Share

TEMPAT YANG AMAN

Penulis: Decan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-06 09:52:41

***

Dari kejauhan, Aksa dengan empatinya memandang ke arah seorang perepuan yang sedari tadi hanya menangis di atas tempat tidur.

Setelah kejadian itu, Aksa segera membawa Zeva ke rumah sakit untuk pengobatan luka fisiknya. Bahkan di sepanjang jalan Zeva hanya terdiam dengan tangis yang terus mengalir.

Aksa menjadi tak tega melihat kondisi Zeva semakin meprihatinkan. Ia tidak tahu betul apa yang sedang terjadi, karena keterlambatannya untuk mengetahui bagaimana Deren menyiksa Zeva dengan sangat keji.

Sejurus kemudian, Aksa melihat sebuah nampan masih lengkap berisi makan dan minum yang sedari tadi tidak disentuh oleh Zeva.

Selangkah demi langkah pria itu berjalan mendekat ke arah ranjang. Ketika tubuhnya berdiri tepat di belakang perempuan tersebut, Aksa kemudian ikut membaringkan tubuh di sebelah Zeva.

Aksa menghadapkan tubuhnya ke atas dengan kedua tangan saling memegang di atas perut.

“Kamu boleh tinggal di sini selama yang kamu mau,”

Mengingat kejadian mengerikan itu, Aksa tidak akan membiarkan Zeva bertingkah ceroboh dengan kembali pada suaminya. Jika suatu saat itu akan tiba, Aksa harus memastikan sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Atau bahkan jika diperlukan, Aksa tidak akan segan membuat perhitungan dengan Deren.

“Apakah setelah ini kamu akan tetap menganggap Deren sebagai seorang suami?”

Zeva masih diam dengan air matanya.

Aksa benar-benar tidak rela jika perempuan tersebut harus tersakiti untuk kesekian kali. Jadi, sebisa mungkin Aksa harus memastikan bahwa Zeva bisa berpikir jernih terkait dirinya yang akan tetap menganggap Deren sebagai suaminya atau tidak.

“Apakah kamu tahu? Rasanya sakit sekali melihatmu menunjukkan luka itu sambil menangis.” Aksa kembali membuka percakapan yang sekali lagi hanya dibalas diam oleh Zeva.

Aksa menghela napas pelan. Ia tak tahu harus menghibur Zeva dengan cara apa. Selama ia kembali ke apartemen itu, Zeva memilih untuk mengistirahatkan diri tanpa berbicara sepatah kata pun.

“Kepalaku sakit,” lirih Zeva mengundang perhatian Aksa seketika.

Pria tersebut langsung memposisikan tubuhnya dengan benar dan mengarahkan tangan untuk membantu meredakan rasa sakit yang Zeva rasakan.

“Apakah di sebelah sini?” Aksa bertanya untuk memastikan letak dari rasa sakit itu.

Zeva mengangguk tanpa berucap lagi. Matanya terus terpejam ketika pijatan yang Aksa berikan mampu meredakan rasa sakit hingga ia berhasil tertidur pulas.

***

Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Deren terbaring di atas sofa dengan perut kelaparan. Ia memandangi sekitar rumah yanh terlihat bersih, namun terasa kosong.

Di sudut lain, Deren memperhatikan dapur yang sunyi tanpa seoran pun. Di meja makan hanya ada bahan-bahan mentah yang tadinya akan dimasak istrinya untuk makan malam. Namun, rumah itu sekarang hanya terisi oleh dirinya sendiri yang tidak bisa melakukan itu semua tanpa kehadiran Zeva.

Deren menghela napas kasar. Ia mengingat bagaimana raut wajah sang istri ketika merintih menahan rasa sakit.

Sejenak Deren merasakan sakit di dadanya. Rasa sakit yang begitu dalam hingga ia merasa khawatir terhadap sesuatu.

“Apa yang telah aku lakukan padanya?” Deren berbisik pada dirinya sendiri memikirkan seseorang yang telah ia sakiti.

***

Malam ini, Aksa begadang untuk memastikan jika Zeva membutukan sesuatu. Meskipun Aksa tahu jika ia bukan siapa-siapa, namun simpati dan empati sebagai seorang manusia mengharuskan Aksa untuk saling peduli. Lebih-lebih jika yang menjadi korban adalah seorang perempuan.

