"Mbak inggrid kayaknya kita tunggu sebentar deh!"
Sampai akhirnya Aida memberanikan diri menahan tangan orang di sampingnya sambil berbisik seperti tadi.
"Memangnya Mbak Aida mau apa?"
"Oh, enggak! Kita kesana dulu sebentar, ya!" Aida sulit menjelaskannya, tapi dia meminta Inggrid untuk mengikutinya mengendap-ngendap.
Ini masih pagi hari. Sekarang jam juga baru menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Tapi Mall itu memiliki pasar pagi di supermarketnya. Jadi memang sudah buka lebih pagi dari jam delapan. Untuk beberapa restoran yang memiliki breakfast menu dan kedai kopi mereka juga buka pagi. Ada yang sudah buka dari jam tujuh pagi. M
"Kau mau cari masalah denganku?"Gawat! Tuan Raditya sudah tak menahan diri!Kata-kata yang membuat Radit mengantongi kedua tangan di saku celananya dan Sandi meringis ngeri di hatinya dan tangannya buru-buru mengambil handphone.[Tutup pintu Mall. Jangan izinkan visitor masuk dan keluarkan reporter dan pengunjung yang sudah terlanjur di dalam. Pastikan tak ada pekerja di Mall yang merekam kejadian di dekat ice skating atau kalian akan mendapatkan hukuman yang berat jika ini viral!]Sandi memang selalu waspada dalam menjaga citra boss-nya."Apa mau
"Kau mengutuk keluargaku? Kau pikir itu berguna?""Tuhan Maha mendengar, Pak! Dan tidak ada tabir untuk doa seseorang yang dianiaya. Dan saya merasa teraniaya dengan keputusan yang Bapak buat. Makanya saya yakin sekali apa yang saya rasakan ini nanti akan Bapak rasakan. Bagaimana rasanya kehilangan anak Bapak sama waktunya sama seperti yang saya rasakan selama sebulan. Anak Bapak nggak akan bersama Bapak saat itu. Dan Bapak akan merasa perih yang sama seperti yang saya rasakan karena saya tidak bisa bertemu dengan orang yang saya temui selama sebulan. Bapak tidak bisa bicara dengannya, khawatir bagaimana makannya, keadaannya, hidupnya, ini akan menyiksa Bapak. Dan nanti keputusan akhirnya itu tergantung gimana Bapak sekarang menyikapi kesalahan Bapak ini. Anak Bapak akan mati atau anak Bapak akan kembali karena orang itu akan mengembalikannya pada Bapak seperti Bapak berpiki
"Ndak! Mas Reiko ndak begitu! Dia ndak ada dendam sama perusahaan Bapak!"Mbak Aida ini, bicara apa ya? Duh, pria itu pebisnis killer! Orang terkaya di Indonesia dan Mbak Aida sudah bentak-bentak di depan orang-orang di mall? Haduh … gimana kondisi Mas Reiko setelah ini, ya? Aku jadi khawatir!Saat Aida menegaskan dan dia tak terlihat takut sama sekali adu mulut dengan Radit, Seno memang terlihat ketar-ketir dari tempat berdirinya dan mengintai sambil berbisik. Lokasinya makin deket dengan Aida."Kamu terlalu naif!""Saya pakai logika, Pak! Denger ya, kalau Mas Reiko ndak peduli dengan perusahaan Bapak, ndak mungkin dia
"Mau saya, Bapak ndak bikin Mas Reiko kerja di forsil. Biarkan dia pulang di weekend kalau weekday dia bekerja. Gitu loh, Pak!""Hah!" Radit menaruh tangannya di pinggang dan membuang wajahnya dari Aida."Kamu pikir dia bersama saya?""Kalau Mas Reiko gak sama Bapak juga, saya yakin Bapak pasti tahu Mas Reiko ada dimana, iya kan?""Raditya, Aida sudah bicara semuanya yang dia ingin keluarkan, kenapa kamu tidak menjawabnya? Reiko memang ada bersama denganmu, kah?"Nada makin penasaran dengan suaminya yang tidak menjawab Aida padahal sudah beberapa menit berl
"Aku ndak apa-apa!" Aida mencoba menguatkan dirinya.Meski mungkin kalau tidak ada Inggrid yang di belakangnya memegang kedua bahunya, Aida pasti sudah jatuh."Tapi ingat kesehatanmu, Mbak! Kamu ndak boleh stres!""Hmm, aku tahu, aku ndak stress."Lagi Inggrid mengingatkan pelan, tapi memang cukup terdengar oleh mereka semua di sana karena memang tidak ada yang bicara kecuali Inggrid dan hanya Aida yang menimpali.Tentu dengan wajah Nada yang melihat ini terlihat sangat khawatir sekali.
"Bukan Nyonya Denada." Aida langsung menyelak."Maaf Pak, biasa saya kalau emosi seperti ini. Sampai jadi mimisan sendiri, tapi nggak apa-apa ini emang kebiasaan," kilah Aida yang tak menyalahkan Radit dengan kondisi fisiknya yang langsung drop.Sebetulnya tidak hanya drop gara-gara bicara dengan Radit sekarang sih. Tapi memang sudah berhari-hari Aida kepikiran tentang Reiko ini juga memiliki andil besar kenapa dirinya selemah sekarang."Saya rasa saya bicaranya sampai di sini saja, ya! Mungkin Bapak bisa berpikir sendiri seharusnya bagaimana Bapak bersikap pada Mas Reiko. Karena namanya orang bekerja Pak, pasti ada salah paham. Tapi kalau ada kesalahan sedikit saja tidak bisa pakai kepala dingin dan terus saja emos
"Alhamdulillah kalau Nyonya suka.""Huh, maksudnya?"Dia tak mengerti makanya bertanya lagi pada Aida yang masih merasa lega."Nyonya sudah yakin kan itu bagus dan ndak ada kurang satu apa pun?""Nggak. Sesuai aja sama yang aku bilang tadi." Lalu dia tampak berpikir lagi …."Kenapa ya kamu tanya itu?"Maklum saja teman Radit yang satu itu memang sangat kepo sekali dan kalau dia sudah ditanya sesuatu maka dia butuh jawaban dari orang itu atau dia bisa mati penasaran.
"Ayok Mbak Inggrid!"Sesaat setelah Aida berjalan menjauh dari Radit dan teman-temannya.Tapi ini bukanlah akhir dari masalahnya. Ekor mata Radit mengarah pada Sandi yang sepertinya paham apa yang diinginkan tuannya sehingga dia mengangguk lalu menjauh mundur meninggalkan Radit dan teman-temannya.Dan saat inilah …."Denada!""Jangan sentuh aku!"Sudah bisa dibayangkan oleh Radit kalau itu pasti akan diucapkan oleh Nada. Dia tidak akan membuat semuanya menjadi mudah untu