Beranda / CEO / Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku / Bab 4 – Aku Suamimu, Kamu Istriku

Share

Bab 4 – Aku Suamimu, Kamu Istriku

Penulis: Creative Words
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-11 14:16:07

Di saat kekhawatiran Cecilia mencapai puncak, Valency pun menjawab dengan senyuman tipis, “Aku dikejutkan oleh Dekan yang mengabarkan kalau beasiswa tingkat lanjutan yang kuajukan disetujui. Akhirnya, aku pun harus kembali ke kampus untuk mengurus berkas-berkasnya.”

Mendengar itu, Cecilia memaki dalam hati, ‘Sial, kukira apa … ternyata beasiswa bodoh saja!’ Namun, di depan Valency, Cecilia memaksa untuk bersikap senang. “W-wah, selamat ya, Lency!”

Tampak senyuman Cecilia agak canggung karena sebelumnya memang sempat terkejut.

Sudut bibir Valency terangkat semakin tinggi. “Kamu kenapa ketakutan begitu? Seperti habis tertangkap basah selingkuh saja.”

Ucapan Valency membuat sekujur tubuh Cecilia menggigil, jantungnya berdebar kencang. Gadis itu pun tertawa palsu kepada Valency.

“Apa sih Lency? Bercandamu ada-ada aja,” balas Cecilia. Dia dengan cepat mengalihkan topik. “Syukur deh kamu dapat beasiswa itu. Tapi sayang ya, kamu jadi gak rayain hari jadian sama sekali kemarin?” 

“Ya begitulah. Sepertinya Felix juga sibuk, dia bahkan belum menghubungiku sejak kemarin,” jawab Valency dengan wajah sedih.

Cecilia menepuk-nepuk bahu Valency. “Tenanglah, mungkin dia sibuk mengurus sesuatu.” Dalam hatinya, gadis itu malah tertawa mengejek. “Ya, Felix kemarin memang sibuk berada di antara pangkal pahaku.”

Dengan puas, Cecilia menertawakan kebodohan dan kenaifan Valency dalam hatinya. 

Dari pertama kali melihat Valency, Cecilia sudah tahu betapa mudahnya gadis berpenampilan lugu itu diperalat. Menyendiri dan tak punya teman, juga tidak ada rumah yang dikunjungi sewaktu libur panjang. Kentara sekali Valency adalah seorang yatim-piatu dengan latar belakang rendahan yang kurang perhatian.

Orang seperti ini … kalaupun pintar dan bertalenta, akan lebih baik digunakan sebagai alat mendongkrak reputasi! Itulah alasan Cecilia mengenalkannya kepada Felix agar mereka bisa puas menggunakan Valency seperti sekarang!

Selagi memuji kepintaran dirinya karena bisa merencanakan hal seperti itu, ponsel Cecilia mendadak bergetar. Melihat siapa yang mengirimkan pesan, Cecilia pun tersenyum lebar.

“Kalau begitu aku pergi dulu ya. Aku ada janji belajar bersama dengan temanku.” Cecilia melambaikan buku catatan Valency. “Buku ini kupinjam dulu!”

Tanpa menunggu jawaban, Cecilia langsung melenggang keluar dari kamar. Valency melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan, tak lupa juga menyertakan senyum manis. 

Begitu Cecilia pergi sepenuhnya, senyum palsu Valency seketika luntur terganti dengan wajah datar dan tatapan dingin. Dia keluar kamar dan melangkah ke jendela lorong asrama yang langsung menyajikan pemandangan parkiran. 

Beberapa menit menunggu, Valency bisa melihat Cecilia berlari keluar asrama dan masuk ke dalam sebuah mobil yang sudah menunggu. Samar-samar dari kaca depan yang tembus pandang, tampak Cecilia memeluk Felix yang sejak tadi menunggunya. Bahkan dengan tak tahu malu mereka sempat saling bertukar kecupan mesra, tak memperdulikan orang-orang lewat yang bisa melihat. 

