Sesuai janji, ini dia chapter terbaru Istri sang CEO! Enjoy!
Memang benar, kalau bukan karena Valency, tidak mungkin pencuri itu bisa terjatuh. Lagi pula, Valencylah yang menjegal kaki pencuri tersebut! Namun, bagaimana bisa Eric mengetahui hal itu? Dengan kecepatan kaki Valency tadi, seharusnya orang normal pasti tak akan menyadarinya. ‘Terkecuali … dia adalah seorang ahli beladiri.’ Raut wajah Valency berubah terkejut. Matanya memicing, tanda waspada. ‘Aku harus segera menjauhinya,’ batin Valency seiring dia menyunggingkan senyum. “Hanya hal kecil, Tuan Eric. Tidak perlu sungkan. Saya permisi.” Dia gegas ingin berbalik dan masuk ke dalam mobil, tapi Eric bersikeras. “Nona, Nona mungkin tidak tahu, tapi barang yang hampir dicuri tadi berisi dokumen yang sangat penting. Jika saja dokumen itu hilang … perusahaanku pasti akan mengalami kerugian yang sangat besar. Jadi aku sangat berhutang budi padamu,” ucap Eric lagi. Valency menautkan alisnya. Sesuai dugaan, pria itu bukan orang biasa. Selagi Valency terdiam, Eric menambahkan, “Orang Ut
Suara deringan ponsel terdengar, getaran di atas nakas membuat Valency bergerak gelisah dan akhirnya membuka mata. Dengan raut wajah kesulitan dan bibir menggumamkan gerutuan, Valency mendudukkan diri dan meraih ponsel tersebut. Matanya masih terpejam, tapi Valency tetap mengangkat panggilan tersebut dalam keadaan setengah sadar. “Halo, dengan siapa–” “LENCYY!” Teriakan yang memekakkan telinga itu sontak membuat Valency menjauhkan ponselnya dari telinga. Kesadarannya seolah dipaksa pulih dalam hitungan detik. Saat Valency sadar dan melihat nama yang tertera di layar, ia menyadari jika yang menelepon adalah Jennita. “Apa kamu tidak bisa berbicara dengan suara yang lebih pelan, Jen?” tegur Valency dengan suara parau, khas orang yang baru saja bangun tidur. “Akhirnya kamu mengangkat teleponku juga!” sergah Jennita di seberang sana, tak mengindahkan teguran yang Valency layangkan. Sejenak pandangan Valency tertuju pada suaminya yang masih tertidur pulas. Dia pun bangkit dari ra
Valency ingin menangis. Bagaimana bisa dia lupa bahwa Jennita dan Christian juga ada di sana!?Jennita kembali berseru, “Sahabatku telah menikah dengan idolaku, dan aku adalah orang terakhir yang mengetahui hal ini! Apa menurutmu itu bukanlah hal yang penting?! Kegilaan macam apa ini!”Tanpa henti Jennita menegur Valency, membuat gadis itu menjauhkan ponsel dari telinganya sejenak.Valency mengusap telinganya yang terasa panas, lalu berusaha menyelipkan sebuah kalimat di sela omelan Jennita. “Jen … dengar dulu. Bukan seperti itu. Sebenarnya–““STOP!” teriak Jennita dari seberang sana. “Aku tidak ingin mendengar penjelasanmu melalui telepon! Kamu harus menjelaskannya secara langsung padaku, hari ini juga!”
