Share

Bab 56 Cowok Kulkas

Author: D Lista
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
"Gimana, Dok?" tanya Ana penasaran.

"Maaf..., lain kali kalau badannya demam jangan di pakaikan pakaian tebal dan selimuti.

Ana termenung karena merasa bersalah. Ia minim pengetahuan merawat bayi. Sehari-hari hanya memikirkan bagaimana mencari uang untuk bertahan hidup. Juga mencari ayah Aira di ibukota yang luasnya tak terkira.

"Kenapa begitu, Dok?" Ana pun tidak malu untuk bertanya supaya lain kali kejadian yang sama tidak terulang.

"Awalnya banyak ibu memakaikan jaket alasannya agar anak tidak kedinginan dan segera berkeringat lalu suhu tubuhnya menjadi menurun. Padahal hal tersebut tidak boleh dilakukan, karena bahan yang tebal justru akan mencegah keluarnya panas dari dalam tubuh." Ana mendengarkan seraya menganggukkan kepala.

"Alih-alih turun, suhu tubuh bisa saja semakin naik, dan demam anak menjadi lebih tinggi. Sebaiknya ibu memakaikan anak dengan pakaian yang tipis, sehingga suhu panas dalam tubuh dapat dengan mudah keluar dari dalam tubuh," imbuh dokter membuat An
D Lista

Jangan lupa tinggalkan jejak yuk. Kira-kira siapa cowok kulkas yang ditawari Riana ya? Penasaran nggak? Cek next part ya.

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 57 Sok Kenal

    "Ana, Ana. Sudah aku bilang kamu layak mencobanya. Sini aku ajari dandan biar cantik. Jadi pembeli nggak meragukan produk yang kamu tawarkan." Rita menerocos tanpa henti membuat Ana meringis."Lagian kayak tuh cowok ganteng aja, Mbak." Ana mendecis kesal."Memangnya kayak mana orangnya?" Rita mengambil satu produk kosmetik dari pouch di tasnya untuk pemula. Ana hanya memperhatikan dengan seksama."Muka item dingin kayak kulkas. Ishh gemes deh mau maki-maki kok ya pembeli itu raja."Rita tergelak dengan ucapan Ana. Wajah Ana yang ditekuk membuat Rita terpingkal sampai sakit perut."Aku malah diceramahi udah pakai produknya belum, tahu asal usulnya nggak, promonya hanya beginian? Haduh Mbak pengin jitak kepalanya tahu, nggak?""Haha, Ana, Ana. Benar kan kata cowok itu. Kamu ikutin aja! Kalau berhasil kan lumayan saran gratis tuh.""Tapi kan kesel juga, kayak nggak ada pembeli lain aja."

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 58 Tabrakan

    "Mbak gimana, sih? Ini mobil mahal, kalau lecet kamu nggak bisa bayar biaya bengkel." Seorang laki-laki muda keluar dari pintu kemudi. Ia berdiri dengan wajah garang di dekat Ana. Mungkin dia adalah sopir mobil mewah yang menabrak Ana. Jantung Ana berdebar, bukan karena rasa sakit akibat badannya membentur tanah. Akan tetapi, ia takut kalau dimarahi pemilik mobil. Akibat menabraknya, bisa jadi mobilnya lecet. Sopirnya saja marahnya kayak gitu, apalagi pemiliknya pasti sudah mencak-mencak "Ough...sakit." "Sengaja ya? Biar dikasih uang berobat?"Ana beristighfar dalam hati. Matanya sudah mengembun. Ternyata begini rasanya diperlakukan semena-mena di ibukota. Kalau di kampung, tetangga akan memarahi habis-habisan orang yang naik mobil karena menabrak. Ini justru korban yang dicaci. Memang Ana yang salah tidak melihat jalan saat menyeberang. Namun, ia berharap dibantu bangun bukannya malah dihina. "Ada apa, Ton?" Sebuah kaca mobil bagian belakang terbuka memperlihatkan laki-laki pa

