Selamat membaca.Di kantor polisi, Sania berdecak kesal. Memaki dirinya sendiri karena terjebak dalam situasi saat ini. Di tambah lagi, kakek tua itu tidak mau membantunya. Dan malah menghilang saat Sania sedang berdiskusi dengan pihak berwajib.Untuk beberapa saat Sania menyesal karena telah memeluk kakek menyebalkan itu.“Nona Sania?”“Ya?” senyuman Sania mengembang, saat pak polisi memberinya kertas untuk mengisi data dirinya. Termasuk walinya.Kok sesak ya. Sania menghela nafasnya kasar, sebelum berkata pada pak polisi secara terang-terangan. “Aku tidak punya ibu.” ucap Sania acuh tak acuh.“Kalau begitu ayah mu.”“Aku tidak punya ayah.”“Saudara mu?” Sania mengelengkan kepalanya. “Bagaimana dengan paman? Bibi? Sepupu atau kerabat dekat?” “Tidak punya.”Jawaban Sania tidak hanya membuat pak polisi itu memijit dahinya gusar, tapi semua staff, petugas, dan kriminal menatap ke arah Sania dengan tatapan terkejut.Polisi itu menatap Sania lagi. “Bagaimana dengan tetangga mu? Harusnya
Selamat membaca.Hantaman terdengar dari ruangan kepala polisi—suara geraman juga turut menghiasi, Sania yakin kalau saat ini Luke sedang marah karena mungkin untuk pertama kalinya koneksi tidak dapat dia andal kan.Sania tidak peduli, dia hanya ingin menunggu hukuman apa yang akan ia dapatkan atas tuduhan palsu yang di layangkan anak-anak muda itu pada Sania.Dari sini mereka terlihat sangat takut, anak-anak itu sepertinya salah satu dari mereka mengenal Luke dengan baik, sayang sekali sudah terlambat untuk menyesal.Sementara Gavin terus memperhatikan, “meeting ini sangat penting, Luke harus menghadiri ya dan kamu harusnya sudah mengerti dengan sikapnya.”“Gavin!”“Saya tidak salah Sania, mengalah lah.” usulnya pada Sania yang sepertinya keberatan akan hal itu.Lama bercakap-cakap, akhirnya Sania di bebaskan setelah Gavin memberikan rekaman pembicaraannya dengan Sania—tentu saja ia berkhinat dari Sania.Maaf, tapi Gavin melakukan itu semata-mata karena Sania tak mencoba untuk melepa
Selamat membaca.Bahkan saat ketahanan Luke sama sekali tak memperdulikan perasaan Sania, dia hanya ingin menang sendirian. Dia—Luke conan tidak pernah memikirkan akan jadi seperti apa wanita yang ia anggap sebagai bagian dari hidupnya saat ini.Benar. Sania membiarkan Luke melakukan itu, tapi percayalah itu bukanlah kehendaknya sendiri.Nael mendekat dengan menyodorkan makanan pada wanita yang sedang termenung memandangi lantai marmer dengan pandangan buram.“Makanlah selagi bisa.”“Dia tidak kau mengerti aku!” ucap Sania lirih, suara serak itu membuat Nael yakin kalau Sania habis bertengkar lagi dengan Luke. Tapi disisi lain Nael tak bisa berbuat apapun untuk menghibur Sania. Dia hanya bisa bilang kalau, “racun tidak boleh bersama dengan yang hidup.”Mata Sania dan Nael kini saling tatap. “Aku takut, aku masih sangat takut akan datangnya hari itu. Aku terlalu takut untuk menyesal.”“Aku tahu, tapi waktu terus berjalan. Sania, tidak akan berhenti atau berjalan mundur meski kau menan
Selamat membaca.Penerbangan susah di pastikan, dan Luke juga Sanialah yang akan pergi terlebih dahulu, sisanya akan menyusul nanti.Dalam pesawat, Sania membuat ulah lagi bahkan sebelum pesawat lepas landas.“Ahhh!” Seorang pramugari terlihat ketakutan, dia memicu terjadinya kecemasan dan ketakutan berlebihan dari para penumpang yang sudah duduk di kursi mereka masing-masing.Teman-temannya yang melihat ia pucat, langsung menariknya dari area umum—lalu di sana mereka mencoba untuk menenangkan pramugari yang ternyata masih baru dalam pekerjaannya.“Ada apa?”“sa–saya menghitung para penumpang, dan kelebihan satu. Mu–mungkinkah ia bukan manusia?” tanyanya gemetaran. Bola matanya kemana-mana, dan menunjukan kewaspadaan yang tinggi.Mereka bilang untuk mengabaikan, tapi seorang pria berjas dengan bahu bidang lengkap dengan sorot mata tajamnya malah menghembuskan nafasnya kasar. Sebelum berjalan ke arah kelas ekonomi, karena tahu siapa hantu yang mereka maksud.***Kehadiran Luke tentu s