Bersama dengan Zeva membuat Aksa merasa kagum pada kegigihan perempuan itu. Aksa paham seberapa besar rasa sayang Zeva kepada suaminya. Mengingat terakhir kali Zeva menolak untuk menerima bantuan Aksa terkait tempat tinggal yang lebih aman, dan sekarang ia harus melakukan itu karena sesuatu yang buruk terjadi pada Zeva.

“Tangan Zeva sakit, Mas. Tolong jangan sakiti aku lagi,” terdengar racauan seseorang yang masih dalam kondisi tertidur.

Mendengar suara tersebut, Aksa langsung menghampiri Zeva dan memastikan keadaannya.

Perempuan itu menggelengkan kepalanya sembari terus memohon ampun. Aksa yakin bahwa Zeva bermimpi buruk tentang kejadian itu.

“Zeva, bangun. Tidak ada yang akan menyakitimu lagi,” lirih Aksa tepat di telinga Zeva sembari tangannya menepuk pipi perempuan tersebut agar cepat terbangun.

Namun, tubuh Zeva malah semakin gemetar dan mulutnya terus meracau. Suhu tubuhnya bahkan kembali naik setelah beberapa jam dikompres.

Aksa semakin kalut melihat kondisi Zeva sekarang. Ia segera menghubungi perawat yang bisa hadir di malam itu. Namun, tidak seorang pun dari pihak rumah sakit yang bisa menolong. Mau tidak mau, hanya Aksa yang bisa merawat Zeva.

“Jangan, Mas. Jangan! Aku minta maaf, jangan sakiti aku lagi. Siapa pun, tolong Zeva,”

Mendengar racauannya semakin menjadi-jadi, Aksa segera berbaring di belakang Zeva dan memeluk tubuh perempuan itu dengan perasaan kalut.

“Zeva, tenang. Aksa ada di sini,” ucapnya berusaha menenangkan.

Sesaat setelah pelukan itu terjadi, tubuh Zeva akhirnya berhenti gemetar. Namun, sekarang tangisnya yang semakin menjadi.

Di tengah tangisan itu, “Aksa, sakit sekali,” ucapnya mengadu pada seseorang yang kini masih erat memeluknya.

Seolah paham dengan kalimat tersebut, Aksa mengangguk mengiyakan dan kembali mengeratkan dekapannya. Sesekali jemari Aksa ia usapkan di kepala Zeva untuk memberikan rasa nyaman yang lain.

“Jangan khawatir, Zeva aman dengan Aksa,”

Kondisi Zeva berangsur-angsur menjadi lebih tenang dari sebelumnya, meskipun tangis dari rasa sakit yang ia rasakan masih belum hilang. Trauma itu pasti akan tetap tertinggal hingga dasar ingatannya.

Masih dengan kondisi Aksa memeluk Zeva, kini perempuan itu sudah benar-benar terdiam dan sangat tenang.

Zeva kemudian berniat membalikkan tubunya untuk melihat wajah laki-laki tersebut. Mengerti dengan apa yang Zeva ingin lakukan, Aksa melepas pelukannya dan menunggu Zeva selesai memposisikan tubuh.

Setelah mereka saling menghadap, Aksa memulai pemandangan itu dengan senyuman hangat. Berharap bahwa senyuman yang ia berikan akan tersalur pada perempuan di hadapannya.

“Aksa, terima kasih,” kata Zeva susah payah menahan luka batin yang tak kunjung mereda.

Aksa mengangguk paham. Tangan kanannya kini mengusap pipi Zeva dengan lembut.

“Maaf karena aku datang terlambat,” sesalnya.

Zeva menggeleng kecil. “Maaf aku sudah banyak merepotkan.”

“Kemarilah,” dengan lembut Aksa meminta Zeva untuk menerima pelukannya sebagai bentuk kasih yang ingin Aksa tunjukkan.

Zeva tersenyum kecil bisa merasakan pelukan itu lagi.

“Setelah ini, berjanjilah untuk tidak lagi kembali padanya,” pinta Aksa mencegah hal buruk lain yang bisa terjadi pada Zeva.