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 59 Laki-laki itu

    "Oh, iya maaf Pak. Tidak apa-apa, saya akan menawarkan ke orang lain." "Maksud saya produk ini mungkin lebih cocok dipakai anak saya." Senyum di wajah Ana terbit kembali, ia berharap produknya dibeli oleh orang ini. "Ini kartu nama saya. Ada alamat yang tertera. Kamu bisa datang ke rumah bertemu anak atau menantu saya. Mungkin saja mereka mau memakainya." "Wah terima kasih banyak, Pak. Saya akan mengunjunginya nanti atau besok." Ana membungkukkan badan seraya mengucap terima kasih, lalu meninggalkan pemilik mobil mewah yang juga adalah direktur kantor pelatihan yang dua hari ini disambangi Ana. Siang hari yang terik, Ana menahan nyeri di lutut saat melangkah pulang ke kontrakan yang masih bisa dijangkau dengan jalan kaki dari kantor pelatihan tadi. "Na, kenapa jalan kamu tertatih begitu?" sapa Mbok Darmi heran. "Keserempet mobil, Mbok." "Astaghfirullah. Trus gimana? Mana yang sakit. Apa mobilnya kabur? Kamu nggak kenapa-napa, kan?" "Satu-satu, Mbok. Aku baik-baik saja

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 60 Ayahnya

    Bab 60"Siapa, Pak?!" Sebuah suara bariton terdengar dari sosok laki-laki yang berdiri di teras. "Hah. Bukankah dia...." Ana berbalik memunggungi laki-laki bernama Arga yang dua kali ditawarinya produk. Ia heran kenapa laki-laki itu ada di rumah Pak Ardi."Apa dia kerja di sini juga? Jangan-jangan dia anaknya." Ana bergidik ngeri jika faktanya benar. Motor yang dipakai kemarin sudah menandakan kalau pengendaranya orang kaya. "Maaf, Pak. Saya nggak jadi ketemu Pak Ardi. Saya mau balik saja." "Eh gimana sih, Mbak. Tapi baguslah, disini memang nggak nerima sales," ungkap satpam. "Hei tunggu! Siapa perempuan itu, Pak?" "Sales, Mas." Satpam menjawab asal membuat Arga memicingkan mata ke arah Ana. "Sepertinya saya pernah melihatnya. Hmm, tidak salah lagi. Hei kamu!" Ana tidak menoleh karena merasa Arga tidak memanggilnya. "Hei, kamu budeg ya? Atau pura-pura nggak dengar?" "Saya?" Ana menoleh sambil menunjuk dadanya. Ia sebisa mungkin menahan diri agar tidak terpancing emosi. Dua kal

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 61 Foto itu

    Bab 61"Ayah Aira? Foto itu ayah Aira. Bagaimana bisa Mas Sakha ada di foto itu." Ana menutup mulutnya yang ternganga. Hatinya berkecamuk kenapa sampai dirinya terdampar di rumah ayah Aira. Allah mendengar doanya. Dalam setia sujud panjangnya, ia menyerukan keinginan mempertemukan Aira dengan ayahnya agar balita itu mendapat kehidupan yang lebih layak. Apa jadinya kalau besar nanti Aira bersamanya. Untuk makan saja ia kesusahan mendapatkan uang. Bahkan ke rumah sakit saat genting ia masih menimang-nimang biaya periksa. "Ai. Ayahmu ada di sini. Apakah ini takdir Allah yang membuat kita akan mulai terpisah. Aku akan hidup sendiri dan kamu besar bersama keluarga ayahmu." Ana menunduk menahan sesak di dada. Bahkan bulir bening berjatuhan tanpa seizin pemiliknya. "Ai, kenapa aku jadi nggak rela berpisah denganmu, Sayang. Tapi aku takut kamu menderita tinggal bersamaku. Sementara ayahmu kondisinya berlimpah harta." "Na. Ana!" Suara Rahma membuyarkan kegiatan Ana mengguman sendiri. Ia b

