Indah menggendong Romi lalu Bimo berdiri di samping Indah."Em ... rapatan dikit Den biar bagus gak kayak musuhan," ucap Bik Sumi memberi aba-aba.Bimo langsung merapat dirinya ke Indah lalu satu tangannya merangkul pundak Indah, membuat Indah kaget lalu menoleh ke atas dan Romi menunduk sedikit.Seketika pandangan mereka bertemu sedangkan Romi ia sudah bergaya di gendongan Indah.Cekrek! Bi Sumi mengambil gambar yang pas sehingga ia senyum-senyum."Aduh sosweetnya, semoga jadi keluarga beneran," ucap Bik Sumi baper membuat Indah dan Bimo langsung sadar. Bimo menurunkan tangannya lalu berjalan mendekati Bik Sumi untuk mengambil ponselnya."Terima kasih ya Bik, oleh-olehnya tolong di masukin ke mobil ya Bik," ucap Bimo yang dibalas anggukan oleh Bik Sumi. Setelah Bik Sumi pergi, Bimo langsung melihat hasil jepretan Bik Sumi.Detik kemudian bibirnya melengkung Indah melihat dirinya dan Indah tampak seperti pasangan kekasih, sedangkan Romi bergaya sambil memeluk Indah. Tanpa membuang w
Khanza yang melihat Romi datang menghampirinya langsung tersenyum. Begitu Romi sudah dekat ia langsung membuang nampan tersebut dari tangan Khanza.Prang! Semua jatuh bahkan sebagian hancur berkeping-keping di lantai tepat di hadapan Ibunya dan Rea.keduanya tampak kaget, begitu juga dengan Khanza. Belum sempat ia berbicara Romi langsung menarik Khanza ke dalam pelukannya membuat Khanza semakin kaget.Ia memeluk Khanza dengan erat untuk meredam emosinya yang sudah berapi-api. Sedangkan Rea yang melihat itu langsung mendengus kesal sambil melihat ke arah Ibu Romi."K--kak," panggil Khanza terbata sambil mengusap-usap punggung Romi. Pasalnya ia tidak mengerti kenapa laki-laki ini tiba-tiba mengamuk seperti orang kesurupan."Kamu gak apa-apa?" tanya Romi yang masih setia memeluk Khanza membuat Khanza langsung mendongak lalu menggeleng."Aku gak apa-apa, Kakak kenapa?" tanya Khanza lembut. Tiba-tiba mata Romi mengembun sambil menatap manik Khanza lekat-lekat membuat Khanza yang melihat it
Khanza yang kaget melihat suaminya di tampar langsung menatap tidak percaya ke arah Ibu Romi. Sedangkan Romi diam sejenak lalu kembali menoleh."Udah puas? Kalo udah silahkan angkat kaki dari rumahku," ucap Romi. Ia tidak ingin bertengkar dengan Ibunya yang keras kepala dan mau menang sendiri."Kamu ngusir Ibu?!" tanyanya dengan nada tinggi."Kalo nggak pun, Ibu mau apa lagi?" lagi-lagi Romi bersikap se datar mungkin, membuat sang Ibu semakin murka."Ingat Romi tanpa Ibu kamu tidak akan pernah ada di dunia ini. Ayo Rea kita pergi, dia sudah terlalu di racun Ibu tiri dan istrinya," ajak Ibunya. Rea langsung mengikuti Ibu Romi sebelum pergi ia menarik jilbab Khanza dari belakang, membuat sang empu kaget."Akh," ringis Khanza, Romi yang sedang melihat Ibunya langsung menoleh. Detik kemudian ia langsung mencengkeram tangan Rea."Lepasin!" ucap Romi dengan tegas membuat Rea langsung meringis kesakitan lalu ia melepaskan tangannya dari jilbab Khanza."Berani-beraninya kamu menyentuh istrik
Disisi lain, Ibu Romi dan Rea masih menahan kesal di dalam mobil. Rencana yang awalnya sudah mereka susun ternyata gagal total."Tan, kok malah gini sih," kesal Rea sambil menghentakkan kakinya."Tante juga gak nyangka sih Romi selantang ini, tapi Ibu yakin hatinya itu lembut. Aku ini Ibunya aku lebih tau sifatnya," jawab Ibu yang masih setia menyetir."Tante tahu 'kan dari kecil aku sudah berteman dengannya dan nggak nyangka aja sih dia setampan dan semapan sekarang. Pengen jadi istrinya Tan, gak cocok banget sih perempuan tadi jadi istrinya, lebih cocok kayak pembantunya," lagi-lagi Rea merasa kesal."Sabar sayang, Romi seperti ini karena masih awal pertemuan nanti lama-lama dia juga luluh. Kita tetap susun rencana yang lebih baik aja," jawab Ibu sambil tersenyum miring."Mas Bimo juga sepertinya kaget banget kalo ngeliat aku. Secara dulu dia cinta banget samaku," lanjut Ibu membuat Rea menoleh."Tante mau ke rumah Om Bimo juga? Ngapain? 'kan tujuan kita Mas Romi aja," tanya Rea t
