Share

171. Kepercayaan

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-13 13:33:52

Feli berjalan mondar-mandir di taman sembari menempelkan ponsel di telinga. Ia sedang menghubungi Archer, meminta penjelasan atas apa yang terjadi.

Namun, nomor Archer tidak aktif. Itu membuat kecurigaan Feli semakin menjadi-jadi. Bagaimana jika memang benar saat ini Archer sedang menghabiskan malam dengan Andita, sehingga Archer sengaja mematikan ponselnya?

Feli menggigit bibir bawah dengan perasaan tak karuan.

Kemudian ia menghubungi nomor telepon Vicky. Tersambung. Sayangnya, Vicky tidak mengangkat panggilannya.

“Kenapa malam-malam di sini, Nak? Nggak tidur?”

Suara lembut Leica membuat Feli menoleh ke belakang dan mendapati ibunya sedang menghampirinya. Feli memasukkan ponsel ke saku cardigan.

“Belum ngantuk, Ma,” jawab Feli seadanya. “Mama juga kenapa malam-malam ke sini? Bukannya temenin Papa.”

Leica terkekeh. “Papamu bukan anak kecil yang harus selalu ditemani.”

“Tapi sikap Papa kadang lebih kekanakkan daripada anak kecil,” gerutu Feli, lalu duduk di sebuah kursi taman, di sampi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
panda.na
makanya jd suami jgn selalu bikin curiga cheeer.. udah cerita masa lalu yg ga banget eh skrg jg sikapnya ga tegas, ga peka sm istri sendiri..wajarlah feli msh ragu
goodnovel comment avatar
Amryna Rosyadah
Wajar sih kl Feli msh kezel..saat dy butuh bgt penjelasan Archer g bs dihubungi, tp jgn lama2 Fel jgn biarkan ulet bulu merasa menang krn ud brhasil mengadu domba kalian
goodnovel comment avatar
Rumiyati Ummy
Kebiasaan nih feli. selalu memendam sendiri dan berasumsi sendiri. komunikasi fel, komunikasi.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri yang Tak Diinginkan   172. Demam

    [“Aku mencintaimu, Sunshine. Angkat panggilanku.”][“Maaf. Semalam handphone aku mati karena lupa nge-charge. Please angkat.”][“Kamu nggak tahu seberapa besar kerinduanku padamu, Fel? Sekali lagi aku bilang, angkat panggilanku!”][“Kenapa nggak diangkat-angkat? Kamu marah padaku?”][“Fel….”][“Felicia?”][“Kenapa kamu menghindariku?”][“Aku bisa mati karena merindukanmu.”]Feli mendengus membaca rentetan pesan yang Archer kirimkan sejak pagi tadi hingga sore ini. Feli baru membukanya sekarang tapi ia tidak berniat membalasnya.Ia menaruh ponsel ke meja dan menyesap espresso-nya perlahan-lahan. Ia baru selesai meeting dan memilih menghabiskan waktu di café butik sendirian.Seorang pelayan menghampirinya, membawa seporsi pasta yang ia pesan. Tak lupa Feli mengucapkan terima kasih pada salah satu pegawainya itu.“Bu Feli… sakit?” tanya gadis yang memakai celemek berlogo café, dengan ragu-ragu.Feli tersenyum, menggeleng. “Nggak, kok. Apa aku terlihat seperti orang sakit?”“Em… iya, Bu F

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Istri yang Tak Diinginkan   173. Kesabaran Seorang Suami

