"Hoaaaam." Aida menutup mulutnya saat dirinya berguling-guling di tempat tidur sebelum dia melantunkan doa dan membuka matanya. Saat ini dalam posisi duduk, Aida mengarahkan netranya melihat ke arah jam dinding."Alhamdulillah sekarang aku bangunnya nggak kesiangan."Dia langsung tidur selepas Isya karena tak punya tenaga lagi.Tempat tinggal Reiko itu sangat besar sekali. Bukan seperti apartemen pada umumnya. Luas lantai atas dan bawah ini satu ukuran dengan besar gedung apartemen itu.Jadi sama saja Aida membersihkan dua lantai sekaligus. Ini membuat tubuhnya merentek. Aida butuh waktu untuk terbiasa."Solat dulu ajalah."Syukurlah semua itu ada positifnya juga. Tidur cepat membuat dirinya bangun lebih awal di jam tiga seperti waktu biologis biasanya.Aida juga bisa dengan santai berdoa dulu, tidak terburu-buru seperti kemarin.Keluar dari kamar setelah salat subuh pun dia juga lebih tenang. Tahu apa yang harus dilakukannya dan sambil berjalan menuju dapur dirinya juga membawa pitch
"Sekarang saya tanya balik saja pada Anda, hubungan kita apa, Pak?""Tentu saja sesuai dengan kontrak yang sudah kamu baca."Reiko tak paham kenapa Aida ingin membahas masalah ini tapi dia sudah menyeringai senyum"Apa kamu berharap benar-benar menjadi istriku makanya sekarang kamu begitu kecewa dan marah sampai bersikap seperti ini?""Saya rasa Anda terlalu berlebihan. Saya tidak sama sekali menginginkan hal itu," tegas Aida sambil dia memasukkan minyak zaitun ke masing-masing mangkuk setelah tadi memeras lemon juga"Saya rasa sebaiknya Anda membaca dulu saja sendiri adab bicara dengan lawan jenis dalam Islam. Anda akan temukan jawabannya Pak."Malas sekali Aida bicara lagi. Dia tak ada waktu untuk menjelaskan semuanya sekarang dia juga sudah sibuk dengan blender yang suaranya sedikit membuat bising pagi hari itu.Tapi tentu saja tidak akan mengganggu ruangan lainnya. Karena di apartemen Reiko setiap ruangannya kedap suara'Wanita ini aneh. Aku bicara baik-baik dengannya karena aku m
"Kenapa kamu diam?"Reiko tidak merespon apapun tapi matanya memandang tajam pada wanita di hadapannya"Apa belum jelas sih kemarin aku sudah katakan padamu kalau Aurora Corporation tidak ingin bekerja sama dengan BIA. Dia hanya ingin bekerja sama denganku.""Jadi sekarang kamu mau masing-masing?""Bee, Kenapa sulit sekali sih bicara denganmu?""AKU SULIT?" Brigita mendelik tak suka. "Siapa yang sulit Siapa yang teriak sulit? Kamu yang duluan. Harusnya kita udah menikah kalau kamu mau punya anak lebih dulu denganku. Tapi kamu menundanya. Dan seharusnya tidak ada wanita itu di sini. Tapi karena kamu yang sulit jadinya semua ini terjadi. Bahkan perusahaan kita dianggap sebagai perusahaan tidak kompeten karena kita tidak punya hubungan apapun. JADI SIAPA YANG MULAI REIKO? SIAPA? AKU YANG SULIT MENURUTMU?"Satu kalimat terucap dari bibir Reiko entah sudah berapa banyak kalimat yang terurai dari kemarahan Brigita"Bee, aku--""Ini semuanya salahmu. Ini semua karena kamu. Masalah terbesarny
"Hai sayang kamu sudah datang?""Wah, sepertinya harimu menyenangkan! Bisa tersenyum lebar begitu?""Hmm!" tangan Reiko menutup laptopnya sambil netranya menatap Brigita yang baru saja masuk ke dalam ruang kerjanya. "Besok hari besar untukku.""Maksudmu?" tanya Brigita ingin tahu. "Sepuluh persen pekerjaanku sudah selesai dikurasi oleh tim Aurora Corps!" tambah Reiko berapi-api. "Dan besok Raditya Prayoga akan melihat langsung ke lokasi dan membuktikan laporan timnya sesuai dengan kerjasama kami." Reiko menunjukkan keantusiannya, penuh suka cita.Wajar bukan kalau Reiko merasa bahagia?Perjuangan untuk project ini bukanlah sesuatu yang mudah.Dari awal Reiko memutuskan terjun pada tender ini, dia harus menanggalkan semua yang dimilikinya sebagai keturunan dari Adiwijaya. Reiko juga bekerja keras mengalahkan lawan-lawannya saat memperebutkan project di awal seleksi.Bahkan setelah mendapatkan kemenangannya, jalan terjal masih harus dilewatinya. Baik dari keluarga, terutama kakeknya