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 62 Rewel

    Bab 62Sakha meninggalkan Rahma berdua dengan Ana yang masih terpaku. Keduanya mengobrolkan tentang strategi memasarkan produk. "Jadi, nanti kamu hanya menawarkan lewat medsos. Sudah ada grup yang di list ini. Satu-satu kita share produk baru. Jangan lupa setiap komentar kita balas dengan sopan." Ana seolah mendengar penjelasan panjang lebar, padahal pikirannya berselancar ke sana kemari. "Na! Apa kamu sudah paham?" Ana tersentak oleh suara meninggi yang sampai ke telinganya. Fokusnya sudah buyar. Alih-alih mendengarkan langkah-langkah yang disampaikan Rahma, Ana justru memikirkan nasib Aira. Apa tujuan hidupnya akan tetap sama atau justru berbelok setelah bertemu Sakha "Maaf, Mbak. Perasaan saya kok nggak enak ya. Saya kepikiran Aira di rumah. Tadi sempat anget." "Aira siapa? Anakmu?" Ana mengangguk dengan seulas senyum. "Kamu sudah punya anak? Umur berapa? Kenapa tadi nggak diajak saja? Saya bisa berkenalan dengan anak kamu." Binar yang terlukis di wajah Rahma membuat Ana

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 63 Bertahanlah

    Bab 63"Mas. Kasian anaknya sakit." Rahma masih mendesaknya. Traumanya terhadap anak balita menyeruak kembali. "Gimana kalau terjadi apa-apa pada anaknya, Mas. Seperti anak ki..." "Stt, mereka bukan keluarga kita, Sayang. Sudah biarkan saja dia naik taksi sendiri. Aku capek, mau rebahan dulu." Rahma sedikit kecewa, tetapi tidak patah arang. Ia akan meminta bantuan Arga atau kalau perlu satpam rumah. Sementara itu, Ana yang tak sengaja mendengar perdebatan suami istri di kamar yang pintunya masih terbuka sedikit, hanya mematung di luar kamar. "Mas Sakha sungguh tidak peduli Aira. Dia begitu membenci anak dan istrinya, kah?" Menepuk-nepuk berulang dadanya, Aira tidak bisa menahan emosi yang menyesakkan dada. Ia ingin berteriak sekencang-kencangnya. Memilih ke luar ke teras, Ana tidak mau penghuni rumah tahu kalau dia menangis. "Hei, Mbak mau kemana? Seenaknya keluar masuk rumah orang. Nggak tahu sopan santun ya?" Ana menulikan pendengarannya. Keinginannya hanya satu menjauh dari

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 64 Rumah Sakit

    Bab 64Begitu mobil pajero sampai pelataran rumah sakit, Ana meminta diturunkan. Akhirnya Rahma menemaninya, sedangkan Arga memarkirkan mobilnya. "Hati-hati, Na!" tegur Rahma saat Ana berjalan tanpa mempedulikan sekitar. Bahkan ia hampir beberapa kali menabrak petugas yang sedang mendorong brankar. "Mbak, ada pasien balita bernama Aira Kus..." Ucapan Ana terjeda karena ia tersadar siapa yang ada di sampingnya. "Aira Kusuma, Mbak." Ana berucap lirih saat melihat Rahma sedang mencari-cari adik iparnya. Arga sempat berjanji akan menyusul mereka. Akan tetapi, yang dicari belum nampak batang hidungnya. "Oh, balita bernama Aira baru diperiksa dokter di dalam." "Ana!" Sebuah seruan membuat Ana menoleh. "Mbak Rita. Gimana Aira?" Ana memeluk erat teman kosnya yang baru saja keluar dari ruang periksa. Wajah Rita menandakan ada kabar buruk yang dibawa dari dalam ruangan. "Ayo kita ketemu dokter yang menangani Aira!" "Maaf, Dok. Bagaimana kondisi Aira?" Wajah Ana sudah gusar karena penasa