    “Gimana aku bisa bertahan sampai nanti malam, kalau sejak kemarin kamu membuatku nggak bisa tidur?!”Feli terdiam. Ia melihat Archer menghampirinya dengan raut muka yang tampak kelelahan. Namun tergambar kekhawatiran dan kepanikan dalam ekspresi pria itu.Archer menempelkan punggung tangan di kening Feli. “Kamu demam. Kita ke rumah sakit!”“Nggak usah!” cegah Feli, yang membuat Archer urung untuk mengangkat tubuhnya.Satu alis Archer terangkat. “Kenapa nggak usah? Kamu demam, Fel.”Feli menggeleng. “Aku ingin di rumah aja. Minum obat juga nanti sembuh kok. Aku nggak mau ke rumah sakit.”“Fel….”“Please!”Akhirnya Archer terpaksa mengalah, ia mengangguk seraya mengembuskan napas kasar. Kemudian duduk di tepian ranjang dan merundukan badan untuk memeluk sang istri.Feli sempat memberontak dan mendorong dadanya, tapi Archer tak ingin menyerah dan terus mendekap tubuh ramping itu.“Aku merindukanmu,” bisik Archer, “tadinya aku akan memarahimu karena mengabaikan panggilan dan pesanku dari

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14
  • Istri yang Tak Diinginkan   174. Rindu Yang Tertahan

    Pagi itu Feli terbangun dengan kondisi tubuh yang terasa jauh lebih baik. Suhu tubuhnya sudah kembali normal. Persendiannya pun terasa lebih rileks dan ringan. Ia menggeliat, kedua tangannya terangkat ke atas. Namun, tanpa sengaja tangannya menyentuh sesuatu yang keras.Feli mendongak. Tiba-tiba ia terkesiap kala melihat Archer tertidur dengan posisi duduk, bersandar pada headboard. Di tangannya tergenggam alat kompres yang basah.Seketika Feli tertegun. Ingatannya kembali terlempar pada kejadian kemarin sore. Tevin memerika kondisi tubuhnya lalu memberi obat. Demamnya semakin tinggi saat malam hari tiba, tapi samar-samar Feli ingat kalau Archer mengompresnya dan terus mengganti alat kompresan itu.‘Apa dia nggak tidur semalaman?’ batin Feli seraya bangkit duduk dengan perlahan. Ditatapnya Archer dengan bibir sedikit cemberut. Ia kesal pada pria itu, tapi juga kesal pada dirinya sendiri yang bersifat kekanakkan seperti ini.Karena tak ingin membangunkan Archer, Feli akhirnya turun dar

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14
  • Istri yang Tak Diinginkan   175. Ruangan 601

    Feli tidak bisa fokus dengan pekerjaannya. Perasaannya campur aduk. Antara kesal dan ingin mengusir Archer. Feli sendiri tidak tahu kenapa emosinya bisa kekanakkan dan labil seperti ini. Padahal biasanya ia memiliki pengendalian diri yang baik, hingga sanggup menahan emosi yang menyakitkan sekalipun.“Mau sampai kapan duduk di situ? Kamu CEO, punya kantor dan ruangan sendiri.” Feli akhirnya tak tahan untuk tidak bersuara setelah sekian menit saling diam.“Sampai istriku berhenti marah,” jawab Archer, tanpa mengalihkan pandangan dari laptop di pangkuannya.Feli tak menimpali lagi. Ruangan kembali terasa hening, hanya bunyi tuts keyboard yang terdengar mendominasi.Tiba-tiba Feli melihat Archer menaruh laptop di meja dan berdiri.“Mau pergi ke kantormu?”“Bukan. Mau ke pantry, bikin kopi.” Archer menoleh sembari tersenyum kecil. “Kenapa kamu ingin sekali aku pergi dari sini, hem?”Seketika Feli terdiam dan tak memberi tanggapan apapun. Archer berjalan menuju pintu, Feli merasa telah men

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15
  • Istri yang Tak Diinginkan   176. Meluapkan Amarah

    Rahang Archer mengetat kala melihat layar ponsel yang masih digenggam tangan sang istri. Ia menghela napas berat. Kemudian menggenggam tangan Feli yang terjulur ke arahnya dan meraih ponsel itu. “Duduk dulu. Biar emosimu agak tenang sedikit.” Archer menarik lembut tangan istrinya itu. Namun, dengan cepat Feli menepisnya. “Aku butuh penjelasan! Bukan duduk!”“Iya, nanti aku jelasin,” timpal Archer dengan sabar. “Gimana aku mau jelasin kalau kamunya berdiri begitu, hem? Kan nggak enak ngobrol sambil berdiri.” “Jangan basa-basi!” Feli mendelik. “Sudah cukup selama ini aku bersabar menghadapimu berhubungan dengan Belvina. Sekarang, saat kamu punya affair dengan sekretarismu aku nggak bisa diam begitu saja dan menerima semua—Akh!” pekik Feli tiba-tiba saat Archer menariknya hingga ia terjatuh di atas pangkuan pria itu dengan posisi menyamping. “Selain saat kita sedang bercinta, saat sedang marah juga ternyata kamu terlihat semakin cantik,” goda Archer dengan senyuman hambar. Terlihat j