Ia mengerti betul bagaimana seorang laki-laki yang telah tega melakukan itu pada seorang perempuan. Kalau pun Deren datang untuk memohon maaf dan meminta Zeva kembali, Aksa tidak akan membiarkan hal itu tejadi begitu saja.

***

Deren berjalan dengan langkah ragu-ragu. Pikirannya seperti dikecohkan oleh banyak hal yang mengganggu dari semalam. Langkahnya terus ia bawa hingga tepat di depan pintu kaca yang berada di pojok ruang utama.

Tanpa berpikir panjang, tangan pria tersebut akhirnya digerakkan untuk membuka pintu.

Setelah pintu terbuka, ia melihat Aksa tengah sibuk dengan beberapa berkas-berkas.

“Di mana kau menyembunyikan istriku?”

Aksa terkekeh tanpa melihat ke arah pria tersebut. “Istri kau bilang? Siapa yang kau maksud?” bingungnya pura-pura tidak tahu.

Deren merasa geram atas perlakuan yang ia terima. Akan tetapi, kali ini ia tidak dapat berlaku lebih, karena Aksa adalah atasannya. Bagaimana pun juga, ia harus meredakan emosi dan mengurungkan niat untuk berkelahi jika ia tetap menginginkan pekerjaannya.

“Di mana Zeva?” Deren bertanya sekali lagi terkait lolasi keberadaan istrinya sekarang.

“Mana mungkin aku tahu.” Aksa masih memilih untuk tidak peduli dengan laki-laki busuk itu.

“Aksa, aku tahu kau mebawa pergi Zeva semalam,”

“Bagaimana kau bisa yakin dengan hal itu?” Aksa terus menolak untuk membuka mulut.

Amarah Deren sudah semakin terpancing. Jika ia terus berada di situ, maka keributan akan semakin sulit untuk ditahan.

“Aku akan membawa istriku berobat. Jadi katakan saja di mana ia berada,”

Sekali lagi Deren menyebut kata istri, membuat Aksa tertawa kencang.

“Untuk apa kau peduli dengan istrimu? Bukankah selama ini kau tidak pernah menganggap keberadaannya?”

Aksa tidak akan membiarkan Deren mengusik ketenangan Zeva untuk kesekian kali. Apa pun akan ia lakukan untuk menjauhkan Deren dari Zeva.

Di sisi lain, Deren sudah benar-benar tak kuasa menahan amarahnya. “Baiklah, akan aku cari sendiri di mana dia.”

“Kau sungguh tak berguna!” sambungnya lirih sembari berbalik arah meninggalkan ruang tersebut.

Aksa hanya tersenyum kecil penuh kemenangan.

***

Sepulang kerja, Aksa langsung bergegas menghampiri apartemen baru yang ia sewakan untuk tempat tinggal Zeva.

Di sepanjang jalan ia terus memikirkan wajah cantik dan lucu yang dimiliki perempuan tersebut. Tak jarang Aksa tersenyum sendirian hanya karena mengingat keriangan yang sempat Zeva tunjukkan padanya.

Tak lama kemudian, lift apartemen sudah berhenti di lantai tiga.

Saat pintu terbuka, Aksa melihat Zeva dengan wajah pucat tengah duduk di pinggir kasur dan terdiam lesu.

Aksa melepas sepatunya dan berjalan pelan sembari membuka sebotol air minum. Ia segera meneguk air minum itu ketika posisiya sudah duduk di sebelah Zeva. Namun, pertanyaan yang Zeva sampaikan membuat Aksa hampir tersedak.

“Apakah Deren tidak menanyakan keberadaanku?” Zeva bertanya dengan tatapan kosong ke arah depan.