Mata Valency menyapu pemandangan di sekitar keduanya, menyadari tidak ada orang lain yang terganggu dengan kemesraan keduanya, bahkan dia melihat salah satu teman kelasnya menyapa Felix dan Cecilia dengan ramah dari jendela yang terbuka. 

Kini, Valency sadar bahwa semua orang sudah tahu tentang hubungan dua orang di bawah sana. Hanya dialah yang berperan sebagai manusia bodoh selama ini!

Seraya menghela napas panjang, Valency pun berbalik kembali ke kamar. Pancaran matanya menggambarkan aura gelap yang sangat kenal, siap menebas semua orang yang memperalat dan merendahkannya.

Tenanglah, Valency. Pembalasanmu akan segera dimulai.

**

Usai membereskan barang-barangnya dan memastikan tak ada yang tertinggal, Valency keluar dari asramanya. Tidak lupa dia mengurus berkas keluar asrama dan mengembalikan kunci kamarnya pada kepala asrama.

Setelah memanggil taksi dan masuk ke dalamnya, Valency pun berkata, “Ke alamat ini ya, Pak.” Dia menunjukkan alamat rumah Jayden kepada sopir. 

“Siap, Nona.”

Baru saja menyandarkan punggung di kursi mobil, sebuah pesan diterima oleh Valency.

[Masih lama?]

Itu dari Jayden!

[Dalam perjalanan.]

Valency membalas pesan pria itu.

[Oke.]

[Hati-hati.]

Dua kata yang dikirimkan pria itu membuat Valency agak terkejut. 

‘Hati-hati’.

Dua kata perhatian sederhana yang tidak pernah sebelumnya didapatkan Valency dari pria mana pun, termasuk Felix.

Pandangan Valency pun melembut dan dia mulai mengetik.

[Ya, terima kasih.]

Ah, itu terlihat aneh. Hapus.

[Kamu juga.]

Itu juga aneh! Hapus!

Merasa tidak ada kalimat yang cocok untuk membalas Jayden, Valency pun menutup ponselnya sembari menggigit bibir dan memilih tidak membalas.

Jarak antara asrama menuju alamat yang dikirimkan Jayden memakan waktu sekitar empat puluh menit. Saat tiba di depan gerbang perumahan itu, taksi Valency dihentikan.

“Ingin ke mana?” Seorang security bertanya.

Valency pun menurunkan jendela dan menunjukkan sebuah alamat. “Ke sini, Pak.”

Melihat alamat itu, sang security terkejut, lalu dia menatap Valency dengan wajah bertanya-tanya. “Nona, bisa nyatakan tujuan Anda ke alamat ini?”

Kening Valency berkerut mendengar pertanyaan itu. Namun, menganggap itu adalah prosedur keamanan perumahan tersebut, dia pun menjawab, “Itu rumah suami saya, Tuan Jayden Spencer.” Khawatir sang security tidak percaya, Valency menunjukkan kartu akses rumah Jayden yang ada di tangannya. “Ini buktinya.”

Melihat kartu akses yang ditunjukkan Valency, security tersebut langsung menegapkan tubuhnya dan berkata, “S-saya mengerti. Silakan lewat, Nona.”

Valency pun tersenyum dan berterima kasih. Taksi yang ditumpanginya pun kembali berjalan.

Tanpa Valency ketahui sang security masih saja kebingungan. ‘Tuan Muda Keluarga Spencer yang dingin itu baru saja menikah?! Ini berita besar!

Melewati gerbang, Valency agak kaget mendapati rentetan rumah mewah di sepanjang penglihatannya. Sekali lihat, gadis itu tahu jika orang-orang yang tinggal di perumahan ini adalah orang-orang dari kalangan elite. Tidak heran keamanannya begitu ketat.

“Sudah sampai, Nona,” ucap sopir taksi kala mencapai alamat yang dituju Valency. Dalam hati sang sopir taksi, dia terkagum gadis berpakaian sederhana itu ternyata adalah nyonya dari rumah besar di depan mata.

Bersamaan dengan Valency yang turun dari taksi, pintu pagar di hadapannya juga terbuka dan memperlihatkan Jayden yang menunggu di depan teras. Pria itu langsung menghampiri Valency sementara sopir taksi mengeluarkan koper gadis tersebut dari bagasi. 

