"Mbak Aida, aku mau ngumpul dulu sama anak-anak Aikido karena mau bahas masalah turnamen. Hmm, Mbak Aida sama Mas Reiko kalau ke kantinnya duluan gimana?"
Sudah dibilang kan kalau Inggrid itu memang sangat sibuk sekali makanya setelah keluar dari kelas dia minta izin.
"Ya sudah sana. Aida biar aku yang urus. Kamu nggak perlu lagi khawatir."
"Hehehe. Iya Mas Reiko. Kalau gitu aku permisi dulu ya."
Inggrid turun lebih dulu dan dia agak sedikit berlari kecil karena memang terburu-buru ingin ke tempat Aikido.
Sedangkan Reiko lebih memilih me
"Iya ini kan kamar tidur Mas. Kaktus itu bukan tanaman yang cocok untuk ada di dalam kamar tidur.""Jelaskan lebih detail."Saiful masih diam dan dia menatap Aida begitupun juga dengan Reiko yang ingin tahu lebih jelas di saat Aida justru memperhatikan gambar itu tidak memperhatikan keduanya yang masih mengamati wajahnya."Yang pertama. Kaktus itu adalah tanaman yang ada di daerah gurun dan dia sifatnya kering." Aida mulai menjabarkan."Dalam satu kamar tidur itu harusnya tidak menunjukkan sesuatu yang kering. Karena hubungan di dalam kamar tidur antara suami dan istrinya itu adalah hubungan yang hangat yang harusnya menunjukkan suatu k
"Ndak Mas. Aku ndak mau beli apa-apa. Tapi aku mau jalan-jalan ke Mall. Aku bisa kok izin satu kali untuk pelajaran ini."Ucapan Aida membuat Reiko melirik pada istrinya.Bukankah Aida selama ini sangat suka sekali belajar dan dia tidak mau sampai ada bolos pelajarannya?Tapi sekarang dia tiba-tiba saja ingin pergi jalan-jalan."Kamu serius?"Mata wanita itu menunduk ke bawah dan memang hanya memperhatikan gambar dari ruangan kamar dengan kaktus sebagai hiasannya. Aida tidak menyadari sama sekali tentang kehadiran seseorang yang mengganggu pandangan mata Reiko barusan.
Sepertinya benar yang dibilang Ibra dia memang tidak mempedulikan yang namanya Irsyad. Dia juga tidak melihatnya dan mereka tidak saling berkomunikasi satu sama lain. Mungkin hanya mengenalnya saja tapi tidak ada hubungan lebihyang lebih dekat?Reiko dalam hatinya merasa cukup lega karena sekarang dia sudah membawa istrinya menjauh ke arah mobilnya.Bukan mobil biasa yang sering Reiko gunakan. Gradenya lebih rendah tapi itulah mobil yang bisa ditemukan oleh Seno untuk kendaraan Reiko turun dari helikopter.Dan sementara ini dia masih larut dalam pikirannya tak peduli dengan Aida yang memperhatikannya meski tak bicara apapun dan jujur Aida juga merasa lega tentang sesuatu di dalam hatinya.
"Iya Mas, makasih Mas. Tapi Mas Reiko juga ndak bisa bilang kalau ratu lebah itu adalah masa lalunyaMas Reiko. Karena dia belum selesai sebagai masa lalu. Bisa jadi dia muncul lagi di masa depan dan kita tidak akan pernah tahu bagaimana nanti hidup itu akan berjalan.""Ai--""Cintaku cuma satu sih, Mas."Mata Aida sudah tidak lagi menatap suaminya saat dia bicara ini dan justru mengarah pada jam yang dari tadi mereka perhatikan."Kalau suatu saatratu lebah kembali aku nggak akan pernah ngelarangMas Reiko untuk balikan sama dia,cuma aku punya satu permintaan aja supaya MasReiko tidak berzina lagi dengannya.
(Sebelum kejadian)Brigita: Jadi sampai hari ini kau belum bertemu dengan yang namanya Gerald Peterson?Shandra: Belum. Dan Tommy sepertinya tidak lagi fokus pada Gerald. Aku tidak tahu apa yang terjadi sekarang tapi dia begitu kesal sekali dan setiap hari dia hanya marah-marah saja dan seakan tak terima kalau dia tidak bisa membawa pulang adikku Anastasya Adiatma.Brigita hanya bisa memijat dahinya saja saat mendengar penjelasan dari Shandra.Brigita:Tapi bukannya yang menentukan kapan kalian bertemu dengan Gerald Peterson itu adalah Gerald sendiri? Apa dia belum menghubungi kalian? Kita sudah cukup lama loh di sini. Maksudku kal
Tommy: Kau mengancamku Brigita?Brigita:Aku mengancammu? Ya benar aku mengancammu. Karena aku tidak mau mendapatkan uangku dalam bentuk barang-barang yang sudah kau beli untuk project tersebut. Aku tidak tahu bagaimana cara menjualnya lagi dan aku hanya ingin uangku kembali dalam bentuk uang secepat mungkin."Sssh. Bitch."Kesal sekali Tommy ketika Brigita sudah menutup teleponnya tanpa membiarkan dia bicara lagi."Oke ku akui dia memang sangat menarik sekali. Aku sangat menyukai cara bermainnya tapi aku juga harus mengakui dia itu seperti pedang bermata dua. Aku harus lebih berhati-hati dengan Brigita.”
"Selamat pagi Tuan Richard."Baru juga Richard membuka pintunya tentu saja sudah ada salam dari seseorang yang tersenyum padanya dan memang sudah menunggunya di luar pintu ruang kerjanya dari tadi."Pagi Dimitri. Apa istriku sudah bangun?""Sudah bangun dan dua kali sudah muntah-muntah di kamar mandi,Tuan."Berhentilah langkah kaki Richard saat itu juga dan matanya melirik pada Dimitri dengan tatapan tak suka."Morning sickness,Tuan. Kami sudah meminta pelayan wanita untuk mengecek kondisinya dan ini hasilnya,Tuan."
"Tasya, hati-hati." Richard panik."Tasya jangan kau kocok, berhenti, ini bukan rodeo!"Richard khawatir sekali. Baginya sesuatu yang sedang tumbuh di dalam rahim Tasya adalah hidupnya. Dia sangat takut sekali kalau istrinya kenapa-napa.Tapi apa Tasya berpikir yang sama seperti dirinya?"Aaah, ini enak Richard. Kau tenang saja. Aku tidak akan apa-apa. Em... Richard, bagaimana kau bisa memiliki tubuh sebagus ini? Sssh, aku suka pahatan di perutmu!""Tasya, hentikan.Biar aku di atas dan akan kulakukan perlahan."&nb