"Tan, kok pada nyalahin kita sih 'kan jelas-jelas si babu itu yang salah," gerutu Rea sambil menghentakkan kakinya."Mbak, bisa minggir gak dari tadi saya lihat Mbak menghalangi jalan, kalo mau jadi patung disana aja noh di sudut." ucap seorang laki-laki yang merasa terganggu dengan suara berisik Rea serta posisi mereka yang menghalangi jalan."Lu siapa lagi ikut-ikutan?!" bentak Rea namun tidak di hiraukan laki-laki tersebut ia malah mengibas-ngibaskan tangannya mengisyaratkan agar Rea dan Ibu Romi menjauh."Sudah, sudah jangan berantem lagi, nanti kita nggak jadi makan yang ada malah di usir," lerai Ibu Romi membuat Rea langsung menghela nafas dalam-dalam lalu menjauh dari meja laki-laki tersebut.Disisi lain, Salman yang membawa Vina keluar langsung menghela nafas lega karena berhasil melewati dua orang rempong tersebut."Udah, jangan dengerin omongan mereka barusan ya," ucap Salman membuat Vina langsung tersenyum sekilas."Gak apa-apa kok Kak memang benar yang mereka bilang, aku c
"Tan, kok pada nyalahin kita sih 'kan jelas-jelas si babu itu yang salah," gerutu Rea sambil menghentakkan kakinya."Mbak, bisa minggir gak dari tadi saya lihat Mbak menghalangi jalan. Kalo mau jadi patung disana aja noh di sudut." ucap seorang laki-laki yang merasa terganggu dengan suara berisik Rea serta posisi mereka yang menghalangi jalan."Lu siapa lagi ikut-ikutan?!" bentak Rea namun tidak di hiraukan laki-laki tersebut ia malah mengibas-ngibaskan tangannya mengisyaratkan agar Rea dan Ibu Romi menjauh."Sudah, sudah jangan berantem lagi, nanti kita nggak jadi makan yang ada malah di usir."lerai Ibu Romi membuat Rea langsung menghela nafas dalam-dalam lalu menjauh dari meja laki-laki tersebut.Disisi lain, Salman yang membawa Vina keluar langsung menghela nafas lega karena berhasil melewati dua orang rempong tersebut."Udah, jangan dengerin omongan mereka barusan ya," ucap Salman membuat Vina langsung tersenyum sekilas."Gak apa-apa kok Kak memang benar yang mereka bilang, aku cu
"Abis ashar kita ke rumah Bunda ya," ajak Romi sambil menunduk melihat Khanza yang sedang memperhatikannya. Dengan cepat Khanza mengangguk karena ia juga sudah rindu kesana."Kak," panggil Khanza membuat Romi kembali menunduk lalu menaikkan alisnya sebelah."Dua hari lagi 'kan puasa, aku mau ziarah ke makam Ayah sama Bapak ya." ucap Khanza yang dibalas anggukan oleh Romi. "Boleh, nanti saya ikut," jawab Romi membuat Khanza tersenyum manis lalu mengalungkan tangannya ke leher Romi."Mau ke kamar," rengeknya seketika membuat Romi terkekeh lalu mengangguk membiarkan gadis itu pergi ke kamar pribadinya. ***Sore hari, Romi dan Khanza sudah sampai di rumah orang tua Romi. Dari kejauhan Romi tersenyum saat melihat adiknya yang masih SMA sedang menyapu di teras."Assalamualaikum," ucap Romi yang diikuti oleh Khanza."Walaikumsalam, Bunda ... Bang Romi datang," teriak gadis itu membuat Romi langsung terkekeh lalu mengacak-acak jilbabnya."Ish ... Abang, 'kan rusak," kesal Fatimah sambil mem
Disisi lain, Vina mulai gelisah bercampur panik karena tidak ada angkutan umum yang lewat. 'Duh gimana ya, kalo jalan juga jauh banget.' ucap Vina dalam hati sambil menggosok-gosokkan tangannya.Dari kejauhan ternyata dua orang laki-laki yang berpakaian serba hitam sedari tadi sudah memperhatikan dirinya. Tanpa Vina sadari dua orang tersebut sudah mendekatinya diam-diam dari belakangnya.Saat Vina menoleh hampir saja ia melompat karena kaget melihat orang tersebut. Detik kemudian satu pria tersebut menarik tangan Vina membuatnya langsung panik."Ngapain kamu? Lepasin!" bentak Vina, tapi tidak di hiraukan oleh laki-laki tersebut ia malah menarik Vina sekuat tenaganya membuat Vina mau tidak mau dengan susah payah mengikuti langkah laki-laki tersebut."Lepasin! Tolong!" teriak Vina, tapi satu pria lagi langsung membekap mulutnya membuat Vina semakin panik, tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat karena takut.'Ya Allah, tolong selamatkan hamba, hamba mohon.' pintanya dalam hati sambil air ma