“Hanya ini barangmu?” tanya Jayden memastikan, melihat Valency yang hanya membawa sebuah koper kecil saja. 

Valency tersenyum kecil diikuti anggukan kecil. “Iya. Aku tidak punya banyak barang,” jawabnya. Dalam hati, gadis itu menambahkan, ‘Lebih tepatnya, tidak punya banyak uang untuk membeli barang.” 

Jangankan untuk membeli barang baru, selama ini untuk makan saja Valency harus bekerja paruh waktu selain melakukan magang. 

Jayden terdiam, pria itu tahu apa yang ada di pikiran Valency. Namun, dia tidak akan mengatakan apa pun agar gadis itu tidak merasa tersinggung.

“Berapa, Pak?” tanya Valency pada sopir taksi yang membawanya. 

“Aku saja,” ucap Jayden memotong Valency yang hendak membayar. Dia segera membuka dompetnya dan mengeluarkan uang ratusan ribu, memberikannya pada sopir taksi. 

Menerima uang sebanyak itu, sang sopir taksi terbelalak. “T-Tuan, ini terlalu banyak.”

“Ambil saja lebihnya. Itu hadiah karena sudah mengantar istri saya dengan selamat,” balas Jayden seraya meraih koper Valency. “Ayo masuk,” ajaknya. 

Valency yang agak tercengang dengan ucapan Jayden tidak sempat bereaksi saat pria itu meraih kopernya. Saat sadar, dia buru-buru mengejar Jayden.

“A-aku bisa bawa sendiri.” Gadis tersebut hendak merampas kopernya dari tangan Jayden, tetapi dengan cepat pria itu menjauhkannya dari jangkauan Valency. 

“Kamu istriku. Sebagai suami, sudah tugasku membantumu dalam hal seperti ini.”

Kedua pipi Valency seketika memerah, hatinya menghangat mendengar ucapan Jayden. Perhatian asing yang tak pernah dia dapatkan bahkan dari Felix yang selama ini berpacaran dengannya membuat gadis itu merasa agak canggung. 

Pandangan Valency menatap lurus pada punggung Jayden yang telah berjalan masuk mendahuluinya dengan mengangkat koper di tangan kanannya. 

Selagi Valency menatapnya, Jayden yang telah sampai di teras rumahnya pun berbalik saat tak mendapati keberadaan Valency di sebelahnya. Menemukan istri barunya itu terbengong di luar, Jayden menautkan alis.

“Kenapa diam saja?” panggil pria itu membuat Valency tersentak. “Kemari.”

Titah itu membuat Valency berlari kecil menghampiri Jayden. Hal tersebut entah kenapa membuat gadis tersebut tampak seperti kelinci yang sedang menyusul induknya.

Tanpa sadar Jayden tersenyum, hanya untuk sekilas, sebelum akhirnya ekspresi pria itu kembali datar dan dia meraih tangan Valency untuk menggenggamnya. 

Mulanya Valency terkejut, tetapi dia kemudian mendengar Jayden berkata, “Jangan tertinggal lagi.”

Alhasil, Valency hanya bisa menganggukkan kepala dengan wajah merona sembari berjalan bersama Jayden di sisinya.

Creative Words

Aduh duh duh ... Tuan Jayden ... jangan sweet sweet dong. Kulipet juga nih bumi :") Terima kasih sudah baca sampai akhir! Semoga suka dengan karya ini! Kalau kalian suka, jangan lupa untuk berikan like, vote, dan comment yaa! Biar author tahu tanggapan kalian terhadap karya ini, terima kasih!

| 99+
Komen (12)
goodnovel comment avatar
Aleisa Nirmala
permulaan yg sweet........
goodnovel comment avatar
Rindi Rian Dita
aduuuuhhh gemeeeezzzzz.. awal2 udh gini...
goodnovel comment avatar
Alexander Natanael Gianto KM
ini yang harus kasih komentar, sebaiknya para wanita...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 5 — Jangan Menolak

