“Apa Anda yakin akan melakukan hal ini, Nyonya?”Jacob, orang kepercayaan Jayden, menoleh ke belakang pada Valency yang sedang memandang kediaman besar di depan mata.“Tentu saja, Jacob,” sahut Valency mantap kepada asisten pribadi sang suami. “Aku perlu melakukan ini.”Saat ini, Valency telah berada di pekarangan kediaman keluarga besar Spencer. Dan itu semua karena Jayden menolak permintaannya untuk menyatakan kebenaran mengenai Felix.“Keluargaku tidaklah harmonis, tapi kenyataan ini … akan menghancurkan semuanya ….” Mata Jayden yang biasa tampak memancarkan cahaya dan kekuatan tampak begitu lemah saat dia menatap Valency. Suara dalamnya memohon dengan lembut. “Kumohon, rahasiakanlah keben
Valency agak terkejut dengan permintaan itu, tapi dia kemudian tersenyum tenang dan menganggukkan kepala. “Baik, Ayah.”Sementara itu, Rosa hanya bisa mengepalkan tangan dengan wajah tidak suka.Tak lama kemudian, seorang pelayan keluar dan membawakan secangkir teh beraroma wangi untuk kemudian disajikan pada Valency. Cleo langsung mempersilakan Valency untuk mencicipinya dan disambut dengan senyuman gadis itu.“Jadi, boleh kami tahu apa tujuanmu datang kemari?” tanya Alex, membuat Cleo mengerutkan kening, merasa pertanyaan suaminya terkesan tajam.Oleh karena itu, cepat-cepat pria tua tersebut membenarkan. “Jangan tersinggung. Aku sangat senang karena istri cucuku mau berkunjung kemari, tetapi aku tahu bahwa kamu tidak akan data
“Valency!” ucap Felix panik. Ucapan Valency tentu saja berhasil mengejutkan semua orang tanpa terkecuali. Mereka memandang tak percaya pada Valency dan Felix secara bergantian, tak terkecuali juga Rosa yang terlihat sangat terkejut. “Omong kosong apa yang kamu bicarakan!” sergah Felix cepat, menampik ucapan Valency. Valency mendengus. “Omong kosong katamu? Ah aku sampai melupakan fakta bahwa hubungan kita memang hanya omong kosong bagimu.” “Aku lupa, kamu hanya memulai hubungan ini karena omongan Cecilia dengan tujuan memperalat kemampuanku. Itulah kenapa kamu juga bisa begitu keji memakai desain lomba yang kukerjakan selagi mengatasnamakannya sebagai desain Cecilia, lalu meraup keuntungannya untuk perusahaanmu!” sergah Valency sebelum kemudian mengepalkan tangan dengan wajah mencemooh Felix. “Kamu bahkan dengan tidak tahu malu mengikuti lomba dengan desain yang kalian curi dariku!” Lagi-lagi fakta yang dibeberkan Valency berhasil mengejutkan semua orang. Mereka menatap tak p
Keheningan menyelimuti ruang tengah kediaman keluarga besar Spencer.Melihat bagaimana Valency begitu mencintai dan mengagungkan suaminya membuat semua orang terkejut, terutama Angela dan Felix yang selama ini mengira pernikahan keduanya hanya permainan semata.Ketika mendengar ucapan Valency bahwa dirinya merupakan mantan kekasih Felix sebelum menikah dengan Jayden, Cleo dan Alex sendiri sempat berpikir pernikahan keduanya hanyalah sebuah perjanjian semata.Akan tetapi, sekarang … sepertinya gadis itu sungguh mencintai suaminya ….Selagi semua orang menatap Valency, Albert beralih menatap Felix yang masih mematung. “Apa semua yang dikatakan Valency adalah benar?” tanyanya tajam.Fe