“Bukankah pria ini ... orang yang kemarin ketemui?” ujar Valency. Dia masih ingat rahang tegas dan mata tajam itu. “Siapa namanya ... ? Eric?” gumam Valency mengingat-ingat.Karena mengenali sosok yang sedang disorot, Valency pun menekan bagian berita tersebut. Begitu headline berita muncul, kening gadis tersebut langsung berkerut dalam, menampakkan jelas ekspresi terkejutnya.[Kedatangan Presiden Direktur LuxGray ke Evermore, Bisnis atau Bukan?]“Presiden Direktur LuxGray!?” Tampak jelas jika Valency sangat terkejut mengetahui fakta tersebut. “Bukankah itu adalah perusahaan tambang terbesar di Utopia?” tanyanya. “Dan Eric … adalah presiden direkturnya?!”Mendadak kepala Valency pening s
Mendengar cerita Valency membuat Jayden tampak terkejut, tetapi dengan cepat dia kembali mengubah ekspresinya menjadi senormal mungkin dan hanya diam menyimak, memberikan kesempatan untuk Valency melanjutkan ceritanya dengan nyaman. Valency menatap Jayden lekat. “Sebelumnya, kamu dan Nenek tidak mengatakan sejauh mana kalian mengenal ibuku. Apa sekarang ... kamu bisa mengatakannya?” Jayden terdiam sejenak, lalu dia pun mempererat pelukannya pada tubuh sang istri. “Kami tahu bahwa Lambert bukanlah marga asli ibumu, melainkan marga dari ayahmu. Selain itu, kami juga tahu bahwa ibumu mengganti marganya dan kabur dari Utopia untuk menghindari keluarga aslinya, keluarga Jones.” Perlahan, mata Valency membola. Jujur, dia sudah menduga bahwa sang ibu cukup dekat dengan Cleo. Akan tetapi … tidak sedekat ini, sampai-sampai asal-usul yang sangat dipendam semasa hidup sang ibu bisa diketahui secara cuma-cuma oleh mereka. Melihat keterkejutan Valency, Jayden pun menjelaskan, “Mungkin kamu be
Jayden terdiam, berusaha memahami kisah Victoria Jones. Namun, kemudian dia menyadari ada satu hal yang masih mengganjal. “Lalu, alasan ibumu pindah ke Evermore ….” Valency mengerti maksud Jayden dan menjelaskan, “Mungkin, perhatian yang diberikan semua orang tidak semenyenangkan yang Mia kia. Karena saat Ibu menudingnya sebagai pengkhianat, wanita itu mengaku bahwa semuanya adalah rencana pamanku.” Jayden yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum sinis, sudah tak terkejut. Dalam sebuah keluarga pebisnis, tidak semuanya memiliki hati yang bersih. Kadang, sesama saudara pun hadir rasa iri yang membuat mereka saling menjatuhkan, bahkan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginan mereka. Sama seperti Richard yang terus menerus berusaha mencari titik lemahnya. Inilah sisi gelap dari kehidupan para konglomerat. “Saat mengetahui pengkhianatan pamanmu, apa ibumu memutuskan mengalah?” tanya Jayden. “Mengalah?” Valency hampir tertawa mendengar tebakan itu. “Ibuku adalah wan
Selamat Tahun Baru, pembaca semua! 😊 Gak kerasa ya kita udah lewatin setahun penuh. Perasaan terakhir kali masih terkurung di rumah karena musibah virus. Makasih banget untuk kalian semua yang sudah mengikuti author beberapa waktu belakangan ini!Di tahun baru ini, mari kita lanjutin perjalanan karakter-karakter kita, termasuk Jayden dan Valency yang super gemeshin dan bikin baper! Semoga di setiap jalinan huruf, kalian dapetin banyak pelajaran dan pesan moral yang berguna untuk kehidupans ehari-hari!Nggak cuma itu, semoga tahun baru kita ini penuh dengan petualangan baru, kebahagiaan yang melimpah, dan pencapaian yang membanggakan. Amin!!! See you di next chapter ya guys!!Cheers!!
Valency ingat bahwa dia telah kurang-lebih menghancurkan hidup Cecilia. Akan tetapi, dia tidak menyesal.Sedih untuk diakui, tapi dunia ini berjalan dengan aturan rimba. Dimakan atau memakan. Jadi, daripada dirinya ‘diterkam’ oleh Cecilia, Valency akan menghabisinya hingga ke akar. ‘Itu juga alasan aku pergi ke kediaman Spencer dan membereskan Felix …,’ batin Valency.Dalam hatinya, Valency bersyukur karena terus mengingat nasihat sang ibu untuk menjaga hak cipta desain-desainnya. Itulah alasan setiap desain yang dia ciptakan dan berikan ke Felix terdaftar di HAKI.‘Hanya kontrak tertulis yang bisa dipercaya.’ Valency mengingat pesan terakhir ibunya. ‘Mungkin … itu alasan aku merasa nyaman dengan Jayden … karena hubungan kami dilandasi … kontrak?’Kening Valency berkerut, entah kenapa merasa kenyataan tersebut menyakiti hatinya.Melihat kerutan di dahi sang istri, Jayden menyentuhkan telunjuknya di sana, membuat Valency merenggangkan otot dahinya dan menatap bingung ke arah sang suam