Hello hello! Gimana nih update terbaru istri sang CEO? Makin menegangkan gak sih? Valency dengan berani ngangkat bendera perang guyss!! Ahhh. Btw, untuk yang agak bingung kenapa Valency masih dianggap berlatar belakang tidak jelas sama semua orang, padahal ibunya udah ketahuan adalah Victoria Lambert, itu karena asal-usul Victoria Lambert sendiri belum jelas ya guys. Jadi, Valency masih dianggap sebagai anak dengan latar belakang gaje. Jangan lupa untuk komen di halaman depan buku, bab ini, sama like dan vote yaa! Hehe. Amin author bisa update bab baru lagi semakin banyak kalian komen ohoho! Ciao! Bab terbaru akan author update sekitar jam 3 hari ini sepertinya~ Ditunggu ya!
Keheningan menyelimuti ruang tengah kediaman keluarga besar Spencer.Melihat bagaimana Valency begitu mencintai dan mengagungkan suaminya membuat semua orang terkejut, terutama Angela dan Felix yang selama ini mengira pernikahan keduanya hanya permainan semata.Ketika mendengar ucapan Valency bahwa dirinya merupakan mantan kekasih Felix sebelum menikah dengan Jayden, Cleo dan Alex sendiri sempat berpikir pernikahan keduanya hanyalah sebuah perjanjian semata.Akan tetapi, sekarang … sepertinya gadis itu sungguh mencintai suaminya ….Selagi semua orang menatap Valency, Albert beralih menatap Felix yang masih mematung. “Apa semua yang dikatakan Valency adalah benar?” tanyanya tajam.Fe
Author's Note:saran author untuk bab kali ini adalah, tunggu bab 91 aja yang akan hadir hari Sabtu pagi jam 7 ya~--Gadis itu mengepalkan tangan. ‘Pun demikian, aku tidak akan semudah itu mundur.’“Minta maaf pada Valency!” seru Alex, membuat semua orang, termasuk Valency, terperangah. Dia kemudian menoleh pada Felix. “Kakek berbicara padamu.”Mata Felix membola. Dia tidak percaya sang kakek buyut akan memintanya melakukan hal memalukan seperti itu! Meminta maaf kepada Valency? Gadis yang menurutnya rendah!?“Kakek Buyut, aku–”“Kamu tahu Kakek tidak suka mengulang ucapan, Felix,” tegas Alex, menunjukkan bahwa dia tak ingin dibantah. Ketegasan Alex membuat tubuh Felix bergetar. Dia tahu kalau dia menolak, entah apa yang akan dilakukan oleh kakek buyutnya itu.Reaksi lama dari Felix membuat tatapan Alex semakin menajam dan dingin. “Seorang pria Spencer harus mau bertanggung jawab dan mengakui kesalahannya!”Ucapan Alex barusan berhasil menohok, bukan hanya pada Felix tetapi juga pad
Selama ini, Angela percaya dengan omongan Felix dan Cecilia yang begitu dekat dengannya. Keduanya mengatakan Valency merupakan sosok licik yang ingin menaikkan reputasi dan derajatnya dengan menggoda Felix.Akan tetapi, kenyataannya sungguh berkebalikan.Valency adalah putri dari Victoria Lambert, seorang desainer legendaris di Eden, ibu kota Evermore, idola Angela. Walau memang latar belakangnya misterius, dan tampaknya tidak berasal dari kalangan atas, tapi Valency membuktikan diri sebagai seseorang yang berkemampuan dan pekerja keras dengan hasil desainnya. Semua jelas dari hasil pengadilan.Sedangkan Felix dan Cecilia … mereka berdua malah berusaha memperalat gadis malang itu.Pengkhianatan Felix membuat Angela sakit hati. “Sampai akhir, kamu
Selamat Natal, pembaca setia! 🎄🌟Author ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan luar biasa yang telah kalian berikan sepanjang tahun ini. Semoga kalian yang merayakan maupun tidak menikmati momen indah Natal bersama keluarga dan orang terdekat.Untuk merayakan hari Natal, author jadi ambil cuti sejenak pada hari Minggu, Senin, dan Selasa. Oleh karena itu, update cerita akan kembali pada hari Rabu besok ini ya.Author berterima kasih atas pengertian dan kesabaran kalian. Jangan lupa kembali ke halaman cerita pada Rabu mendatang untuk melanjutkan perjalanan cerita Jayden dan Valency bersama!Selamat Natal, semoga kehangatan Natal senantiasa menyertai kalian semua! 🎅📖 Love, author!