Author's Note:saran author untuk bab kali ini adalah, tunggu bab 91 aja yang akan hadir hari Sabtu pagi jam 7 ya~--Gadis itu mengepalkan tangan. ‘Pun demikian, aku tidak akan semudah itu mundur.’“Minta maaf pada Valency!” seru Alex, membuat semua orang, termasuk Valency, terperangah. Dia kemudian menoleh pada Felix. “Kakek berbicara padamu.”Mata Felix membola. Dia tidak percaya sang kakek buyut akan memintanya melakukan hal memalukan seperti itu! Meminta maaf kepada Valency? Gadis yang menurutnya rendah!?“Kakek Buyut, aku–”“Kamu tahu Kakek tidak suka mengulang ucapan, Felix,” tegas Alex, menunjukkan bahwa dia tak ingin dibantah. Ketegasan Alex membuat tubuh Felix bergetar. Dia tahu kalau dia menolak, entah apa yang akan dilakukan oleh kakek buyutnya itu.Reaksi lama dari Felix membuat tatapan Alex semakin menajam dan dingin. “Seorang pria Spencer harus mau bertanggung jawab dan mengakui kesalahannya!”Ucapan Alex barusan berhasil menohok, bukan hanya pada Felix tetapi juga pad
Selama ini, Angela percaya dengan omongan Felix dan Cecilia yang begitu dekat dengannya. Keduanya mengatakan Valency merupakan sosok licik yang ingin menaikkan reputasi dan derajatnya dengan menggoda Felix.Akan tetapi, kenyataannya sungguh berkebalikan.Valency adalah putri dari Victoria Lambert, seorang desainer legendaris di Eden, ibu kota Evermore, idola Angela. Walau memang latar belakangnya misterius, dan tampaknya tidak berasal dari kalangan atas, tapi Valency membuktikan diri sebagai seseorang yang berkemampuan dan pekerja keras dengan hasil desainnya. Semua jelas dari hasil pengadilan.Sedangkan Felix dan Cecilia … mereka berdua malah berusaha memperalat gadis malang itu.Pengkhianatan Felix membuat Angela sakit hati. “Sampai akhir, kamu
Selamat Natal, pembaca setia! 🎄🌟Author ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan luar biasa yang telah kalian berikan sepanjang tahun ini. Semoga kalian yang merayakan maupun tidak menikmati momen indah Natal bersama keluarga dan orang terdekat.Untuk merayakan hari Natal, author jadi ambil cuti sejenak pada hari Minggu, Senin, dan Selasa. Oleh karena itu, update cerita akan kembali pada hari Rabu besok ini ya.Author berterima kasih atas pengertian dan kesabaran kalian. Jangan lupa kembali ke halaman cerita pada Rabu mendatang untuk melanjutkan perjalanan cerita Jayden dan Valency bersama!Selamat Natal, semoga kehangatan Natal senantiasa menyertai kalian semua! 🎅📖 Love, author!
Dengan cepat, Valency menoleh ke arah sumber suara yang semakin lama semakin mendekat padanya. Dari kejauhan, terlihat seorang pria berpakaian serba hitam dengan topi dan masker menutup wajahnya sedang berlari ke arah Valency. Di belakang pria tersebut, seorang pria lain berjas abu-abu sedang berlari sekuat tenaga mengejar pria tersebut. “Berhenti! Pencuri! Kembalikan tas itu!” teriak si pria berjas abu-abu dengan wajah pucat, sepertinya staminanya tidak cukup kuat untuk mengejar targetnya. Dari sudut pandang Valency, kentara jelas bahwa pemandangan di depan mata adalah adegan seorang korban yang sedang mengejar pencuri tasnya. Melihat Valency berdiri di jalannya, pencuri itu menautkan alis dan memasang wajah menyeramkan untuk mengintimidasi gadis itu. “Minggir!” teriaknya lantang. Dengan wajah kaget, Valency berusaha mengambil langkah mundur, membiarkan sang pencuri lewat. Namun, tak disangka-sangka, pencuri itu malah kehilangan keseimbangan tepat di depannya dan jatuh menabrak