Latest chapter

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 137 Ending

    Bab 137 EndingSakha sudah seperti buka puasa. Sekian purnama tidak menyentuh istrinya, kerinduan pun berada di puncaknya. "Wajah Mas masih sakit, ini. Aku obatin, ya?""Nggak perlu, Rahma. Aku butuh obat rindu.""Mas!"Rahma sudah tidak bisa mengelak, ia pun merasakan rindu yang menggebu. Keduanya melewati malam panjang ditemani rembulan yang sinarnya menyusup dari celah gorden. Sentuhan lembut Sakha menyapa Rahma membuat hati wanita itu mengembang. Seulas senyum terukir di bibir merahnya."Tenang, Nak, Abi mau mengunjungimu."Sakha memperlakukan istrinya dengan lembut walau di dalam sana sudah menahan gair*h yang memuncak. Ia tidak ingin membuat trauma istrinya yang sedang hamil besar.Satu jam berbagi peluh membuat keduanya kelelahan. Sakha memberikan kecupan hangat di kening Rahma. Hingga wanita itu memejamkan mata menikmati ketulusan suaminya."Terima kasih, Sayang.""Terima kasih juga, Mas."Waktu kian berlalu, detik tergerus oleh menit hingga menit berganti menjadi jam. Purnama

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 136 Rindu

    Bab 136 Rindu "Percuma, Arga. Kakakmu dari dulu sudah begitu," imbuh Pak Ardi ketus."Ya Allah, Pa, Arga. Ini salah paham," lirih Sakha yang merasakan tubuhnya sudah lunglai."Apa?! Astaghfirullah, ini pasti salah paham.""Pa, Arga, tunggu!" teriakan Sakha tidak digubris dua lelaki beda generasi itu. Pak Ardi dan Arga sudah masuk mobil meninggalkan kediaman untuk menemui Rahma yang terbaring di rumah sakit."Astaga, Mas Sakha kenapa?" Dari dalam rumah keluar satpam yang sedari tadi dicari Sakha."Bapak kemana saja? Muka saya sudah babak belur kayak maling, nih," dengkus Sakha sambil menahan nyeri akbitan tamparan papanya dan juga pukulan Sakha."Ayo, Pak. Kita ke dalam dulu. Bi, Bibi. Tolong ambilkan air kompres untuk Pak Sakha!" "Hah, Mas Sakha kenapa?""Jangan banyak omong, cepat ambilkan."Bibi ART pun mengangguk. Gegas ia ke dapur mengambil air kompres."Maaf, Mas. Tadi saya membereskan kamar Mbak Rahma sama bibi." Satpam mengucap dengan sedikit takut membuat Sakha penasaran."Me

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 135 Pulang

    Bab 135 PulangPenerbangan Padang-Jakarta akhirnya pesawat mendarat di bandara Soekarno Hatta. Sakha memang sengaja belum mengabari orang rumah tepat hari apa pulangnya. Ia harus menyiapkan keperluan Cantika dan neneknya di rumah sakit ternama di Jakarta. Setelahnya, Toni yang akan menemani Cantika untuk proses operasi mata neneknya."Pak Toni tolong Cantika ditemani sampai keperluannya tidak kurang satupun," ucao Sakha sambil menyenderkan punggung di sofa tunggu bandara. Mereka masih menunggu bagasi."Siap, Pak. Oya, Pak Sakha yakin tidak perlu ditemani pulang sampau rumah terlebih dulu?" tanya Toni basa-basi."Ckkk, bukankah Pak Toni senang langsung bisa menemani Cantika?" Sakha justru balik bertanya membuat Toni terkesiap."Nanti kalau Cantika bingung di kota ini, Pak Toni yang repot, kan? Gadis itu nggak ada duanya,"ucap Sakha terkekeh."Dia gadis yang pintar, Pak. Nggak mungkin nyasar di kota ini," balas Toni sambil tersenyum."Pak Toni nggak takut Cantika nyasar, tapi takut dia k