Dengan cepat, Valency menoleh ke arah sumber suara yang semakin lama semakin mendekat padanya. Dari kejauhan, terlihat seorang pria berpakaian serba hitam dengan topi dan masker menutup wajahnya sedang berlari ke arah Valency. Di belakang pria tersebut, seorang pria lain berjas abu-abu sedang berlari sekuat tenaga mengejar pria tersebut. “Berhenti! Pencuri! Kembalikan tas itu!” teriak si pria berjas abu-abu dengan wajah pucat, sepertinya staminanya tidak cukup kuat untuk mengejar targetnya. Dari sudut pandang Valency, kentara jelas bahwa pemandangan di depan mata adalah adegan seorang korban yang sedang mengejar pencuri tasnya. Melihat Valency berdiri di jalannya, pencuri itu menautkan alis dan memasang wajah menyeramkan untuk mengintimidasi gadis itu. “Minggir!” teriaknya lantang. Dengan wajah kaget, Valency berusaha mengambil langkah mundur, membiarkan sang pencuri lewat. Namun, tak disangka-sangka, pencuri itu malah kehilangan keseimbangan tepat di depannya dan jatuh menabrak
Memang benar, kalau bukan karena Valency, tidak mungkin pencuri itu bisa terjatuh. Lagi pula, Valencylah yang menjegal kaki pencuri tersebut! Namun, bagaimana bisa Eric mengetahui hal itu? Dengan kecepatan kaki Valency tadi, seharusnya orang normal pasti tak akan menyadarinya. ‘Terkecuali … dia adalah seorang ahli beladiri.’ Raut wajah Valency berubah terkejut. Matanya memicing, tanda waspada. ‘Aku harus segera menjauhinya,’ batin Valency seiring dia menyunggingkan senyum. “Hanya hal kecil, Tuan Eric. Tidak perlu sungkan. Saya permisi.” Dia gegas ingin berbalik dan masuk ke dalam mobil, tapi Eric bersikeras. “Nona, Nona mungkin tidak tahu, tapi barang yang hampir dicuri tadi berisi dokumen yang sangat penting. Jika saja dokumen itu hilang … perusahaanku pasti akan mengalami kerugian yang sangat besar. Jadi aku sangat berhutang budi padamu,” ucap Eric lagi. Valency menautkan alisnya. Sesuai dugaan, pria itu bukan orang biasa. Selagi Valency terdiam, Eric menambahkan, “Orang Ut
Suara deringan ponsel terdengar, getaran di atas nakas membuat Valency bergerak gelisah dan akhirnya membuka mata. Dengan raut wajah kesulitan dan bibir menggumamkan gerutuan, Valency mendudukkan diri dan meraih ponsel tersebut. Matanya masih terpejam, tapi Valency tetap mengangkat panggilan tersebut dalam keadaan setengah sadar. “Halo, dengan siapa–” “LENCYY!” Teriakan yang memekakkan telinga itu sontak membuat Valency menjauhkan ponselnya dari telinga. Kesadarannya seolah dipaksa pulih dalam hitungan detik. Saat Valency sadar dan melihat nama yang tertera di layar, ia menyadari jika yang menelepon adalah Jennita. “Apa kamu tidak bisa berbicara dengan suara yang lebih pelan, Jen?” tegur Valency dengan suara parau, khas orang yang baru saja bangun tidur. “Akhirnya kamu mengangkat teleponku juga!” sergah Jennita di seberang sana, tak mengindahkan teguran yang Valency layangkan. Sejenak pandangan Valency tertuju pada suaminya yang masih tertidur pulas. Dia pun bangkit dari ra
Valency ingin menangis. Bagaimana bisa dia lupa bahwa Jennita dan Christian juga ada di sana!?Jennita kembali berseru, “Sahabatku telah menikah dengan idolaku, dan aku adalah orang terakhir yang mengetahui hal ini! Apa menurutmu itu bukanlah hal yang penting?! Kegilaan macam apa ini!”Tanpa henti Jennita menegur Valency, membuat gadis itu menjauhkan ponsel dari telinganya sejenak.Valency mengusap telinganya yang terasa panas, lalu berusaha menyelipkan sebuah kalimat di sela omelan Jennita. “Jen … dengar dulu. Bukan seperti itu. Sebenarnya–““STOP!” teriak Jennita dari seberang sana. “Aku tidak ingin mendengar penjelasanmu melalui telepon! Kamu harus menjelaskannya secara langsung padaku, hari ini juga!”