(Sementara itu di tempat lain beberapa jam sebelumnya)"Pak Reiko."Panggilan yang membuat seseorang yang sudah melangkah keluar dari pintu kedatangan berhenti dan menengok ke arah sumber suara."Mas Reiko selamat datang." Berbarengan dengan arah lainnya yang menyapanya membuat dirinya juga menengok ke sumber suara."Selamat datang kembali ke Indonesia, Pak Reiko," seru orang pertama yang tadi memanggilnya yang kini sudah berada dalam jarak semeter darinya dan sudah mengulurkan tangan."Terima kasih Pak Sandi. Boleh tahu ada apa Bapak mencari saya sampai ke sini? Bahkan sampai memperhatikan penerbangan saya."Reiko bicara sambil menerima uluran tangan itu di saat seseorang yang tadi memberikan sapaan pertama mengucapkan selamat datang belum dijawab olehnya."Bagaimana perjalanan Bapak? Semua berjalan lancar?""Tidak perlu berbasa-basi Pak Sandi. Bapak bisa langsung bicara ada perlu apa mencari saya sampai menunggu di kedatangan internasional ini."Reiko tahu orang itu sangat sibuk sek
"Silakan, Pak Reiko."MeskipunSandi tahu masalah yang dihadapi oleh Reiko, dia tetap memperlakukannya seperti seorang pewaris Adiwijaya Group.Sikapnya sangat sopan dan menunjukkan kalau dia adalah seorang ajudan."Biasa saja dengan saya Pak Sandi. Tidak perlu menunjukkan sikap yang berlebihan."Makanya Reiko merasa risih.Dia tahu sih semua informasi yang diketahui oleh Raditya berawal dariSandi. Pria itu adalah pria yang berbahaya dan Reiko paham tentang ini. Tapi sikapSandi itu sangat santun sekali di hadapannya. Ini yang membuat hati R
"Hah, menyesal kau bilang? Itu tidak pernah ada di dalam kamusku. Apalagi aku harus mencarimu untuk minta maaf. Cih."Radit makin emosi. Di atas meja itu tangannya mengepal."Dan kau harus ingat apa yang kau katakan ini. Apa yang kau buat dengan Mall-mu sekarang aku bisa saja menggugatnya.""Menggugat dari segi mananya, Pak Raditya?"Senyum muncul di bibir Reiko."Anda mau menggugatsaya adalah orang yang mendesainMall milik Aurora corporation? Lalu bagaimanaAnda menjelaskan kalauMall itu sebenarnya adalah buatan Reyhan?" Kini Reiko m
"Masalah Aurora corporation dan gosip yang beredar?"Sesaat setelah Seno berpisah dari Deni dia terus saja memikirkan masalah itu di dalam benaknya. Bahkan sampai masuk ke dalam mobil dia mengulang kata-kata itu sambil menstarter mobilnya untuk menuju ke Aurora corporation."Aku bahkan tidak kepikiran sampai sejauh itu. Tapi kenapa kok Deni berpikir sampai ke sana ya? Apa aku terlalu bodoh menjadi seorang asisten?"Seno tidak seperti biasanya yang berpikir ke mana-mana.Tapi mendengar ucapan Deni dia mengerutkan dahinya saat membayar parkir dan masih terus kepikiran.
"Eh," jadi tidak enak rasanya Seno ditanya seperti itu oleh Reiko."Apa ada masalah di Mall? Atau di pabrik? Atau di kampus Ai?""Oh ndak ada masalah apa-apa Mas. Semuanya baik-baik saja."Tapi orang seperasa Reiko apa benar bisa percaya begitu saja dengan yang dikatakan Seno?"Kamu jangan bohong padaku. Ada masalah apa? Atau kamu sudah bosan kerja denganku? Apa aku menyebalkan?""Oh, ndak Mas, saya bukan begitu maksudnya. Saya senang malah kerja sama Mas Reiko dan lebih enak daripada saya di pabrik itu tuh di sana yang ada cuman orang-orang tua saja. Tapi
"Eh, ada apa tuh rame-rame? Coba liat dulu ke pinggir."Sepuluh menit sebelumnya, seseorang yang sedang duduk di kursi penumpang cerewet sekali dan menunjuk ke arah keramaian orang."Nggak tahu tapi lihat aja dulu."Mereka sempat melihat ada orang yang berlarian tapi karena tadi mereka baru belok tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya."Ada apa ini ya?""Oh, Kak Dimas kebeneran.Ini ada yang pingsan. Tapi kita belum berani ngangkat. Soalnya dia berdarah banyak banget. Kaya darah haid tapi bukan. Apa pendarahan ya, Kak?"
"Iya bentar, sabar dulu napa!"Dimas sudah membuka pintunya dan dia berjalan turun menuju ke arah dalam. Tentu saja bukan jalan hanya jalan santai. Dimas berjalan cepat dan tak lama perawat juga sudah keluar."Tolong temenin dulu Mas.Gue parkir mobil dulu."Irsyad tidak mungkin meninggalkan mobilnya di depan IGD. Itu adalah jalan umum dan dia harus mencari parkiran.Bisa saja sih Irsyad menyuruh Dimas memarkirkannya, lalu dia bisa ke dalam menemani seseorang yang dikhawatirkannya itu.Tapi
"Iya Mas Reiko. Ini saya mau ngubungin dulu."Istri menyebalkan macam apa dia? Orang lain diberikan nomor teleponnya boleh sedangkan aku tidak boleh? Aish, pokoknya setelah dari sini aku akan meminta nomor teleponnya. Dia mau izinkan atau tidak aku akan memintanya. Enak saja Seno diizinkan untuk meneleponnya dan bicara dengannya ditelepon sedangkan aku bagaimana? Menelepon di rumah pun dia sudah bilang padaku kalau tidak ada yang penting antara hidup dan mati tidak boleh menelepon!Reiko penat sekali dengan pikiran istrinya yang khawatir sangat kalau teleponnya bisa membuat Aida kehilangan konsentrasi.Sampai saat ini tak terbayang sudah bagaimana rasa kesalnya dan cemburunya dia pada seseorang yang k