    Sejak Valency memasuki rumah Jayden, dia tak bisa berhenti berdecak kagum pada segala hal yang dilihatnya. Sepanjang mata Valency memandang hanya ada kemewahan yang elegan, tidak terlalu mencolok dan norak menurut Valency. Dari melihat isi rumahnya saja Valency bisa tahu bahwa Jayden adalah penikmat seni. Apalagi melihat foto-foto yang terpajang di dinding memiliki bingkai khusus yang belum pernah Valency lihat. Sepanjang sisi bingkainya dihiasi batu permata yang indah. Jayden yang menyadari tatapan berbinar Valency dan ketertarikannya pada bingkai-bingkai di rumahnya membuat Jayden tersenyum tanpa sadar. “Bingkai-bingkai itu semuanya dibuat khusus dan edisi terbatas dari Diamant Corp, biasanya diberikan ke pelanggan VIP sebagai hadiah,” ucap Jayden menjelaskan. “Bagaimana menurutmu? Bagus?” Valency menoleh, mengangguk penuh semangat. “Sangat bagus dan indah!” ucap Valency menggebu-gebu. “Kamu suka?” tanya Jayden lagi. Lagi-lagi Valency menjawabnya dengan anggukan penuh sem

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 6 – Cemburu

    Dengan sepasang manik hitam yang menghipnotis berada di hadapannya, Valency tak elak menelan ludah. Aroma maskulin tubuh Jayden yang mengurung dirinya membuat darah gadis itu berdesir. Jantung yang berdebar cepat membuat napas Valency agak sesak. “Lency? Kamu masih mendengarku ‘kan? Lency!” Kali ini suara Felix berhasil membuyarkan keterkejutan Valency, buru-buru dia menormalkan ekspresi wajahnya dan memalingkan pandangannya dari Jayden. “A-ah iya. Aku akan datang ke sana besok, tenang aja.” “Jangan besok! Bagaimana kalau hari ini sa—” Belum sempat Felix menyelesaikan ucapannya, Jayden sudah lebih dulu merampas ponsel itu dari tangan Valency dan mematikan panggilan mereka secara sepihak. Gerakan Jayden yang secepat kilat membuat Valency tak punya kesempatan untuk mengelak. Sementara Itu, di sisi lain, Felix yang mengira panggilannya dimatikan oleh Valency merasa harga dirinya tersentil. Tangannya memukul kesal setir mobil. “Sial! Kamu kira kamu siapa sudah berani mematikan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 7 – Malam Pertama

    Selesai mandi, Valency turun ke lantai bawah dan masuk ke ruang makan. Dia melihat sosok Jayden yang menunggu sembari memerhatikan tablet kerjanya. “Maaf. Aku takut membuatmu menunggu lama.” Suara Valency membuat Jayden mengangkat pandangan dan menyingkirkan kerjaannya. “Duduklah.” Valency menatap bingung deretan kursi yang begitu banyak. Di mana dirinya harus duduk? “Duduklah di sebelahku,” ucap Jayden seakan bisa membaca pikiran gadis tersebut. Valency mengangguk, menarik kursi di sebelah kanan Jayden, lalu duduk di sana. Selagi menunggu para pelayan menghidangkan makanan, Valency diam-diam curi pandang ke kanan. Dari jarak sedekat ini, dia baru sadar bahwa ada yang beda dengan penampilan Jayden. Tanpa balutan kemeja dan jas formal seperti sebelumnya, Jayden terlihat lebih segar dan santai dengan kaos putih sederhana beserta celana jogger hitam. Rambut setengah kering pria itu entah kenapa membuat penampilan Jayden lebih muda dibandingkan biasanya. Kalau ada orang yang mel

