"Hihihi, jadi Mas Reiko berpikir kalau Mas Reiko itu jatuh cinta padaku karena aku pakai pelet?"
"Hmm!" Suami Aida itu pun mengangguk dan disaat istrinya ingin menyanggah apa yang dikatakannya
"Kamu memang memeletku dengan perhatianmu, ketulusanmu, kasih sayangmu, kepintaranmu dan dirimu yang ekstra ordinary, Ai! Membuatku semakin penasaran dan semakin tertarik padamu! Mmmuuuah!"
Pria itu pun mendekat memeluk istrinya sebelum berbisik pada Aida.
"Terutama bagian lubang mu yang sempit dan basah! Aku sangat menginginkan itu. Nanti ya kalau udah selesai ospeknya aku minta jatah!"
"Mas Reiko?"
CUP!
Tak peduli dengan istrinya yang membulatkan mata, Reiko sudah main mata dan kembali menikmati bibi
Tatapan Reti juga udah nggak enak gitu.Reiko belum bicara pada adiknya tapi Aida sudah berbisik seperti ini di dalam hatinya dan ngeri juga.Mau menjelaskan apa dia tadi mengecupku sama Adiknya? Keluarganya pasti tahu dia punya rasa padaku! Duh, apa ini akan jadi masalah untukku di kampus? Apa keluarganya akan membuat keributan denganku? dan apa ketenanganku di kampus akan berakhir? Apa dia akan mengomel pada Adiknya? Atau Adiknya yang akan mengomel padanya? Entahlah aku tak tahu!Hati Aida ketakutan sangat meski dia bisa menutupi mimik wajahnya agar terlihat biasa. Tapi Aida memang tak tenang melihat sosok Reti yang berdiri dan menatap Kakaknya tak jauh posisi Aida dan Reiko. Paling sekitar dua meteran. Membuat Reiko juga bisa melihat padanya saat membalikkan badan."Reti kebeneran kamu su
Mas Reiko gak marah padaku?Ada tanya seperti ini di dalam hati Reti ketika punggung Kakaknya sudah pergi meninggalkannya.Reti masih ingat betul apa yang dikatakan oleh Mamanya tadi malam.Bukan Aida yang menceritakan semua kejadian itu sama Mas Reiko. Tapi Papa dan Mas Reiko memang diserang oleh Adiknya Papa yang sekarang dipercaya oleh Romo lebih dari Papa. Tapi tadi Mas Reiko nggak marah padaku?Reti masih kurang paham apa yang ada di dalam benak Kakaknya itu.Kemarin dia sempat mau melabrak Aida karena dipikirnya semua ini adalah info yang diberikan olehnya.
Brigita: Apa Tante pikir aku akan percaya? Aku tahu kekasihku dan tentu tidak akan pernah mungkin terjadi.Brigita bahkan tersenyum menertawai seseorang di ujung sana karena dia tidak mau lagi sampai terpengaruh.Tapi…Rika: Kamu sepertinya terlalu berburuk sangka padaku. Sebenarnya kamu adalah calon istri anakku yang sangat aku inginkan. Tapi sepertinya ada masalah di perusahaan yang membuat Reiko kehilangan kedudukannya sebagai wakil CEO di Adiwijaya group.Brigita: Bualan apa lagi ini Tante? Siapa lagi mau yang bisa menggantikannya di sana? Aku rasa anak Tante masih belum siap. Ayolah jangan seperti ini Tante. Ini hanya akan m
Endra: aku sebenarnya tidak yakin! Tapi kalau menurutmu seperti itu ya sudah! Aku akan mengikuti rencanamu.Rika: iya sayang! Aku akan memikirkan yang terbaik untuk membuat Romo perlahan menyingkirkan anak bungsunya dari mengganggumu. aku akan berusaha yang terbaik untuk selalu mendukungmu. Dan aku sudah pastikan Putri kita tidak akan lagi melakukan kesalahan yang sama. Aku juga sudah meminta pada Reti untuk dekat dengan Aida dan menjalin persahabatan dengannya.Endra: kamu serius?Rika: Ya! Hanya ini cara supaya dia percaya! Dan ini akan memakan waktu. Makanya aku rasa sebulan lagi baru memintanya untuk datang ke rumah kita. Ini paling masuk akal! Aku bisa mengatakan kalau Reti yang bercerita padaku kalau Aida adalah gadis yang baik. Itu yang membuatku berubah pikiran tentangnya. Jadi ini tidak akan terkesan aneh dan dia juga tidak akan curiga
