"Kalian udah tau kenapa saya kumpulkan kalian semua disini?" tanya Romi dengan nada yang super duper dingin membuat karyawan menunduk."O ternyata kalian tidak tahu rupanya ulah kalian kemaren membuat istri saya langsung masuk rumah sakit," lanjut Romi membuat semuanya kaget terutama Neni."Sekarang aku tanya siapa yang menyebar berita bodoh seperti kemaren itu?" tanya Romi dengan tetap pada gayanya yang jutek."Maaf Pak, kami tidak tahu," jawab salah satu karyawan."Harus tau!" tegas Romi membuat semuanya semakin takut."Perlu saya ucapkan satu persatu ulah busuk kalian," ancam Romi membuat karyawan langsung heboh."Doni, dari siapa kamu dapat berita murahan kayak kemaren?" tanya Romi pada Doni yang kemaren ia ancam di toilet."Yg saya lihat kemaren yang paling aktif saat gibah adalah Ne--neni Pak," jawab Doni jujur membuat Neni langsung kaget bukan main lalu menggeleng."Nggak-nggak Pak, bukan saya Doni mah bohong ta-""Saya udah nyuruh kamu ngomong sekarang?" tanya Romi menatap taj
"Panas Kak, jangan peluk-peluk," ucap Khanza berusaha melepas tangan Romi."Ayok duduk dulu," ajak Romi mendudukkan Khanza di kursi panjang kayu.Khanza mendudukkan bobotnya dengan bibir mengerucut karena kepanasan. Sedangkan Romi yang melihat itu malah gemas melihat ekspresi tersebut.Cup! Dengan cepat Romi mengecup bibir Khanza membuat sang empu melotot lalu ia memukul tangan Romi pelan."Hahah, ekspresinya kok gitu sih?" tanya Romi yang diacuhkan oleh Khanza matanya terfokus pada satu objek."Kak," rengek Khanza sambil memeluk lengan kekar suaminya itu membuat Romi langsung memicingkan matanya curiga."Jangan bilang kamu mau kelapa itu," tebak Romi karena sedari tadi Khanza melihat kelapa yang tidak terlalu tinggi tersebut."Hu'um," Khanza mengangguk-angguk kepalanya seperti anak kecil membuat Romi menghela nafas."Saya suruh pak Dadang ngambil ya," ujar Romi berniat memanggil satpam di rumahnya.'Jangan sampe Khanza tau kalo dalangnya Sopi,' ucap Romi dalam hati dengan segera ia m
Ia menampar wajah Vina membuat Salman kaget bukan main. Vina langsung memegangi pipinya yang terasa perih."Vina, kamu nggak apa-apa?" tanya Salman membuat Vina langsung menggeleng."Kok malah main otot ya, biasanya orang yang main otot itu pecundang karena udah merasa kalah ia langsung menggunakan otot, bukan begitu?" tanya Salman lagi. Sopi langsung gelagapan karena ia tidak bermaksud sama sekali main otot."Makanya jangan ikut campur urusan gua!" bentak Sopi membuat Salman menyunggingkan senyum lalu menggelengkan kepalanya."Yang ikut campur urusan orang 'kan kamu, coba kalo kamu nggak bikin rusuh pasti nggak seheboh sekarang 'kan? jawab Salman."Sopi ayo pergi, aku takut nanti Pak Romi datang tiba-tiba aku langsung di pecat gara-gara kamu.Kamu malah emosi berlebihan seperti ini," ajak Neni merasa was-was jika Romi datang tiba-tiba. Ia langsung menarik tangan Sopi hendak membawanya keluar."Maafin teman saya ya Vina," ucap Neni merasa tidak enak karena pipi Vina sudah merah. Vina
"Udah simpen aja, tuh kosan kamu udah nyampe," ucap Salman dengan cepat."Ta--tapi Kak ma-" lanjut Vina merasa tidak enak."Bayar pake hati kamu aja," potong Salman membuat Vina kembali salah tingkah."Mau turun atau mau aku bawa ke rumahku?" ancam Salman membuat Vina langsung kaget."Eh, maaf-maaf Kak," ucap Vina lalu ia buru-buru memakai tasnya."Orang mah di anterin bilang makasih, kok malah bilang maaf," "Eh iya, makasih banyak ya Kak," ucap Vina dari balik kaca."Sama-sama sayang, pamit ya, assalamualaikum," jawab Salman membuat Vina langsung mematung membiarkan mobil berlalu bagitu saja dari hadapannya.Drt... drt ... drt Tiba-tiba Vina tersadar saat ponselnya bergetar, ia merogoh tasnya dan mengambil ponselnya.Detik kemudian matanya langsung melotot melihat yang menelpon adalah Salman.[Ha--halo] [Udah segitu aja jadi patungnya tar di angkat orang lagi, sana masuk] ucap Salman membuat Vina langsung berbalik melihat mobil Salman yang hampir keluar gang.[Udah aku gak apa-apa