Bab terkait

  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   AKSA YANG PERTAMA

    Meskipun kondisi luka belum membaik, Zeva masih sempat memikirkan sang suami yang menurutnya akan datang untuk mencari. Seolah ia lupa tentang siapa yang membuat luka dari mulanya tidak ada menjadi ada.Aksa menghela napas pelan di samping perempuan itu. “Haruskah aku memberitahu tentang keberadaanmu padanya?” tanya Aksa dengan nada terpaksa.Sebagai manusia yang memiliki akal, Aksa merasa kesal ketika Zeva menanyakan perhatian Deren yang jelas-jelas sangat mencurigakan untuk dipercaya.“Setidaknya seseorang butuh waktu tiga hari untuk bisa berubah. Sekarang apa yang kamu harapkan dari seorang suami yang kemarin baru menyiksamu seburuk ini?”Zeva mengikuti kemana arah tubuh Aksa dibawa beranjak dari posisinya. Sekilas ia memperhatikan raut wajah Aksa yang terkesan kecewa.“Jika butuh bantuan, panggil saja. Aku ada di lantai bawah,” kata Aksa meninggalkan Zeva tanpa menoleh sekalipun.Mendapat perlaku

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   MEMBUAT PERHITUNGAN

    ***Senang rasanya melalui malam yang begitu panjang dengan penuh ketenangan. Setidaknya, ada sedikit celah bagi seorang Zeva untuk berdamai dengan rasa sakit.Di sisi lain, kejadian tak terduga yang semalam masih meragnkul ingatannya erat-erat. Sentuhan lembut dari seorang pria yang tak sengaja bertemu berhasil meninggalkan kesan tak biasa di lubuk hatinya. “Aku ingin ikut denganmu,”Suara itu berhasil menghentikan langkah seorang pria tengah merapikan baju kerjanya. “Tunggu saja di sini. Sore nanti aku akan membawamu pergi,” ucap Aksa melanjutkan aktivitasnya.“Bagaimana dengan permintaanku semalam?” ragu Zeva menanyakan ketersediaan Aksa untuk memberinya izin bertemu dengan sang suami.Aksa masih berharap jika ingatan perempuan tersebut bisa dengan mudah menyingkirkan bahasan tentang suaminya. Namun, Aksa juga paham jika semua itu belum terjadi, maka permintaan akan terus disampaikan hinggag disetujui.“Aksa…”“Kita bahas nanti sore saja,” sahut Aksa meraih tas kerjanya.Sesaat s

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   KEJUTAN UNTUK DEREN

    CEKLEK!Gagang pintu pun berbunyi ketika Aksa menarik benda tersebut ke bawah agar terbuka.Sesaat kemudian, terlihat seorang perempuan dengan baju miliknya sedang menyiapkan hidangan di atas meja makan tak jauh dari kamar.Zeva segera melempar senyuman ramah ketika Aksa muncul tiba-tiba. “Maafkan aku karena memakai kaos dan celana panjangmu,” ucapnya sesekali menengok ke arah lawan bicara.“Bukan masalah. Pakai saja selagi kamu nyaman,” jawab Aksa sembari berjalan mendekati Zeva.Semula menghadap perempuan itu, Aksa memalingkan pandangannya pada sebuah mangkuk besar berisikan sup buntut yang terlihat segar dan mengundang lapar.“Karena hidanganmu, hidungku menjadi lebih peka soal makanan,” guraunya di tepi meja.Zeva tertawa kecil. “Silakan,” ramahnya menawari Aksa untuk segera menyantap makan siang.Sebelum Zeva mengambilkan makanan untuk Aksa, pria tersebut meraih tangan kanan Zeva pelan. “Ze, bisakah kamu bertahan denganku saja?”Mendengar pertanyaan itu membuat Zeva hanya bisa me

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30
  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   BUKAN APA, TAPI SIAPA?

    ***Aksa masih tidak menyangka jika Zeva akan melakukan cumbuan itu tepat di depan kamera yang ia gunakan untuk memberi Deren pelajaran. Ia yakin sekali bahwa saat ini Deren tengah berusaha meredakan emosi dengan meluapkan tekanan itu semua.Saat perempuan tersebut memundurkan tubuh sedikit menjauh, ia menunduk malu karena perbuatannya sendiri.“Rasanya aneh ketika kamu mengizinkan aku untuk kembali dengan suamiku,” lirihnya memberikan konfirmasi.“Bukankah itu yang kamu mau selama ini? Untuk apa masih menanyakan seorang suami biadab jika kamu tidak berharap kembali kepadanya?”Mendadak mulut Zeva seola tak mampu berbicara. Ia bakan menjadi ragu dengan perasaannya sendiri.Terkadang lubuk hati kecilnya merindukan masa-masa bersama Deren meskipun tak pernah tercatat memori bahagia di sana. Namun, Zeva juga merasakan pedih ketika mendengar Aksa memperbolehkan dirinya kembali pada sang suami.Aksa kemudian menautkan jari jemari tangan kiri di atas tangan kanan Zeva yang disatukan dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   TIDAK ADA PILIHAN LAIN

