. Dia paham apa y
"Mas Reiko dirombak lagi, bukan?""Gak, aku cuma ngerubah desain warnanya aja yang ini kayaknya nggak sesuai. Harus disesuaikan sedikit lagi supaya nyambung sama yang di sini. Tapi juga ada gradasi warnanya di sini."Aida memperhatikan semua yang ditunjuk oleh Reiko barusan.Reiko yang masih mencoba mengulang-ulang lagi, mengganti-ganti lagi apa yang harus diganti olehnya, tapi tetap dia masih belum bisa mengatakan itu sempurna."Sini Mas, sambil aku pijitin bahunya."Aida yang melihat Reiko seperti ingin memijat bahunya yang kaku dia pun menggerakkan tanga
"Mas Reiko, aku dapat bayaran? Kan aku disini mau ngebantuin Mas Reiko!"Aida tak berani menerima dan mau mengembalikannya lagi pada Reiko."Pegang aja, Ai." Tapi Reiko masih bersikeras."Itu bayaranku sebagai desain interior. Aku mengerjakan enam desain ini dan dari denah layout, 2D dan 3D nya aku bisa dapat seribu dolar per gambar. Karena aku kan nggak ngerjain render sama modelingnya. Itu nanti Brigita dan tim yang akan membuatnya. Dan ini juga dealnya kan sama dia. Jadi kalau dari freelance design-nya aja bayaranku ya cuma seribu. Cuma untuk gambar yang terakhir ini beda, bayarannya lima ribu karena ini project yang beda.""Terus Mas Reiko ngasih aku sepuluh ribu dolar ini?""Hmm. Kamu kan istriku, pegang aja. Itu bayaran kerjaanku."Reiko menepuk kepala Aida dan dia mendekatkan bibirnya pada Aida dan mengecupnya."Jadi Mas Reiko akan dapat bayaran ini dari Mbak Brigita?”"Hmmm." Reiko mengangguk pelan.Ya, aku seharusnya mendapatkan bayaran itu, tapi tidak pernah aku ambil. Semua