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15
  • Istri yang Tak Diinginkan   177. Takut Kehilanganmu

    Sampai malam harinya Feli masih belum bisa bersikap baik kepada Archer. Entah mengapa, sebagian dari dirinya menyuruhnya untuk tidak percaya begitu saja pada penjelasan Archer siang tadi. Meski Archer berjanji akan menjauhkan wanita itu dari kehidupannya, tapi ternyata itu tak benar-benar membuat Feli seratus persen percaya bahwa tak ada apapun yang terjadi selama di Surabaya.“Aku tahu kamu belum mempercayaiku.”Suara Archer yang baru saja keluar dari kamar mandi, membuyarkan lamunan Feli yang terduduk di tepian ranjang.“Tumben kamu peka,” jawab Feli, masih dengan suara yang sedikit ketus.Archer tersenyum kecil. Tubuhnya yang dibalut kaos oblong dan celana selutut, mendekati sang istri. “Aku akan memberimu bukti besok pagi bahwa penjelasanku tadi siang nggak bohong, Sunshine.”Feli terdiam. Ia memang ingin bukti nyata yang bisa meyakinkannya seratus persen bahwa Archer masih layak untuk ia berikan kepercayaan.“Mau apa dengan dasi itu?!” Mata Feli membelalak saat melihat Archer men

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-16
  • Istri yang Tak Diinginkan   178. Jebakan

    Sebuah rekaman CCTV yang dikirimkan Archer menarik perhatian Feli yang tengah berkutat dengan pekerjaan. Ia meninggalkan pekerjaannya demi membuka video tersebut.Itu rekaman CCTV yang diambil di lorong hotel. Terlihat Vicky yang masuk lebih dulu ke ruangan 601, lalu disusul Archer setelahnya. Tiga menit kemudian barulah Andita masuk.Ternyata Andita tidak lama ada di ruangan Archer. Lima menit kemudian wanita itu keluar lagi. Sementara Vicky cukup lama menghabiskan waktu bersama Archer.[“Masih kurang buktinya? Cek lagi video timelaps di bawah. Yang ini lebih lengkap.”]Pesan dari Archer beriringan dengan video berikutnya yang berdurasi lebih panjang. Kali ini diambil di lorong yang menuju ke ruangan Andita. Terlihat Andita memasuki kamar 502. Ternyata Andita menginap di kamar biasa, bukan presidential suite.Tak ada yang aneh dalam rekaman itu, hanya tamu-tamu di kamar sekitarnya yang terlihat keluar masuk lift.Namun, Feli dengan sabar menunggu. Sampai akhirnya ia melihat seorang p

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-16
  • Istri yang Tak Diinginkan   179. Tidak Ramah

    Seulas senyum terlukis di bibir merah Feli yang tipis nan penuh, seiringan dengan jemari lentiknya yang meliuk di atas sketchbook. Menghasilkan sketsa kasar sebuah tuxedo. Ia sudah membayangkan tubuh suaminya yang kekar menggunakan tuxedo itu.“Serius amat, sampai-sampai tidak sadar dengan kedatanganku.”“Eh?”Feli terkejut begitu mendengar suara pria yang tak asing di telinga. Ia mendongak dan mendapati seorang pria tampan sudah berdiri di sampingnya.“Tahu kampung halaman juga ternyata,” sindir Feli, “aku kira kamu akan pindah kewarganegaraan jadi warga negara Prancis.”Xavier berdecak lidah lalu merebut skecthbook milik kakaknya. Dia duduk di ujung meja dengan angkuh sembari memperhatikan gambar tersebut. “Kakak bikin jas untuk suami berengsekmu itu?”“Berhenti menyebut dia berengsek, Xavier.”“Dia memang berengsek.” Xavier mengedikkan bahu. “Bahkan tanganku masih belum puas menghajar dia.”Feli memilih untuk tidak menanggapi gerutuan adiknya. Ia beranjak menuju kulkas dan mengambil