"Bee, jangan bilang seperti itu! Aku janji padamu, besok semuanya akan aku bereskan, percayalah!" bujuk Reiko yang hatinya teriris-iris mendengar Brigita bicara seperti tadi."Aku akan dapat uangnya dalam Minggu ini juga, Bee! Sabarlah."Tapi Brigita masih menggelengkan kepalanya menolak janji Reiko.Hingga"Gini Bee! Kalau aku tidak dapat uangnya, maka besok aku akan bilang pada papaku untuk meminjam uangnya! Keluargaku masih sanggup untuk memberikan modal itu padaku."Sebuah kenyataan yang membuat Brigita mengerutkan dahinya, masih mengelengkan kepalanya tak yakin."Papamu kan punya uang dari kakekmu. Bukannya kakekmu tidak menyukaiku? Makanya kan dia memilih menjodohkanmu dengan wanita itu? Jadi bagaimana bisa ada uang untukku dari papamu?" Ada tawa sinis lagi dari Brigita sambil menurunkan tangan Reiko supaya tidak lagi memegang lengannya.Brigita tak terbujuk."Maaf tapi aku sudah tidak ingin lagi mengingat masalah ini, sayang. Dan biarlah semua impianku itu terkubur, terendap d
(Sesaat sebelumnya)'Males kali sih aku hari ini!' keluh Aida 'Hahh! Tapi biar males juga aku tetep harus membuatkan makanan untuk mereka berdua!'Walaupun ngedumel dan kesal, akhirnya Aida memutuskan keluar juga dari kamarnya setelah solat subuh. Seperti biasa yang dilakukannya selama sebulan ini, pergi ke dapur setiap pagi dan menyiapkan sarapan.Hanya pagi hari Aida kesal. Setelahnya, dia lebih relax karena hanya membersihkan rumah dan tempat itu kosong. Setidaknya dia bisa bernapas lega kalau mau melakukan apapun. Maklum saja Reiko dan kekasihnya itu selama sebulan ini tidak pernah ada di rumah saat weekend.Hanya saja moodnya selalu buruk setiap mau menyiapkan sarapan pagi untuk keduanya.'Kalau pagi begini aku selalu saja bertemu dengannya. Apa sebaiknya aku bicara padanya supaya mengambil makanannya di jam enam pagi saja? Jadi Aku nggak perlu harus bicara dengannya, kan! Lagian udah aku jutekin terus tiap hari, ngapain juga sih dia ngajakin aku ngomong terus? Malesin banget!'
Ratna: Ibu sehat-sehat aja. Adikmu juga, semua di sini sehat, Alhamdulillah! Suamimu dan kamu di sana gimana? Perhatikan makan suamimu, ya! Perhatikan kebutuhannya semua. Jangan lupa jaga sikapmu. Suamimu sudah banyak menolong keluarga kita dan dia juga sudah memuliakanmu di rumahnya. Jadi, jangan sampai kamu melakukan sesuatu yang buruk padanya. Ingat Aida, bagi orang yang sudah menikah itu, ridho Allah pada seorang istri tergantung bagaimana ridho suaminya.'Pfffh, andai Ibu tahu apa yang terjadi di sini! Tuhan pasti akan ridho tetap padaku, Bu! Tak perlu aku mencari ridho darinya! Sayang saja aku tidak bisa menceritakan semuanya padamu!' sinis dalam hati Aida ketika mendengar ucapan dari ibunya.MeskipunAida: Iya Ibu aku mengerti! Dan syukurlah kalau keluarga di sana baik-baik saja. Aku udah kangen banget sama kalian semua.Ratna: Hati-hati Kamu bicara! Suamimu di sana banyak pekerjaan dan kalau kamu mengeluh kangen dengan kami dan membuatnya sampai harus meninggalkan pekerjaannya
"Jangan mimpi! Aku nggak sudi! Lepasin aku!"Jelas saja Aida marah besar ketika mendengar itu!Siapa juga yang mau tidur dengan laki-laki seperti Reiko? Dia masihlah wanita normal! Tentu saja Ini tidaklah tersirat di dalam benaknya. Jijik yang ada."Kalau kamu tidak mau, jangan membuat aku memaksamu dan melakukan itu padamu. Aku masih punya hak untuk melakukan itu bukan?""Hahaha! Kalau kamu minta aku melakukan itu maka jangan salahkan aku jika aku menceritakan pada kekasihmu, ratu lebah!""Jangan panggil dia begitu!""Hmm, apa? selingkuhan suamiku?"Dibuat kesal begini, tentu saja Aida tak mau kalah, yang membuat Reiko malah kembali tersenyum."Pintar kamu! Tapi setidaknya aku ingin kamu menghargaiku di rumahku!" tegas Reiko"Aku tidak suka orang bicara denganku tanpa menatapku! Dan aku pun juga menghargaimu dan memenuhi semua kebutuhan keluargamu! Jadi bicara denganku sambil menatapku, mengerti?"'kalau bukan karena permintaan Ibu aku harus menjaga hubunganku dengannya dan karena keb