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 8 – Mimpi Buruk

    “Mmh … ahh!” Suara decakan lidah yang bercampur desahan memenuhi ruangan. Punggung Valency menempel di dinding, sedangkan dadanya menempel dengan dada bidang Jayden. Tidak ada lagi jarak di antara mereka, bahkan bibir mereka tengah sibuk berpagutan panas dan mengecap rasa satu sama lain. “Jayden … Jayden hentikan ….” Permintaan itu terlontar dari bibir Valency ketika dirinya merasakan tangan pria itu menelusup masuk ke dalam bajunya, membuat lenguhan Valency terdengar semakin keras. “Perempuan murahan! Aku tidak mengira kamu serendah itu sampai bisa jual diri!” Suara tawa diikuti cacian membuat Valency membuka mata. Dia menoleh cepat dan melihat sosok Felix yang berdiri selagi menatapnya dengan wajah merendahkan. “Berkali-kali memintamu untuk melakukannya, kamu malah menolak. Sekarang, kamu malah melebarkan kedua kakimu untuk seorang asing dengan sukarela? Kenapa? Apa yang pria itu berikan untukmu? Uang? Harta? Atau mungkin … bantuan untuk balas dendam?” Seringai Felix dan t

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 9 – Jayden dan Felix?!

    “Felix ...!” ringis Valency kesakitan, memberontak kecil dan berusaha melepaskan cengkraman Felix pada pergelangan tangannya yang sangat erat. Tangan besar Felix berbanding terbalik dengan pergelangan tangan Valency yang kurus, membuat Valency kesusahan terlepas dari genggaman pria itu. Tenaga mereka tak sebanding. “Dari mana saja hah?! Jangan berani bermain-main denganku, Lency! Kamu tahu sendiri akibatnya karena telah membuatku marah,” ancam Felix, matanya menggelap menatap Valency penuh amarah. Genggamannya semakin mengerat seiring dengan emosinya yang meledak-ledak. “L-lepaskan tanganku, Lix.” Ringisan kesakitan Valency membuat Felix tersadar jika yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan. Sontak tangannya melepaskan cengkraman pada Valency, membuat Valency buru-buru menarik tangannya dan mengelus bekas kemerahan yang terlihat jelas melingkar. ‘Sial, jika tangannya terluka, dia tidak akan bisa aku manfaatkan mengerjakan desain lagi,’ batin Felix merutuki dirinya. Felix

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 10 – Selingkuh di Publik?!

    ‘Mungkinkah … mungkinkah Jayden telah mengenal dekat Felix dan mereka sebenarnya bekerja sama untuk menjebakku?!’ Sesaat berpikir, Valency berujung menggelengkan kepalanya. Seharusnya tidak demikian. Seorang Jayden Spencer mati-matian ingin menjebaknya sampai menjadikan status pernikahannya sebagai permainan? Kenapa? Atas dasar apa? Ada dendam apa di antara mereka? Hanya untuk membantu Felix? Seharusnya Jayden tidak sedermawan itu, bukan? Namun, satu ucapan sang ibunda di masa lalu membuat Valency waspada. ‘Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Valey.’ Menepiskan semua itu dan berusaha tegar, Valency kembali berjalan menghampiri kedua pria tersebut. Sementara itu, Felix yang sedang sibuk mengobrol dengan Jayden tak sengaja menangkap sosok perempuan dengan pakaian yang cukup mencolok, sangat indah dan menarik perhatiannya di antara ratusan tamu lainnya. Tanpa sadar dia terpaku di tempat, tak menjawab pertanyaan yang dilayangkan Jayden. Matanya seakan dikunci melihat pada

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 11 – Yakin Bisa Bertahan Sampai Akhir?

    Pertanyaan yang dilayangkan Valency dengan cukup lantang dan nada dipenuhi amarah berhasil mengundang perhatian dari sejumlah tamu. Sebagian besar dari mereka menghentikan kegiatan dan berlomba-lomba untuk melihat apa yang terjadi. Bisikan-bisikan cemoohan mulai terdengar dari para tamu. Ada yang menatap jijik pada Felix dan Cecilia, ada pula yang menatap kasihan pada Valency. “Bukankah itu putri tunggal dari keluarga Owen, Cecilia Owen? Apa dia berselingkuh dengan kekasih orang lain sampai membuat gadis itu terlihat sangat marah?” “Astaga, mereka memalukan sekali! Bagaimana bisa mereka menodai acara yang penting ini?” Celetukan-celetukan pedas penuh hinaan membuat Felix tak mampu lagi mengangkat wajah, dia hanya menunduk dengan wajah memerah malu sekaligus marah karena perbuatan Valency membuat mereka disudutkan. Tak jauh dari tempat mereka, ada sepasang mata yang tak mengalihkan pandangannya sejak tadi, menonton drama yang sedang berlangsung. Jayden duduk di kursinya denga

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 12 – Lantas, Kenapa Bisa Sama?