"Kenapa dengan wajahmu Brigita? Telepon itu dari hantu kah?"Seseorang yang baru keluar dari kamar mandi dan melihat Brigita di tempat tidur masih tanpa menggunakan apapun kecuali hanya selimut yang menutupi tubuhnya terlihat cemas. Makanya dia menggoda."Ibu tiri Reiko menelponku dan dia mengatakan kalau Reiko sudah tidak lagi menjadi wakil CEO di perusahaan Adiwijaya!""Hah, itu wajar! Kan tadi malam aku bilang, apa kau tidak lihat kalau Reyhan sudah mengatakan desain yang dikerjakannya untuk Aurora corporation itu adalah miliknya?"Kata-kata yang membuat Brigita mengangguk dan sedikit mengerucutkan bibirnya tanda kecewa."Kalau begini ceritanya aku tidak boleh terlalu dekat dengannya! Kekuatannya sudah hampir dilumpuhkan oleh Reyhan! Bisa jatuh miskin dia."
Brigita: Halo sayang! Aku sudah melihat berita dan apakah itu semua benar? Kamu tahu aku stress sekali semalaman memikirkan tentang ini. Aku ingin meneleponmu tapi aku tadi malam stres berat sehingga kepalaku pusing dan tubuhku meriang. Aku kepikiran sekali tentang dirimu! Duh, gimana nasibmu sayangReiko: Huh? Kamu sudah minum obat dan ke dokter, Bee? Sssh, maafkan aku sudah membuatmu kepikiran.Brigita: Sudah. Aku sudah mendingan sayang. Yah, walaupun masih meriang, kurasa aku butuh refreshing sedikit.Reiko: Berliburlah dulu. Kamu mau ke mana?Brigita: Gampang, aku punya tabungan. Kamu bagaimana? Yang tadi kutanyakan apa semua benar? Ayolah, jangan menutupinya dariku. Kita kan pasangan sayang. Luka dan deritamu adalah sulitku juga.Jelas-jelas tadi malam Brigita menikma
Brigita: Tidak! Tapi demi mendukung rencanamu. Aku terpaksa harus membiarkan dia menikmati tubuhmu walaupun aku yakin sekali kamu pasti tersiksa, Sayang. Tapi ini kurasa akan membuat Kakekmu percaya. Atau mungkin kau bisa memberikan dia obat tidur dan tak perlu menyentuhnya.Reiko: Ehm, sudah jangan bahas itu dulu, Bee.Brigita: Kenapa? Kamu mau puasin Kakekmu dan membuatnya percaya demi kedudukanmu di perusahaan, kan? Mau bagaimana lagi emang? Kan paling masuk akal melakukan itu dan melukai hatiku. Aku akan coba mengerti, Sayang.Reiko: Bee--Brigita: Sudahlah kamu gak usah merasa gak enak, Sayang. Aku cuma mau memba
"Aida, tadi kamu datangnya bareng bukan sama--""Ssst, iya."Aida tahu apa pertanyaan lanjutan dari sepupunya,Inggrid. Dia tidak mau memperpanjang itu makanya langsung menjawab dan menunjuk ke arah depan di mana Kakaktingkat juga sudah siap untuk menjelaskan schedule mereka hari ini.Aida taktahu apa yang harus mereka lakukan sekarang.Tapi mereka juga tetap mendengarkan detail pelaksanaannya dan Inggrid untungnya mengerti dan dia tidak lagi banyak bertanya."Aida, kalau nanti kondisimu kurang enak kamu bisa langsung bilang, ya. Tidak perl