"Udah ah Rom, aku mau keluar dulu," ujar Sopi mengalihkan pembicaraan lalu bejalan melewati Romi, namun sialnya Romi malah mencengkram pergelangan tangannya dengan kuat."Akh," ringis Sopi sambil berusaha melepas tangan Romi. Romi menghempaskan tangan Sopi dengan kuat, bahkan pergelangan tangannya sekarang merah karena Romi."Kamu kok jadi kasar sih sekarang? Oh, apa jangan-jangan Khanza mengajari kamu buat kasar.Bagus sekali baru menikah sudah seperti ini," ledek Sopi membuat Romi langsung memicingkan matanya."Kamu adalah perempuan pertama yang aku kasarin, karena apa? Karena mulut kamu kejam, dengan baik-baik Sopi. Aku tidak peduli kita pernah bersama atau tidak, yang jelas aku tidak suka melihat orang-orangku menangis cuma gara-gara perempuan murahan kayak kamu, ngerti!" tegas Romi. Sopi langsung melotot mendengar ucapan Romi barusan."Apa? Gimana? Murahan? Aku gak salah denger. Bukannya yang murahan itu istri-" ucapan Sopi terpotong saat Romi kembali mencengkeram tangannya den
Romi langsung mengepalkan tangannya membaca pesan tersebut, ia langsung menekan tombol telpon.[Halo baby, gimana mau nikah sama saya?] sapa orang itu dengan genit.[Berapa hutang Khanza dan kirim nomor rekeningnya sekarang] jawab Romi dengan tegas membuat pria di seberang sana tertawa.[Selow dong, kok kamu yang repot padahal saya yang mau menikah dengan si bunga desa itu][Karena saya suaminya dan kamu tidak ada hak untuk menikahi istriku. Kirim sekarang nomor rekeningmu atau saya habisi nyawamu!] ancam Romi membuat pria tersebut kaget.[Baik Pak] Pria itu langsung memutuskan panggilan lalu ia mengirimkan pesan.Ting! [Hutang Khanza lima juta, bunga satu juta] balasnya.Tanpa membuang waktu, Romi langsung mentransfer uang sebanyak delapan juta kepada pria itu, kamudian ia mengirim bukti tranfer.[Sudah saya kirim mulai detik ini jangan pernah mencoba mengusik istri saya.Atau hidupmu dan keluargamu tidak akan tenang, paham!] tulis Romi dengan tegas.[Baik Pak, terima kasih untuk tra
"Apaan astagfirullah?" tanya Khanza dengan polosnya membuat Romi langsung terkekeh sambil mengeratkan pelukannya di pinggang Khanza."Bang Romi yang saya hormati dan Khanza yang saya benci, bisa nggak kalian itu romantisannya nanti aja.Masalahnya ini kantor dan banyak permasalahan kantor yang harus di bahas," kesal Salman, membuat Romi langsung mendongak melihat Khanza yang masih setia mengalungkan tangannya di lehernya."Ngomong aja," jawab Khanza santai membuat Salman langsung menatapnya tajam."Bisa nggak kamu jangan disitu dulu, ini mataku ternodai, risih banget liatnya." kesal Salman membuat Khanza langsung menggedikkan bahunya lalu beranjak dari pangkuan Romi."Bilang aja iri," ledek Khanza membuat Salman langsung menghela nafas kasar."Masalah apa Man?" tanya Romi mulai serius membuat Salman yang sedang melotot ke arah Khanza langsung menoleh."Jadi gini Bang, tadikan ada klien nah itu aku bantu Vina buat ngobrol sama klien tersebut.Hasilnya alhamdulillah memuaskan beliau mau
Malam hari, Romi sedang mengotak-atik ponselnya, tiba ia melihat ada surat panggilan untuk ke luar kota. Romi langsung memijit pelipisnya karena ini memang jadwal rutin setiap tahun yang harus ia hadiri di luar kota.Romi langsung memejamkan matanya sekilas sambil menyandarkan kepalanya ke sisi sofa. Tiba-tiba ia membuka matanya saat merasakan ada tangan yang mengusap rambutnya. Detik kemudian bibirnya tersenyum melihat Khanza sedang berdiri di hadapannya dengan piyama pink yang ia kenakan, membuat Khanza terlihat cantik dan imut.Perlahan Romi menarik Khanza untuk duduk disampingnya, lalu ia menyandarkan kepalanya di dada Khanza, mengendus-endus seperti anak kucing."Za," panggil Romi dengan mata terpejam membuat Khanza yang sedang mengusap-usap rambutnya langsung menaikkan alisnya sebelah."Hum," sahutnya dengan tangan yang masih setia menyikat rambut Romi."Saya ada jadwal ke luar kota," rengeknya seperti anak kecil membuat Khanza langsung mematung.Deg! "Terus?" tanya Khanza pu