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17

Bab terbaru

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 12 (TAMAT)

    Setelah hampir empat jam mengasuh putra dan putrinya, Malik akhirnya bisa bernapas lega saat bertemu lagi dengan Kimberly. Raut muka istrinya itu tampak lebih cerah dan ceria. Sepertinya Kimberly sudah tidak badmood lagi gara-gara Malik berfoto dengan Yoana tadi.“Gimana anak-anak? Mereka rewel nggak?” Kimberly mengambil alih anak perempuan berpipi chubby dari pangkuan Malik.“Rewel sih nggak, tapi yah… cukup membuatku berkeringat.” Malik tersenyum dan mengedikkan bahu.Kimberly mengamati suaminya sesaat, lalu tertawa karena penampilan pria itu tampak acak-acakan. Ia mengecup pipi Malik dan berkata, “Terima kasih udah kasih aku waktu buat me time.”Malik mengerjap dan memegangi pipinya sambil bergumam, “Kita harus pulang sekarang, Sayang.”“Kenapa? Kan belum beli susu buat Timur di supermarket.”“Malam ini kita titipin anak-anak di Mami sama Papi aja, ya? Besok kita ambil lagi mereka pagi sebelum aku—Oke oke! Nggak jadi, aku cuma bercanda,” ralat Malik dengan cepat saat Kimberly mencub

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 11. Time Flies

    Empat tahun kemudian.“Eh? Bukannya dia mantan pembalap itu, ‘kan?”“Iya, Jeng, yang kemarin ramai dibahas sama hampir semua orang tua murid itu, Jeng.”“Anaknya beneran sekolah di sini?”“Iya.”“Yang bener? OMG! Kita bakalan ketemu dia terus dong! Ganteng banget ya Tuhan.”“Itu kalau setiap hari dia antar jemput anaknya.”“Eh! Emang setiap hari tauk! Kalian berdua aja yang baru lihat. Pagi dan siang dia selalu antar jemput.”“Duh, suami idaman banget sih…. Beruntung banget yang jadi istri dia. Udah ganteng, kaya, perhatian sama anak, lagi. Ya Tuhan, mau yang begini satu aja, please.”Malik menghela napas berat. Ia tidak bermaksud menguping pembicaraan tiga atau empat wanita—entah yang pastinya berapa orang karena Malik tidak begitu memperhatikan—yang sedang membicarakan dirinya, tapi suara mereka terlalu jelas di telinga Malik, sehingga mau tidak mau ia harus mendengarkan dirinya menjadi bahan gosip ibu-ibu.Sudah satu minggu Timur masuk sekolah ke playgroup. Setiap hari Malik selalu

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 10. Timur Malvin Rozano

    “Sayang! Gimana kondisi kamu? Apanya yang sakit?!” tanya Malik dengan raut muka menegang sambil berlari menghampiri ranjang yang ditempati Kimberly. “Perut aku sakit… pinggang aku juga panas.” Kimberly meringis kesakitan. Namun ada yang berubah dalam sorot matanya, ia seolah-olah merasa lega dan aman setelah melihat kedatangan suaminya. Malik merundukan badan, memeluk Kimberly dan mengecup keningnya berkali-kali. Ia berbisik, “Sabar, ya. Maaf aku terlambat.” “Bau!” Malik terkejut saat Kimberly mendorong dadanya. “Eh? Kenapa? Siapa yang bau?” “Kamu,” jawab Kimberly seraya menggigit bibir bawah, menahan rasa sakit yang kembali menyerang dan rasanya tak tertahankan. “Kamu bau debu.” “Ah, ini….” Malik menggaruk tengkuk dan menghidu tubuhnya sendiri. “Barusan aku naik motor, Sayang. Soalnya di jalan macet banget, nggak mungkin bisa sampai dengan cepat kalau aku tetap pakai mobil,” jelasnya sambil menggenggam tangan sang istri. “Apa perlu aku ganti baju dulu? Tapi aku nggak bawa baju c