Selamat membaca.Tokyo, Jepang.“Wah, inilah yang namanya jepang?”Sania takjub melihat pemandangan di sekitarannya, sangat berbeda dengan Indonesia, orang-orang yang lewat juga memiliki kesan asing.Tapi ini bukan pertama kalinya Sania terbang ke jepang. Tanpa menoleh ke manapun, Luke hanya terus memandangi wajah berseri Sania yang begitu menyenangkan untuk di liatnya saat ini.Wush!Angin berhembus, membawa aroma lain yang tak pernah ia dapatkan selama terkurung dalam tumpukan dokumen yang sudah seperti kue lapis.Sania lalu menyentuh wajahnya. Sebelum menoleh ke arah Luke, dengan ceria iya bertanya pada pria itu. “Katanya angin jepang bisa membuat kulit ku cantik dan berseri-seri. Benarkah itu?”“Dari mana kau menemukan teori itu? Aku yakin Sania yang ku kenal tidak sepolos ini untuk menanyakan tentang angin di negeri ….”Ucapan Luke berhenti saat melihat Sania mengeluarkan kantong plastik. “Apa yang kau lakukan?” tanya Luke sambil menatap ke arah kiri dan kanan Dimana semua oran
Selamat membaca.“Kalian baru saja sampai, dan sudah membeli mobil. Memangnya bisa seperti itu?”Terdengar tidak adil, Sania mengerti apa yang Lia rasakan. “Luke itu bukan orang sembarangan, tempat ini penuh dengan matanya.”“matanya? Berarti dia orang yang sangat penting? Setahu ku, orang yang paling di waspadai di kota ini adalah para yakuza, dan keluarga Conan yang bekerja sama dengan para petinggi negeri.” pikir Lia sambil menempelkan satu tangannya pada dagunya.Sementara Sania hanya tersenyum. Tidak berniat untuk memberitahukan Lia, kalau Luke adalah putra tidak waras dari keluarga Conan.Sementara memilih, Luke tak merasa cemas karena ada Lia di samping Sania. Karena Lia sepertinya ada tipe orang yang memiliki kepekaan yang sangat tinggi, dan punya nilainya sendiri. Luke tahu kalau Lia tidak menyukai dirinya, tapi hanya tertarik pada Sania. Itu sebabnya ia mempercayai Lia duduk bersama Sania agar wanitanya itu tak bosan.Lama memilih, akhirnya dia mendapatkan mobil yang ia ing
Selamat membaca.Lia bahkan membuka kaca di sampingnya dengan santai karena kepanasan, sementara dua orang di belakangnya saat ini sedang saling memeluk. Tidur di sore hari, tapi Lia tidak peduli dan hanya kesal karena waktu jalan-jalannya dengan mobil bagus harus terbuang sia-sia karena orang-orang menyebalkan itu.Beberapa jam kemudian, saat matahari sudah benar-benar tergantikan oleh bulan. Lia tak menjalankan mobilnya, karena Sania masih tidur dalam pangkuan Luke dan Lia tak ingin membangunkan sania yang sepertinya kelemahan.Begitu juga dengan Luke, suaminya Sania yang kaya—dalam hati ia berujar kalau, seandainya ia terlahir kembali. Ia ingin terlahir sebagai anaknya Sania.DOR!Suara tembakan membuat Sania dan Luke terjaga, dan hari sudah sangat malam. Sania akan berbohong ya kalau ia bilang ia tidak lapar, Luke juga begitu juga dengan Lia.“Mereka sepertinya kesal.”Keributan yang terjadi di manfaatkan oleh Lia untuk meninggalkan tempat tersebut dengan mobil-mobil lainnya denga
Selamat membaca.“Aku kira dia akan bosan menunggu.” ucap Sania, saat melihat Lia yaang begitu terobsesi dengan mobil milik Luke Conan.Sedang Luke hanya tersenyum menatap Sania yang harusnya tak ada bedanya dengan Lia.“Kita harus ke perusahaan malam ini pukul 09:00.”Sania mengangga, dia terlihat tak suka dengan apa yang baru saja dia dengar. Katanya, “hah? Masa harus malam ini sih, tidak bisakah menunggu sampai esok pagi saja?” tanya Sania.Luke tersenyum, menarik dagu Sania sambil berkata, “tentu saja bisa, asalkan kau mampu membuat waktu berhargaku tidak terbuang sia-sia.” Godanya.Sania menelan salivanya kasar. Tahu maksud dari ucapan Luke.“Jam berapa tadi?” Sania mengalihkan pembicaraan sambil menatap layar ponselnya. “Hm?” tanyanya menatap Luke dengan tatapan sok sibuk mengurus jadwal mereka hari ini.***Sebelum berangkat, mereka mampir ke salah satu tempat pemandian umum air hangat. Setelah itu mereka juga makan bersama, meski Lia ada bersama dengan mereka. Tapi Lia lebih s