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 134 Tuntas

    Bab 134 Tuntas"Terima kasih atas kerja samanya, Pak Sakha."Seorang pimpinan petugas kepolisian menjabat tangan serta mengucap terima kasih pada Sakha di ruang kerjanya. Sebab Sakha telah membantu petugas kepolisian untuk menegakkan keadilan. Tuntas sudah tugas Sakha di kota ini."Kalau begitu, saya pamit dulu, Pak. Saya harus menemui warga untuk m3nyampaikan hak-haknya,"ucap Sakha yang diangguki petugas. Sakha kembali menaiki mobilnya yang disopiri Toni menuju kediaman Pak Cokro. Di rumah orang terhormat di kampungnya itu telah berkumpul banyak warga. Ada juga karyawan Sakha yang sudah lebih dulu sampai di sana. Sementara itu, Cantika absen karena harus menemani neneknya melakukan diagnosis oleh dokter di rumah sakit."Kita sudah sampai, Pak." Toni menoleh lalu menggelengkan kepalanya. Ia tahu betul Sakha dangat kelelahan beberapa hari terakhir. Sebab anak bosnya itu kejar target melumpuhkan musuh ayahnya. Beruntung Cantika bisa diajak kerja sama, pun Pak Cokro dengan senang hati mem

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 133 Tertangkap Tangan

    Bab 133 Tertangkap TanganSenja menampakkan warna jingga yang indah di cakrawala. Cantika segera pulang ke rumahnya karena sang nenek pasti lama menunggu. Seharusnya, ia pulang siang hari, tetapi demi membantu pihak keamanan untuk menggrebek Robert, kepulangannya molor."Nek, nek." Cantika mendapati neneknya tiduran di kamar. Gadis itu mendekat lalu mengusap lembut wajah sang nenek. Setitik bulir bening menetes membasahi pipi mulusnya. wanita ini telah merawatnya sejak kecil. Cantika yatim piatu, entah di mana orang tuanya kini iapun tidak tahu. Kata Sang nenek orang tuanya telah meninggal. Tapi sunggu misterius baginya."Ika. Kamu sudah pulang?""Iya, Nek. Ika mau siapin baju buat kita ke rumah sakit. Nenek akan diobati dokter di sana biar bisa melihat lagi."Ucapan Cantika tersendat karena isakan kecil menyusul."Bukannya tadi siang kamu sudah pulang?""Hah, enggak. Ika barusan pulang dari bekerja."Cantika sedikit heran, apa ada yang datang ke rumah. Kenapa neneknya merasa ia sudah

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 132 Mencuri Barang

    Bab 132 Mencuri barangSakha merencanakan strategi untuk menangkap Robert beserta anak buahnya. Dia telah mengumpulkan bukti-bukti dibantu oleh Pak Cokro dan Cantika. Bekerja sama dengan pihak berwajib, Sakha ingin pekerjaan di proyek pembangunan jalan tol berjalan lancar. Ia ingin segera pulang sebelum istrinya melahirkan. Janji di awal hanya pergi satu dua bulan. Hingga kini kehamilan Rahma terhitung masuk trimester tiga.Semalam ia menelpon istrinya."Sayang, maafkan aku baru sempat menelpon. Pekerjaan di sini sungguh menyita waktu. Sinyal juga susah karena lokasi di tengah hutan.""Ia Mas. Aku tahu, yang penting kamu sehat dan baik-baik saja di sana. Aku percaya Mas melakukan kerja keras di sana. Ada Pak Toni yang menemani, aku pun lega.""Iya, Sayang. Selesai proyek di sini, aku segera kembali ke Jakarta. Doakan tidak sampai melewatkan kelahiran anak kita, ya.""Iya, Mas.""Jam segini kok belum tidur, Sayang?""Hmm, akhir-akhir ini aku susah tidur, Mas. Nggak tahu, pikiran selalu

