"Udah ah Rom, aku mau keluar dulu," ujar Sopi mengalihkan pembicaraan lalu bejalan melewati Romi, namun sialnya Romi malah mencengkram pergelangan tangannya dengan kuat."Akh," ringis Sopi sambil berusaha melepas tangan Romi. Romi menghempaskan tangan Sopi dengan kuat, bahkan pergelangan tangannya sekarang merah karena Romi."Kamu kok jadi kasar sih sekarang? Oh, apa jangan-jangan Khanza mengajari kamu buat kasar.Bagus sekali baru menikah sudah seperti ini," ledek Sopi membuat Romi langsung memicingkan matanya."Kamu adalah perempuan pertama yang aku kasarin, karena apa? Karena mulut kamu kejam, dengan baik-baik Sopi. Aku tidak peduli kita pernah bersama atau tidak, yang jelas aku tidak suka melihat orang-orangku menangis cuma gara-gara perempuan murahan kayak kamu, ngerti!" tegas Romi. Sopi langsung melotot mendengar ucapan Romi barusan."Apa? Gimana? Murahan? Aku gak salah denger. Bukannya yang murahan itu istri-" ucapan Sopi terpotong saat Romi kembali mencengkeram tangannya den
Romi langsung mengepalkan tangannya membaca pesan tersebut, ia langsung menekan tombol telpon.[Halo baby, gimana mau nikah sama saya?] sapa orang itu dengan genit.[Berapa hutang Khanza dan kirim nomor rekeningnya sekarang] jawab Romi dengan tegas membuat pria di seberang sana tertawa.[Selow dong, kok kamu yang repot padahal saya yang mau menikah dengan si bunga desa itu][Karena saya suaminya dan kamu tidak ada hak untuk menikahi istriku. Kirim sekarang nomor rekeningmu atau saya habisi nyawamu!] ancam Romi membuat pria tersebut kaget.[Baik Pak] Pria itu langsung memutuskan panggilan lalu ia mengirimkan pesan.Ting! [Hutang Khanza lima juta, bunga satu juta] balasnya.Tanpa membuang waktu, Romi langsung mentransfer uang sebanyak delapan juta kepada pria itu, kamudian ia mengirim bukti tranfer.[Sudah saya kirim mulai detik ini jangan pernah mencoba mengusik istri saya.Atau hidupmu dan keluargamu tidak akan tenang, paham!] tulis Romi dengan tegas.[Baik Pak, terima kasih untuk tra
"Apaan astagfirullah?" tanya Khanza dengan polosnya membuat Romi langsung terkekeh sambil mengeratkan pelukannya di pinggang Khanza."Bang Romi yang saya hormati dan Khanza yang saya benci, bisa nggak kalian itu romantisannya nanti aja.Masalahnya ini kantor dan banyak permasalahan kantor yang harus di bahas," kesal Salman, membuat Romi langsung mendongak melihat Khanza yang masih setia mengalungkan tangannya di lehernya."Ngomong aja," jawab Khanza santai membuat Salman langsung menatapnya tajam."Bisa nggak kamu jangan disitu dulu, ini mataku ternodai, risih banget liatnya." kesal Salman membuat Khanza langsung menggedikkan bahunya lalu beranjak dari pangkuan Romi."Bilang aja iri," ledek Khanza membuat Salman langsung menghela nafas kasar."Masalah apa Man?" tanya Romi mulai serius membuat Salman yang sedang melotot ke arah Khanza langsung menoleh."Jadi gini Bang, tadikan ada klien nah itu aku bantu Vina buat ngobrol sama klien tersebut.Hasilnya alhamdulillah memuaskan beliau mau
Malam hari, Romi sedang mengotak-atik ponselnya, tiba ia melihat ada surat panggilan untuk ke luar kota. Romi langsung memijit pelipisnya karena ini memang jadwal rutin setiap tahun yang harus ia hadiri di luar kota.Romi langsung memejamkan matanya sekilas sambil menyandarkan kepalanya ke sisi sofa. Tiba-tiba ia membuka matanya saat merasakan ada tangan yang mengusap rambutnya. Detik kemudian bibirnya tersenyum melihat Khanza sedang berdiri di hadapannya dengan piyama pink yang ia kenakan, membuat Khanza terlihat cantik dan imut.Perlahan Romi menarik Khanza untuk duduk disampingnya, lalu ia menyandarkan kepalanya di dada Khanza, mengendus-endus seperti anak kucing."Za," panggil Romi dengan mata terpejam membuat Khanza yang sedang mengusap-usap rambutnya langsung menaikkan alisnya sebelah."Hum," sahutnya dengan tangan yang masih setia menyikat rambut Romi."Saya ada jadwal ke luar kota," rengeknya seperti anak kecil membuat Khanza langsung mematung.Deg! "Terus?" tanya Khanza pu