    “Manis sekali,” ucap seorang pria tanpa malu sembari menghirup aroma tubuh Zeva di bagian pundak sebelah kanan yang hanya terbalut oleh selimut.Sesekali Zeva menarik tubuhnya untuk sedikit menjauh. Sedang tangan pria tersebut tengah asik menggaruk lembut pinggang Zeva.Karena merasa risih, spontan tubuhnya bergeser hingga pandangan Zeva dengan jelas menatap raut wajah seorang predator penuh birahi.“Ini sudah lebih dari jam kesepakatan.” Zeva menunduk dan berucap dengan perasaan takut.Pria itu terkekeh kecil. “Baiklah. Aku tidak akan mencuri,” lirihnya terus menggoda sembari beralih menjauhi ranjang.Sesaat kemudian, Zeva menghembuskan napas yang sudah lama ia tahan. Ini memang bukan yang pertama kali. Akan tetapi, perasaan takut masih mencekam dengan cara yang sama. Jika bukan karena tidak ada pilihan lain, Zeva mungkin sudah nekat melarikan diri.Siapa pun pasti berpikir, mengapa Zeva tak menolak? Mengapa Zeva tidak bertindak lebih berani untuk menentang semuanya? Mengapa Zeva han

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   PERNIKAHAN TAK BERGUNA

    *** “Makan malam dulu, Mas,” ramah sang istri ketika melihat suaminya sudah terbangun dari pengaruh minuman keras. Deren membisu. Sedangkan tangannya sibuk memijat-mijat kepala di atas sofa ruang keluarga. Melihat suaminya mendesis tak nyaman, Zeva beralih dari dapur dan mendekat ke arah Deren untuk menawarkan bantuan. Saat tubuhnya bersiap untuk mengusap kepala, Deren berteriak lantang ingin menolak. “Jangan menyentuhku!” bentaknya. Seketika dada Zeva terasa seperti tertusuk duri. Seribu perhatian yang ingin ia tunjukkan selalu dibalas dengan bantahan. Sekali lagi, semua yang seperti ini bukanlah kali pertama bagi Zeva. Rasa sakit yang ia terima juga masih sama rasanya. Bahkan suara lantang itu juga sudah berulang kali melukai gendang telinga. Namun, sekalipun Zeva tidak pernah berniat untuk membantah sebagai seorang istri. “Tadi aku masak sop buntut kesukaan Mas Deren. Aku ambilkan ya, Mas?” lembutnya tetap menunjukkan bakti. Deren menggeleng dengan yakin. Bukannya memberik

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   JIKA BUKAN DENGAN DEREN

    *** Zeva berjalan menelusuri lorong hotel untuk mencari nomor kamar dari secarik kertas yang Deren berikan. Di sepanjang kakinya melangkah, Zeva hanya terdiam dengan tatapan kosong. Membayangkan baru semalam ia harus melakukan pekerjaan itu dan hari ini ketakutannya akan terulang kembali. Merasa dirinya telah sampai pada tujuan, Zeva mengangkat kepala sejenak untuk memastikan bahwa ruang di hadapannya adalah kamar yang benar. “237,” lirihnya mengulang angka yang tercatat pada kertas yang ia bawa. Zeva sedikit ragu ketika tangannya harus bergerak untuk mengetuk pintu. “Lakukan saja seperti biasanya,” tuturnya berbisik meyakinkan diri sendiri. Sesaat setelah ketukan yang ketiga, pintu itu ternyata tak dikunci. Dengan sedikit keraguan yang tertinggal, Zeva membuka daun pintu dan memutuskan untuk masuk ke dalam. Setelah pintunya kembali tertutup, ia mendengar suara percikan air dari arah kamar mandi. Melihat baju kerja yang berserakan di atas kasur, Zeva segera merapikan tempat tidu