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 9. Kontraksi

    7 bulan kemudian.“Kakak, jangan lupakan aku. Aku juga adik kamu, adik yang paling ganteng!”“Diam!” Kimberly menjauhkan wajah Ernest dari hadapannya. “Kamu ngehalangin pemandangan aku tahu nggak?”Ernest cemberut.Kemudian Kimberly tersenyum lebar pada bayi berusia 4 bulan yang baru saja membuka mata, di atas kasur yang ia dan Ernest duduki.“Selamat siang Cheryl! Adiknya Kakak yang paling cantik! Nyenyak banget tidurnya ya?” goda Kimberly dengan nada bicara khas anak-anak.Cheryl tersenyum. Dia berguling sendiri hingga tengkurap.“Ugh! Jangan percaya sama kelembutan kakak kita, Dek, aslinya dia itu cerewet dan galak. Kamu kalau sudah besar nanti pasti jadi bahan omelan dia—auwh!” Ernest tiba-tiba mengaduh saat Kimberly menjewer telinganya.“Diam,” bisik Kimberly dengan kesal. “Jangan meracuni otak bayi dengan omongan kamu yang negatif itu ya!”“Aku ‘kan bicara apa adanya,” gumam Ernest sembari mengusap-usap telinga.Kimberly mendelik pada Ernest, lalu kembali tersenyum lebar pada Ch

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 8. Babymoon II

    “Gimana perasaan kamu?” bisik Malik seraya mengelus pipi Kimberly dengan lembut.Kimberly terdiam. Harusnya ia yang bertanya seperti itu kepada Malik.Detik berikutnya, Kimberly tersenyum lebar, tangannya mengusap-usap perut dan berseru riang, “Anak kita sepertinya senang banget, Babe! Dia bikin perasaan aku jadi makin bahagia setelah lihat kamu ngendarain motor balap barusan!”“Benarkah?” Malik ikut tersenyum lebar.Kimberly mengangguk cepat. Ia langsung melompat ke pelukan Malik, melingkarkan tangan di leher pria yang masih memakai baju balapan yang dulu sering dia pakai. Malik terlihat tampan sekali dengan baju itu, mengingatkan Kimberly akan kebersamaan mereka sebelum menikah.“Terima kasih, ya! Aku jadi rindu nonton kamu balapan.” Kimberly terkekeh, suaranya terdengar teredam karena bibirnya terbenang di pundak Malik. “Kalau kamu? Gimana perasaan kamu sekarang?”“Perasaanku?” ulang Malik.“Hm-hm. Apa barusan bisa mengobati kerinduan kamu sama balapan?”“Iya.” Malik bergumam dan m

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 7. Babymoon

    Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.25 waktu Andorra. Kimberly merebahkan tubuhnya di kasur berseprai abu tua. Matanya menatap plafon putih dengan penerangan lampu warm white.Mereka baru saja tiba di Andorra pukul 18.30 waktu setempat. Perjalanan ini atas inisiatif Kimberly yang mengidam ingin tidur di kamar Malik, di rumahnya yang ada di Andorra. Setelah mendengar keinginan istrinya, Malik langsung memesan tiket pesawat.“Ternyata begini rasanya ada di kamar kamu.” Kimberly terkekeh dan melirik Malik yang baru saja selesai memindahkan semua pakaian mereka dari koper ke dalam lemari.Tadi Kimberly berniat membantu, tapi Malik melarangnya dan malah menyuruhnya untuk istirahat.“Gimana rasanya? Aneh?” Malik melepas kaos putihnya dan menghampiri ranjang.“Nyaman banget!” Kimberly meringis, ia mengangkat kedua tangan ke atas untuk menyambut Malik yang baru saja menaiki ranjang dan memeluknya. Tangan Kimberly mengalung di leher Malik.Ia sempat menahan napas dengan jantung berdebar-deb