"Iya gak sih, keliatan aja gabutnya nih kalo gabut kamu ke rumahku bawa koper kamu tuh. Masih di kosan aja bikin sumpek tau gak," kesal Salman membuat Khanza langsung cengengesan."Nggak mau ah nanti aja, malas ke rumah kamu sekarang jauh," ujar Khanza membuat Salman memutar mata malas."Sini, sini Mbak duduk dulu," ajak Vina sambil menarik kursi. Khanza langsung mengangguk lalu duduk di samping Vina."Temen tuh harusnya gini, bukan gitu yang nyudutin doang," sindir Khanza membuat Salman langsung melotot."Gimana-gimana? Nyudutin? Eh Za denger ya kami tuh kalo di kasih hati malah ngelunjak.Makanya malas banget baikin kamu," kesal Salman membuat Vina dan Khanza terkekeh.***Disisi lain, Romi baru saja selesai rapat dengan perusahaan-perusahaan lain. Rasanya ia sudah sangat rindu dengan Khanza karena udah dua hari ia tidak bisa menghubungi Khanza karena terlalu sibuk.Saat Romi membuka ponselnya berniat menghubungi Khanza, tiba-tiba niatnya diurungkan saat melihat ada pesan yang beri
Romi langsung mengalihkan pandangannya saat melihat air mata Khanza turun."Bukan masalah itu Za, kamu keluar kemana saat di foto ini, kenapa kamu malah keluar sendiri? Apa tujuan kamu sebenarnya? Kenapa gak minta izin pas keluar?" cecar Romi membuat Khanza mulai seseggukan, ia bingung harus menjelaskan dari mana."Berarti sekarang intinya Kakak beranggapan aku selingkuh gitu? Aku pacaran sama orang ini gitu?" tanya Khanza membuat Romi diam."Kasih saya bukti supaya saya percaya Za, jujur ini mengganggu banget saya bahkan gak fokus kerja di buatnya.Saya harus bagaimana?" tanya Romi membuat Khanza langsung menggeleng tidak percaya, ternyata Romi tidak mempercayai dirinya."Maaf Kak, aku yang salah. Sepertinya aku gak perlu ngasih Kakak bukti karena foto itu sudah jelas sekali kalo aku murahan," ucap Khanza sambil menghapus air matanya membuat Romi langsung membisu, ia menatap gadis itu dengan serius."Kakak mau aku harus gimana sekarang?" tanya Khanza membalikkan ucapan Romi."Za, sa
Di kantor Romi hanya terus diam di singgasananya sambil menyandarkan kepalanya di sisi kursi.Tok! Tok! Tok! Romi langsung membuka matanya dan menoleh ke atas pintu."Masuk," sahut Romy membuat Salman langsung masuk."Bang apa kabar?" sapa Salman membuat Romi diam sejenak."Baik," jawab Romi singkat membuat Salman bingung."Khanza gak ikut Bang?" tanya Salman, Romi langsung melihatnya sekilas lalu menggeleng."Abang sama Khanza berantam 'kah?" tanya Salman mulai curiga. Romi langsung menyandarkan kepalanya kembali ke sisi kursi sejenak lalu ia kembali melihat Salman dengan serius."Saya boleh nanya sesuatu?" tanya Romi serius membuat Salman lalu menarik kursi lalu duduk."Boleh Bang," jawab Salman sambil menatap Romi serius."Khanza pernah datang kesini saat saya nggak ada?" tanya Romi membuat Salman langsung mengangguk."Pernah Bang, tapi sekali aja sih," jawab Salman jujur, Romi langsung membuka ponselnya."Kamu tahu soal ini?" tanya Romi to the point membuat Salman langsung membela
Hati Romi tiba-tiba berdebar kencang, ia belum siap jika harus kehilangan Khanza lagi. Ia langsung menggoyang-goyangkan kakinya untuk tetap tenang, namun hasilnya nihil ia malah semakin panik. Romi mengambil ponselnya untuk menghubungi Salman untuk meminta jalan keluar. [Assalamu'alaikum Bang] [Walaikumsalam, Man Khanza gak ada Man] Salman yang sedang makan siang bersama Vina langsung berhenti seketika membuat Vina bingung. [Terus gimana Bang?] tanya Salman membuat Vina berhenti makan juga. [Saya gak tau Man ini saya panik banget, bantu saya] ucap Romi membuat Salman menenggak minum di depannya. [Em ... oke, eh ... kemana ya] bukannya membantu Salman malah ikut-ikutan panik. [Harinya mendung lagi Man, saya khawatir banget ini. Takut Khanza kenapa-kenapa, tolong bantu saya] pinta Romi, Salman yang sedang berusaha mengingat-ingat sesuatu. [Em Bang ke kosan Danira aja coba, aku kasih alamatnya ini, itu teman dekat Khaza juga kalo gak salah] ucap Salman. [Kamu nggak usah kerja du