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   AMARAH TAK TERTAHAN

    *** Semua pasang mata dari karyawan di sebuah perusahaan ternama memandang ke arah Zeva yang tengah bersama dengan pemilik perusahaan tersebut. Ia merasa tak nyaman, karena semua terlihat seolah memiliki tujuan lain. Sesekali mereka juga berbisik satu sama lain dengan lirikan tak suka dan penuh rasa dengki. Aksa merangkul pundak Zeva dengan tangan kirinya tanpa menghadap ke arah perempuan tersebut. Ia yakin bawa perempuan di sampingnya pasti merasa tidak nyaman dengan lingkungan baru. Namun, Aksa tidak ingin hal itu membuat Zeva mundur untuk melupakan keberanian yang harus ia kumpulkan. “Apakah kamu merasa buruk?” tanya Aksa sembari tetap berjalan beriringan menuju ruang utama untuk sapaan pagi. Zeva kemudian mendekatkan tubuhnya pada Aksa dengan arah pandang masih tertuju pada seluruh karyawan yang tak kunjung reda memperhatikannya. “Aku rasa mereka ingin membunuhku,” bisik Zeva santai mengundang gelak tawa bos barunya. Tak berapa lama, Aksa meminta Zeva ikut bersamanya untuk di

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04

Bab terbaru

  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   BUKAN APA, TAPI SIAPA?

    ***Aksa masih tidak menyangka jika Zeva akan melakukan cumbuan itu tepat di depan kamera yang ia gunakan untuk memberi Deren pelajaran. Ia yakin sekali bahwa saat ini Deren tengah berusaha meredakan emosi dengan meluapkan tekanan itu semua.Saat perempuan tersebut memundurkan tubuh sedikit menjauh, ia menunduk malu karena perbuatannya sendiri.“Rasanya aneh ketika kamu mengizinkan aku untuk kembali dengan suamiku,” lirihnya memberikan konfirmasi.“Bukankah itu yang kamu mau selama ini? Untuk apa masih menanyakan seorang suami biadab jika kamu tidak berharap kembali kepadanya?”Mendadak mulut Zeva seola tak mampu berbicara. Ia bakan menjadi ragu dengan perasaannya sendiri.Terkadang lubuk hati kecilnya merindukan masa-masa bersama Deren meskipun tak pernah tercatat memori bahagia di sana. Namun, Zeva juga merasakan pedih ketika mendengar Aksa memperbolehkan dirinya kembali pada sang suami.Aksa kemudian menautkan jari jemari tangan kiri di atas tangan kanan Zeva yang disatukan dengan

  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   KEJUTAN UNTUK DEREN

    CEKLEK!Gagang pintu pun berbunyi ketika Aksa menarik benda tersebut ke bawah agar terbuka.Sesaat kemudian, terlihat seorang perempuan dengan baju miliknya sedang menyiapkan hidangan di atas meja makan tak jauh dari kamar.Zeva segera melempar senyuman ramah ketika Aksa muncul tiba-tiba. “Maafkan aku karena memakai kaos dan celana panjangmu,” ucapnya sesekali menengok ke arah lawan bicara.“Bukan masalah. Pakai saja selagi kamu nyaman,” jawab Aksa sembari berjalan mendekati Zeva.Semula menghadap perempuan itu, Aksa memalingkan pandangannya pada sebuah mangkuk besar berisikan sup buntut yang terlihat segar dan mengundang lapar.“Karena hidanganmu, hidungku menjadi lebih peka soal makanan,” guraunya di tepi meja.Zeva tertawa kecil. “Silakan,” ramahnya menawari Aksa untuk segera menyantap makan siang.Sebelum Zeva mengambilkan makanan untuk Aksa, pria tersebut meraih tangan kanan Zeva pelan. “Ze, bisakah kamu bertahan denganku saja?”Mendengar pertanyaan itu membuat Zeva hanya bisa me