    “Baiklah tamu undangan kami yang terhormat, sebentar lagi kami akan menampilkan karya-karya jenius dan luar biasa milik para peserta kami. Saksikanlah dan berikan penilaian kalian!” Suara pembawa acara membuat perasaan marah dan dongkol Felix tergantikan dengan perasaan panik. Apalagi karena peserta pertama telah dipanggil naik untuk mempresentasikan karya mereka. “Bagaimana ini ... sebentar lagi giliran kita dan di depan sana ada Lency yang menonton,” gumam Cecilia panik. “Dia bisa saja kembali membuat keributan saat melihat karya kita dan membuat kita bertambah malu. Aku tidak ingin kembali dicemooh orang-orang, Lix!” Felix menggelengkan kepala. “Tidak, Valency bukan orang yang seperti itu.” Dia menambahkan, “Paling dia hanya akan menggerutu setelah lomba selesai.” Cecilia mendelik kesal. “Oh wow. Sepertinya kamu sangat mengenal kekasihmu itu, ya? Apa jaminannya dia tidak akan membuat kita malu lagi di hadapan tamu penting lainnya? Reputasi keluargaku akan benar-benar hancur ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 252 - Jebakan?

    "Kecelakaan itu. Jangan bilang ... kalau ada hubungannya dengan adikmu?"Poin pertama. Lalu Verena menggali lagi ingatannya yang tidak terlalu jauh, tentang ucapan Keith sebelum ini.Adik tirinya itu kesal karena Verena tidak bisa dihubungi. Namun, kalimatnya menunjukkan bahwa pertengkaran dengan Kimberly karena provokasi Verena adalah sebuah kelanjutan dari kecelakaan beberapa waktu yang lalu.Ya. Verena tidak salah.Keith yang tidak menjawab pun sudah merupakan jawaban yang jelas untuk Verena."Begitu." Verena mengangguk. Sampai pada sebuah kesimpulan.Pantas saja. Mencari tersangka kasus tabrak lari seharusnya tidak sulit, apalagi untuk keluarga berkuasa seperti Miller. Namun, itu jika memang pelakunya orang biasa yang kedudukannya di bawah keluarga Miller.Apabila kedudukan pelaku setara dengan keluarga Miller atau lebih tinggi, hasilnya hanya akan ada dua; pihak Verena akan kesulitan mencari tersangka atau ia bisa menemukannya, tapi tidak bisa melakukan apa pun.Apakah itu berart

  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 251 - Kedatangan Keith

    Ketika Verena sampai di rumah yang ia huni hanya dengan seorang asisten rumah tangga, rupanya Keith tengah menunggu di ruang tamu."Dari mana saja?" Pria itu bertanya. Keith kemudian berdiri dan menghampiri Verena.Ekspresi pria itu tampak kesal dan terusik, yang Verena duga karena Keith sudah menunggu lama di sana."Rumah Ashton. Kenapa?" tanya Verena kembali. "Kamu kapan datang?"Keith berdecak kesal. Bibirnya cemberut dengan sangat kentara, sama sekali tidak menyembunyikan perasaannya. "Ponselmu mati?" Adik tiri Verena itu kembali bertanya.Mendengar itu, Verena mengeluarkan ponselnya yang memang sudah tidak bisa dinyalakan."Ah, iya. Kamu menghubungiku?" Verena melangkah ke tengah ruang tamu. "Ada apa? Soal pekerjaan?"Tidak ada jawaban dari Keith sampai-sampai Verena harus kembali fokus pada sang adik itu."Kalau mau merajuk, jangan sekarang, Keith," ucap Verena.Selain dengan Ashton, hubungan Verena dan Keith bisa dibilang tidak buruk. Apalagi memang kadang mereka bertemu dan s

