"Hmm.""Ndak usah!" Tapi Ratna langsung menolaknya. "Ibu ndak perlu dianterin Nak Reiko.""Ibu yakin? Nggak apa-apa kok kalau aku antar. Lagian, bagaimana dengan Lestari nanti kalau aku gak antarin, Ibu? Kakinya kan masih sakit?""Ndak usah Nak Reiko. Ibu naik kendaraan apa nanti pulangnya? Nanti Ibu naik itu saja! Kasih tahu saja harus bagaimana dan Ibu yakin, orang-orang di sana juga pasti akan membantu Ibu dan Lestari."Tapi Ratna tetap menolak! Sudah terlalu banyak menurutnya mereka merepotkan Reiko, jadi Ratna tidak mau lagi membuat menantunya itu susah.
Tiiiit!Uhuk uhuk!Woaah, setelah pintu dibuka pun dia tidak sama sekali menatapku dan dia pergi begitu saja ke dapur?Kalau tidak melihat sendiri Aida sebetulnya tidak mau percaya.Tapi, benar apa yang dilihat matanya, kalau pria itu tidak sama sekali memandangnya dan justru sudah langsung menuju ke arah dapur.Reiko mengambil segelas air dan langsung meminumnya begitu saja tanpa peduli dengan Aida yang sedang berjalan masuk setelah menutup pintu.Kalau dia tidak mena
"Pak? Dia memanggilku Pak Reiko? Cih!"Sesampainya di dalam ruang kerjanya, Reiko yang sudah menutup pintu memutar bola matanya sambil mengulang kata-kata itu."Dia memang tidak pernah mengindahkan apa yang kukatakan padanya! Aku sudah bilang, dia harus memanggilku dengan sebutan apa kan!"Hatinya merasa kesal ini juga yang membuat dia tadi tidak mau bicara dengan Aida dan memilih langsung naik ke atas."Lihat apa yang sudah kulakukan pada adiknya dan ibunya tadi. Kuanggap mereka apa sampai punggungku sakit! Dan dia masih memanggilku dengan sebutan Pak?"Re
"Jadi, Bapak dari tadi manggil nama saya 'Ai' itu Bapak ndak sama sekali ngeh?""Kapan aku memanggilmu begitu?" Reiko justru bertanya balik dan dia menyadari sesuatu."Ini ... eish, kamu mengerik tubuhku?"Aida jelas mengangguk lagi."Tadi tuh saya tanya sama Bapak, kalau saya panggil dokter saya harus pakai alasan apa? Tapi Bapak nggak jawab. Jadi saya tawarin aja Bapak kerikan. Bapak nggak jawab juga. Nah, daripada Bapak ndak bangun-bangun dan saya kesalahan kalau panggil dokter, ya sudah saya kerikin aja."Tak salah kan, kalau Aida bicara begitu karena k
Dari dia yang menghempaskan napas seperti itu, aku yakin sekali kalau wanitanya tidak pulang lagi! Dan dia tak perlu khawatir dengan bekas kerokannya, kan?Aida bisa mengambil sebuah kesimpulan seperti itu.Mudah baginya menilai dan hanya sebuah kesimpulan sederhana saja yang setiap orang andaikan tahu bagaimana hubungan Brigita dengan Reiko, pasti bisa menebak seperti dirinya.Tapi Aida tak sama sekali merubah mimik wajahnya, tetap sama dan menunggu sampai Reiko mengalihkan pandangan meresponnya."Terima kasih ya, sudah menolongku.""Terima kasih
"Ssssh."Sesaat, setelah pintu ruang kerjanya ditutup seseorang yang berada di dalam ruangan itu memijat dahinya sendiri, mangkuk bubur masih dipegang olehnya tapi dia sudah tidak lagi menyuap ke dalam mulutnya. Hatinya terasa nyeri."Ai …."Ada suara lirih seperti ini keluar dari bibirnya, tapi dengan perasaan yang campur aduk dan sesal. Dia kembali membuka matanya dan melihat lagi mangkuk buburnya, terlihat makin frustasi.Tak ada kata yang keluar dari bibirnya. Hanya tangan yang bergerak kembali menyuap isi dari mangkuk buburnya masuk ke dalam mulutnya perlahan-lahan, makin disuap semakin membuat nyeri itu seakan-akan menyerua
Apa ini artinya dia memang membatasi diri untuk tidak bertemu denganku, lagi?Bukan memikirkan tentang tes-tes yang tadi disebut oleh Reiko dan juga tentang ujian masuk perguruan tingginya, selepas Reiko menjelaskan justru itu yang terbesit di dalam hati Aida.Tapi tentu saja dia tidak bertanya dan sudah mengangguk paham.Toh apa yang harus ditanyakan pada Reiko yang terlihat dingin di hadapannya? Mengkonfirmasi apakah dia mau bertemu lagi dengannya atau tidak?Sudah jelas hubungan mereka bukanlah sebuah hubungan yang memiliki status.Apa dia benar-benar marah karena aku pergi dengan Mas Dimas, makanya dia mengambil keputusan begini dan membatasi dirinya denganku karena dia pikir aku bukanlah gadis baik-baik?Pemikiran bodoh macam apa ini?Aida juga tahu. Ini adalah selintas pemikiran tak logic dalam benaknya. Tak seharusnya dia memikirkan hal ini tapi selepas suami di atas kertasnya tadi sudah menjelaskan itu dan pergi naik ke atas dengan makanan yang dia bawa, dirinya yang sendirian
"Reiko, kau dengar tidak sih Papa bilang apa?""Oh, ya dengarlah Papa."Secepat mungkin Reiko menjawabnya refleks. Dan berusaha menutupi kegugupannya. Hati Reiko ciut ketika mendengar papanya meninggikan suara kepadanya."Katakan kalau begitu apa yang tadi sudah Papa sampaikan!"Dan benar sudah dugaan Reiko, kalau papanya tidak bisa percaya begitu saja dan memintanya menjelaskan."Papa tadi membicarakan penjualan perusahaan kita dan tadi Papa lagi bahas kenaikan penjualan di Timur Tengah dan ini bisa menutupi penurunan penjualan di negara kita sendiri."