  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   MEMBUAT PERHITUNGAN

    ***Senang rasanya melalui malam yang begitu panjang dengan penuh ketenangan. Setidaknya, ada sedikit celah bagi seorang Zeva untuk berdamai dengan rasa sakit.Di sisi lain, kejadian tak terduga yang semalam masih meragnkul ingatannya erat-erat. Sentuhan lembut dari seorang pria yang tak sengaja bertemu berhasil meninggalkan kesan tak biasa di lubuk hatinya. “Aku ingin ikut denganmu,”Suara itu berhasil menghentikan langkah seorang pria tengah merapikan baju kerjanya. “Tunggu saja di sini. Sore nanti aku akan membawamu pergi,” ucap Aksa melanjutkan aktivitasnya.“Bagaimana dengan permintaanku semalam?” ragu Zeva menanyakan ketersediaan Aksa untuk memberinya izin bertemu dengan sang suami.Aksa masih berharap jika ingatan perempuan tersebut bisa dengan mudah menyingkirkan bahasan tentang suaminya. Namun, Aksa juga paham jika semua itu belum terjadi, maka permintaan akan terus disampaikan hinggag disetujui.“Aksa…”“Kita bahas nanti sore saja,” sahut Aksa meraih tas kerjanya.Sesaat s

  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   AKSA YANG PERTAMA

    Meskipun kondisi luka belum membaik, Zeva masih sempat memikirkan sang suami yang menurutnya akan datang untuk mencari. Seolah ia lupa tentang siapa yang membuat luka dari mulanya tidak ada menjadi ada.Aksa menghela napas pelan di samping perempuan itu. “Haruskah aku memberitahu tentang keberadaanmu padanya?” tanya Aksa dengan nada terpaksa.Sebagai manusia yang memiliki akal, Aksa merasa kesal ketika Zeva menanyakan perhatian Deren yang jelas-jelas sangat mencurigakan untuk dipercaya.“Setidaknya seseorang butuh waktu tiga hari untuk bisa berubah. Sekarang apa yang kamu harapkan dari seorang suami yang kemarin baru menyiksamu seburuk ini?”Zeva mengikuti kemana arah tubuh Aksa dibawa beranjak dari posisinya. Sekilas ia memperhatikan raut wajah Aksa yang terkesan kecewa.“Jika butuh bantuan, panggil saja. Aku ada di lantai bawah,” kata Aksa meninggalkan Zeva tanpa menoleh sekalipun.Mendapat perlaku

  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   TEMPAT YANG AMAN

    *** Dari kejauhan, Aksa dengan empatinya memandang ke arah seorang perepuan yang sedari tadi hanya menangis di atas tempat tidur. Setelah kejadian itu, Aksa segera membawa Zeva ke rumah sakit untuk pengobatan luka fisiknya. Bahkan di sepanjang jalan Zeva hanya terdiam dengan tangis yang terus mengalir. Aksa menjadi tak tega melihat kondisi Zeva semakin meprihatinkan. Ia tidak tahu betul apa yang sedang terjadi, karena keterlambatannya untuk mengetahui bagaimana Deren menyiksa Zeva dengan sangat keji. Sejurus kemudian, Aksa melihat sebuah nampan masih lengkap berisi makan dan minum yang sedari tadi tidak disentuh oleh Zeva. Selangkah demi langkah pria itu berjalan mendekat ke arah ranjang. Ketika tubuhnya berdiri tepat di belakang perempuan tersebut, Aksa kemudian ikut membaringkan tubuh di sebelah Zeva. Aksa menghadapkan tubuhnya ke atas dengan kedua tangan saling memegang di atas perut. “Kamu boleh tinggal di sini selama yang kamu mau,” Mengingat kejadian mengerikan itu, Aksa

  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   AMARAH TAK TERTAHAN

    *** Semua pasang mata dari karyawan di sebuah perusahaan ternama memandang ke arah Zeva yang tengah bersama dengan pemilik perusahaan tersebut. Ia merasa tak nyaman, karena semua terlihat seolah memiliki tujuan lain. Sesekali mereka juga berbisik satu sama lain dengan lirikan tak suka dan penuh rasa dengki. Aksa merangkul pundak Zeva dengan tangan kirinya tanpa menghadap ke arah perempuan tersebut. Ia yakin bawa perempuan di sampingnya pasti merasa tidak nyaman dengan lingkungan baru. Namun, Aksa tidak ingin hal itu membuat Zeva mundur untuk melupakan keberanian yang harus ia kumpulkan. “Apakah kamu merasa buruk?” tanya Aksa sembari tetap berjalan beriringan menuju ruang utama untuk sapaan pagi. Zeva kemudian mendekatkan tubuhnya pada Aksa dengan arah pandang masih tertuju pada seluruh karyawan yang tak kunjung reda memperhatikannya. “Aku rasa mereka ingin membunuhku,” bisik Zeva santai mengundang gelak tawa bos barunya. Tak berapa lama, Aksa meminta Zeva ikut bersamanya untuk di