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 6. Para Suami Nunggu Istri

    “Tunggu! tunggu! Mami nggak salah dengar, ‘kan? Kamu… hamil?”Kimberly mengangguk cepat berkali-kali sembari tersenyum lebar.Feli tercengang. Ia dan Archer saling tatap satu sama lain dengan tatapan terkejut. Lalu detik berikutnya keduanya sama-sama menghela napas lega dan tertawa.“Ya Tuhan, terima kasih… Mami senang sekali dengarnya, Sayang!” ucap Feli dengan mata berbinar-binar dan memeluk Kimberly. “Pantas saja akhir-akhir ini Mami ngerasa ada yang berbeda sama kamu.”“Oh ya? Mami bisa ngelihat perubahan aku? Kok aku nggak?”“Mami ini ibu kamu, Kim. Selama dua puluh satu tahun tinggal bareng-bareng, masa Mami nggak bisa menyadari sesuatu yang berbeda sama kamu?” Feli terkekeh kecil, tangannya menepuk-nepuk punggung Kimberly. Ekspresi wajahnya terlihat cerah, secerah langit siang ini di luar sana. Walau air matanya tampak menggenang, tapi itu adalah tangis kebahagiaan.“Mami kok nangis?” tanya Kimberly sesaat setelah pelukannya terlepas. Ia cemberut seraya menangkup pipi sang ibu.

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 5. Suami Sigap

    Gimana kalau sekarang Malik sedang mencari kesenangan di luar karena keadaan di rumah tidak membuatnya nyaman?Satu pertanyaan itu tiba-tiba membuat Kimberly menegakkan punggung. Wajahnya menegang. Air matanya seakan tak ingin berhenti mengalir saat membayangkan Malik melampiaskan kekesalannya dengan menghabiskan waktu bersama wanita lain.“Kamu jahat!” Kimberly menangis sambil membenamkan wajah di atas lutut. “Kamu main pergi begitu aja tanpa memikirkan perasaanku!”Setelah cukup lama menangis sendirian hingga ruangan kamarnya berubah gelap karena sudah memasuki malam, Kimberly akhirnya mandi supaya pikirannya lebih jernih.Dua puluh menit kemudian, ia sudah berganti pakaian dan tubuhnya terasa segar, tapi pikirannya tetap saja kacau. Kimberly mencoba menghubungi Malik lagi, tapi berakhir sia-sia.“Non Kimmy, mau makan malam, Non? Makanannya sudah siap di meja,” ujar Bik Nining yang menghampiri kamar Kimberly.Kimberly menggeleng lesu. “Aku nggak lapar, Bik. Nanti saja makannya.”“No

  • Istri yang Tak Diinginkan   Extra Chapter 4. Malik Pergi

    “Sayang, aku pulang!”Mendengar seruan Malik, secara spontan Kimberly terbangun dan menaruh remote di meja. Lalu ia bergegas menyongsong Malik ke pintu utama dengan langkah-langkah cepat.“Kamu bawa nasi lemaknya?” tanya Kimberly dengan mata berbinar-binar.“Bawa dong. Nih!”Kimberly tersenyum lebar saat Malik menunjukkan bingkisan di tangannya. Ia langsung merebut bingkisan tersebut. “Terima kasih!” serunya, ceria.Tepat saat Malik akan mengecup bibir Kimberly—sesuatu yang selalu Malik lakukan setiap kali pulang ke rumah, Kimberly tiba-tiba melesat pergi, membuat bibir Malik tidak punya tempat untuk berlabuh.“Hey! Kenapa pergi begitu aja?” protes Malik, yang tak ditanggapi Kimberly. Malik hanya menghela napas pasrah, lalu melangkah masuk mengikuti sang istri.Kimberly terlihat sedang menghidu aroma nasi lemak yang masih terbungkus. Malik tersenyum, lalu mengambil piring bersih dan menaruhnya di meja.“Ini pasti kerjaan kamu nih, Mama kamu senang banget cuma dapat nasi lemak doang,”

DMCA.com Protection Status