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 131 Tipuan

    Bab 131 TipuanHari berganti hari hingga menjadi minggu, Cantika berperan dengan tipuannya sebagai wanita penggoda Sakha. Dia bersikap manja saat bersama laki-laki itu. Sesekali meluncurkan rayuan saat di depan Robert. Toni sampai harus menahan diri untuk tidak tertawa saat melihat aksi mesra keduanya. Akting Sakha dan Cantika layak diberi apresiasi seperti bintang sinetron"Gimana, Sayang. Kita ambil saja proyek dengan Pak Robert. Track recordnya sudah tidak diragukan lagi. Bagi hasil keuntungannya juga besar. Ayolah, nanti setelah proyek selesai, kita bisa liburan ke pulau yang indah berdua," ungkap Cantika dengan gaya centilnya.Robert yang melihat dari balik meja kerjanya tersenyum menyeringai. Dia memang memerintahkan Cantika untuk merayu Sakha supaya bisa diajak kerja sama. Dengan nama perusahan Sakha, kerja ilegal Robert bisa disamarkan."Baiklah, saya perlu membaca surat kerjasamanya terlebih dulu Pak Robert. Paling lama tiga hari, saya akan memberi kabar hasilnya.""Jangan lam

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 130 Sepakat

    Bab 130 SepakatSetengah jam, Sakha dan Toni duduk di luar kamar yang dimasuki Cantika dan wanita yang sudah renta tadi. "Pak, gimana? Kenapa gadis itu belum keluar juga?"Sakha hanya mengedikkan bahu. Ia lalu beranjak dari duduk dan mendekati kamar. Berhenti sejenak di depan pintu yang sedikit terbuka. Tampak di sana Cantika sedang membenarkan posisi yang nyaman untuk wanita tua tadi."Nek, istirahat saja. Ika baik-baik saja, kok.""Jadi gadis itu biasa dipanggil Ika. Pantas tidak ada yang kenal Cantika."Sakha mengembuskan napasnya kasar. Ia baru sadar kalau Cantika bekerja untuk menghidupi wanita tua yang pantas jadi neneknya itu.Beberapa menit kemudian, Cantika sudah turun dari ranjang dan berniat keluar. Sakha segera kembali ke kursi duduk bersama Toni."Gimana, Pak?" tanya Toni penasaran.Sakha hanya memajukan dagu ke arah pintu kamar di mana Cantika keluar dari sana."Kenapa kalian masih ada di sini? Sana pergi, jangan ganggu aku!"Cantika melenggang masuk ke sebuah ruangan ke

  • Istri yang Kabur di Malam Pertama   Bab 129B Ancaman

    Bab 129B Ancaman"Berhenti! Atau kalian babak belur keluar dari sini.""Ups, sial. Gadis ini kuat juga, Bos.""Awas!" pekik Sakha saat bogeman Cantika mengenai Rahang kiri Toni.Tidak keras tetapi mampu membuat nyeri di pipi Toni."Astaga, perempuan ini ganas sekali."Sakha jengkel sekaligus menahan tawa. Bisa-bisanya ia dan Toni dikalahkan perempuan."Oke,oke. Kami mundur. Sekarang katakan. Apa tujuanmu berbuat licik padaku, hah?"Sakha mencoba bernegosiasi. Ia tidak ingin salah melangkah dan akhirnya usahanya membela hak warga gagal."Aku jelas butuh uang. Jadi kalian pergi saja. Karena kedatangan kalian ke sini hanya akan membuat masalah bagiku.""Oke, berapa uang yang kamu butuhkan? Aku bisa mencukupi lebih banyak dari yang diberikan Robert. Kamu tahu dia bukan siapa-siapa. Dia mantan napi karena sudah menipu ayahku. Sekarang katakan butuh uang berapa kamu? 100juta, 200juta, setengah milyar?"Cantika terkesiap mendengar uang yang besarnya menggoda."Pak. Jangan gila! Pak Ardi tidak

DMCA.com Protection Status