  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   JIKA BUKAN DENGAN DEREN

    *** Zeva berjalan menelusuri lorong hotel untuk mencari nomor kamar dari secarik kertas yang Deren berikan. Di sepanjang kakinya melangkah, Zeva hanya terdiam dengan tatapan kosong. Membayangkan baru semalam ia harus melakukan pekerjaan itu dan hari ini ketakutannya akan terulang kembali. Merasa dirinya telah sampai pada tujuan, Zeva mengangkat kepala sejenak untuk memastikan bahwa ruang di hadapannya adalah kamar yang benar. “237,” lirihnya mengulang angka yang tercatat pada kertas yang ia bawa. Zeva sedikit ragu ketika tangannya harus bergerak untuk mengetuk pintu. “Lakukan saja seperti biasanya,” tuturnya berbisik meyakinkan diri sendiri. Sesaat setelah ketukan yang ketiga, pintu itu ternyata tak dikunci. Dengan sedikit keraguan yang tertinggal, Zeva membuka daun pintu dan memutuskan untuk masuk ke dalam. Setelah pintunya kembali tertutup, ia mendengar suara percikan air dari arah kamar mandi. Melihat baju kerja yang berserakan di atas kasur, Zeva segera merapikan tempat tidu

  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   PERNIKAHAN TAK BERGUNA

    *** “Makan malam dulu, Mas,” ramah sang istri ketika melihat suaminya sudah terbangun dari pengaruh minuman keras. Deren membisu. Sedangkan tangannya sibuk memijat-mijat kepala di atas sofa ruang keluarga. Melihat suaminya mendesis tak nyaman, Zeva beralih dari dapur dan mendekat ke arah Deren untuk menawarkan bantuan. Saat tubuhnya bersiap untuk mengusap kepala, Deren berteriak lantang ingin menolak. “Jangan menyentuhku!” bentaknya. Seketika dada Zeva terasa seperti tertusuk duri. Seribu perhatian yang ingin ia tunjukkan selalu dibalas dengan bantahan. Sekali lagi, semua yang seperti ini bukanlah kali pertama bagi Zeva. Rasa sakit yang ia terima juga masih sama rasanya. Bahkan suara lantang itu juga sudah berulang kali melukai gendang telinga. Namun, sekalipun Zeva tidak pernah berniat untuk membantah sebagai seorang istri. “Tadi aku masak sop buntut kesukaan Mas Deren. Aku ambilkan ya, Mas?” lembutnya tetap menunjukkan bakti. Deren menggeleng dengan yakin. Bukannya memberik

  • Istri yang Kau Jajakan, Ternyata Disayang CEO Sultan   TIDAK ADA PILIHAN LAIN

    “Manis sekali,” ucap seorang pria tanpa malu sembari menghirup aroma tubuh Zeva di bagian pundak sebelah kanan yang hanya terbalut oleh selimut.Sesekali Zeva menarik tubuhnya untuk sedikit menjauh. Sedang tangan pria tersebut tengah asik menggaruk lembut pinggang Zeva.Karena merasa risih, spontan tubuhnya bergeser hingga pandangan Zeva dengan jelas menatap raut wajah seorang predator penuh birahi.“Ini sudah lebih dari jam kesepakatan.” Zeva menunduk dan berucap dengan perasaan takut.Pria itu terkekeh kecil. “Baiklah. Aku tidak akan mencuri,” lirihnya terus menggoda sembari beralih menjauhi ranjang.Sesaat kemudian, Zeva menghembuskan napas yang sudah lama ia tahan. Ini memang bukan yang pertama kali. Akan tetapi, perasaan takut masih mencekam dengan cara yang sama. Jika bukan karena tidak ada pilihan lain, Zeva mungkin sudah nekat melarikan diri.Siapa pun pasti berpikir, mengapa Zeva tak menolak? Mengapa Zeva tidak bertindak lebih berani untuk menentang semuanya? Mengapa Zeva han

DMCA.com Protection Status