"Eh," jadi tidak enak rasanya Seno ditanya seperti itu oleh Reiko.
"Apa ada masalah di Mall? Atau di pabrik? Atau di kampus Ai?"
"Oh ndak ada masalah apa-apa Mas. Semuanya baik-baik saja."
Tapi orang seperasa Reiko apa benar bisa percaya begitu saja dengan yang dikatakan Seno?
"Kamu jangan bohong padaku. Ada masalah apa? Atau kamu sudah bosan kerja denganku? Apa aku menyebalkan?"
"Oh, ndak Mas, saya bukan begitu maksudnya. Saya senang malah kerja sama Mas Reiko dan lebih enak daripada saya di pabrik itu tuh di sana yang ada cuman orang-orang tua saja. Tapi
"Eh, ada apa tuh rame-rame? Coba liat dulu ke pinggir."Sepuluh menit sebelumnya, seseorang yang sedang duduk di kursi penumpang cerewet sekali dan menunjuk ke arah keramaian orang."Nggak tahu tapi lihat aja dulu."Mereka sempat melihat ada orang yang berlarian tapi karena tadi mereka baru belok tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya."Ada apa ini ya?""Oh, Kak Dimas kebeneran.Ini ada yang pingsan. Tapi kita belum berani ngangkat. Soalnya dia berdarah banyak banget. Kaya darah haid tapi bukan. Apa pendarahan ya, Kak?"
"Iya bentar, sabar dulu napa!"Dimas sudah membuka pintunya dan dia berjalan turun menuju ke arah dalam. Tentu saja bukan jalan hanya jalan santai. Dimas berjalan cepat dan tak lama perawat juga sudah keluar."Tolong temenin dulu Mas.Gue parkir mobil dulu."Irsyad tidak mungkin meninggalkan mobilnya di depan IGD. Itu adalah jalan umum dan dia harus mencari parkiran.Bisa saja sih Irsyad menyuruh Dimas memarkirkannya, lalu dia bisa ke dalam menemani seseorang yang dikhawatirkannya itu.Tapi
"Iya Mas Reiko. Ini saya mau ngubungin dulu."Istri menyebalkan macam apa dia? Orang lain diberikan nomor teleponnya boleh sedangkan aku tidak boleh? Aish, pokoknya setelah dari sini aku akan meminta nomor teleponnya. Dia mau izinkan atau tidak aku akan memintanya. Enak saja Seno diizinkan untuk meneleponnya dan bicara dengannya ditelepon sedangkan aku bagaimana? Menelepon di rumah pun dia sudah bilang padaku kalau tidak ada yang penting antara hidup dan mati tidak boleh menelepon!Reiko penat sekali dengan pikiran istrinya yang khawatir sangat kalau teleponnya bisa membuat Aida kehilangan konsentrasi.Sampai saat ini tak terbayang sudah bagaimana rasa kesalnya dan cemburunya dia pada seseorang yang k
"Inggrid, presentasimu keren banget. Kamu tuh lancar banget bahasa Inggrisnya malahan logat Jawanya nggak kedengeran loh pas lagi ngomong bahasa Inggris!""Iya, kok bisa sih? Kamu belajarnya gimana sih?"Inggrid sedang mengikuti ekstra dalam kelompok bahasa Inggris. Setiap hari Jumat sehabis kuliah dia biasanya mengikuti ekstra itu. Dan kemampuannya memang di atas rata-rata. Inggrid sebelas dua belas pintarnya dengan Aida.Ini juga yang membuat Inggrid kesal meskipun dia melihat ada seseorang yang cemberut karena pujian yang didapatkannya dari banyak orang.Kamu kesal padaku bukan? Sedangkan bahasa inggrismu masih belepotan. Kamu bilang ke orang-orang kamu tidak terlalu lancar bahasa Inggris karena kamu ini pecinta k-pop. Kamu bilang juga kalau kamu lagi mempelajari bahasa Korea jadi pikiranmu terbagi dua
"Mbak keluarganya nanti akan datang ke sini. Tadi saya sudah di telepon dan nanti suaminya sendiri yang akan menghubungi ke sini.""Oh baik kalau begitu. Tapi administrasinya harus tetap diselesaikan dulu. Mungkin bisa minta data suaminya dulu?""Saya rasa sebentar lagi suaminya akan telepon saya kok Mbak. Soalnya temen saya langsung hubungi suaminya sekarang. Tunggu aja dulu ya sebentar, palingan nggak akan sampai bermenit-menit kok."Irsyad yakin sekali memang Reiko akan datang.Tapi tetap rasa di dalam hatinya jadi tak enak.Iya mungkin aku memang hanya diminta datang untuk menyelamatkannya saja? Tapi dia memang milik orang. Dan tidak mungkin aku bisa bersama dengannya. Lagian dia juga sudah menikah dan hanya sepenggal kisah masa lalu tentang perasaan yang kumiliki
"Kuret katamu?"Suara Reiko terdengar bergetar! Baik Irsyad maupun Seno, pasti bisa tahu kalau ada kesedihan dan kekecewaan juga perasaan hancur luar biasa dalam hati Reiko ketika mendengar istrinya keguguran."Ya lakukan saja tindakannya. Aku sudah ada di rumah sakit dan aku akan ke administrasi untuk menandatanganinya!"Tak ada pilihan lain baginya kecuali berusaha untuk tetap terlihat tegar dan menerima kepergian calon anaknya. Ini yang terbaik juga untuk Aida karena aku yakin sekali kondisi kesehatannya tidak akan terlalu baik kalau dia mengandung sekarang! Dia adalah survival kanker dan aku merasa sesuatu akan buruk untuknya jika dia mengandung! Kecapean aja mimisan terus.Irsyad sebetulnya sangat berempati pada Reiko yang dia juga menemaninya saat Reiko menandatangani surat persetujuan. Dan sel
Teman sekolah?Memang Irsyad dan Dimas sudah pergi dari depan ruang persiapan operasi tapi tetap saja pikiran Reiko masih mengarah pada seseorang yang mengganggu hatinya.Teman sekolah! Dia juga yang menolong waktuAida pingsan. Tapi apa benar mereka tidak ada hubungan apapun? Jadi dia menolong memang tidak sengaja?Maunya Reiko tidak memikirkan ini tapi dia terus-terusan saja terpengaruh sekali dengan yang diucapkan oleh Dimas."Mas Reiko semuanya sudah saya urus.""Hmmm."
Mungkin benar yang dibilang Seno kalau aku tidak perlu terlalu khawatir.Selepas kepergian Seno pikiran Reiko memang masih ke arah sana tapi setelah berkali-kali dipikirkan memang yang diucapkan Seno itu memang masuk akal dan dia tak perlu memikirkan secara berlebihan.Karena itulah:"Permisi, Bapak keluarga dari Nyonya Aida?""Betul.""Silakan, dokter sudah menunggu di dalam Pak."Reiko yang sudah mendengar penjelasan dari perawat berusaha untuk fokus saja pada keseha