  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 250 - Perasaan Verena pada Eric

    "Verena. Jawab aku. Apakah kamu tertarik pada pria itu?"Verena tertegun. Selain karena pertanyaan Ashton, ekspresi kakak sepupunya yang tampak serius itu membuatnya bertanya-tanya.Kenapa pria itu bertanya demikian?"Jangan mengada-ada, Ash." Verena akhirnya merespons, tanpa menjawab pertanyaan Ashton."Siapa yang mengada-ada?" sahut Ashton. "Aku hanya bertanya.""Kenapa bertanya seperti itu? Aku dan dia tidak ada apa-apa.""Bukan itu yang kutanyakan, Ve. Tapi apakah kamu tertarik pada Eric Gray itu."Verena cemberut. Kepalanya mendadak sakit sebelah.Ia baru saja lolos dari Eric yang suka mendebat dan membuatnya sakit kepala. Verena tidak mau interaksinya dengan Ashton juga menyusahkan dirinya seperti ini.Tapi merajuk hanya akan membuatnya seperti anak kecil. Sekalipun hubungan Verena dan Ashton sekarang sudah membaik, ia tidak mau dianggap remeh oleh kakak sepupunya itu.Apalagi dimanjakan.Karenanya, Verena akhirnya berkata, "Dibandingkan tertarik, aku lebih ke menjaga hubungan b

  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 249 - Apakah Kamu Tertarik Padanya?

    "Alamat ini...." Eric mengernyit membaca alamat itu. Selama beberapa saat ia terdiam, sebelum kemudian bertanya, "Rumahmu?" Pria itu mengenali alamat itu sebagai kawasan perumahan elit tidak jauh dari rumahnya. "Apakah itu penting?" Verena justru balik bertanya. Eric berdecak pelan. "Kenapa kamu sulit sekali langsung menjawab pertanyaanku, hm?" katanya. "Apakah kamu suka sekali berdebat denganku?" Verena memutar bola matanya. "Itu kediaman asistenku." Wanita itu akhirnya menjawab. "Oh. Pria itu?" "Hm." "Ada urusan apa?" "Lebih baik kamu mulai menjalankan mobilnya sebelum kutendang keluar, Eric Gray." Nada suara Verena sudah mulai terdengar kesal, tidak lagi datar. Dan itu membuat Eric terkekeh. Memancing reaksi wanita ini selalu menyenangkan. Dengan sigap, ia menjalankan mobilnya sesuai rute yang disarankan oleh GPS. Obrolan di dalam mobil tidak sepenuhnya berlangsung dua arah karena Verena selalu menjawab dengan singkat, seperti memang sengaja memutus pemb

  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 248 - Kemenangan Kecil

    "Kenapa kamu selalu memaksa?""Karena kamu selalu kabur, Verena.""Itu berarti aku tidak nyaman, Eric Gray. Apakah untuk hal yang seperti ini saja, aku harus mengatakannya keras-keras?"Pada akhirnya, Verena mengatakan itu karena tidak punya alasan lain untuk menolak.Eric terdiam menatapnya. Sorot mata biru itu entah kenapa mengingatkan Verena pada pagi ketika pria itu melamarnya mendadak.Verena jadi merasa seperti ia telah melukai seekor anak anjing lucu yang tidak bersalah."Maksudku--"Akan tetapi, sebelum Verena meralat atau melembutkan maksud ucapannya, sorot mata terluka itu kembali berubah tajam."Bukankah seharusnya kamu tahu, bahwa satu kali penolakan itu membuatku berusaha lebih keras untuk mendapatkan apa yang kumau?" Eric berkata. "Masa aku harus mengatakan ini keras-keras, Nona Miller?"Verena mendengus. "Ya sudah, usaha saja besok. Hari ini cukup, biarkan aku sendiri.""Oh?" Eric tertawa kecil, lalu mengangkat tangannya. Seperti akan menyerah."Lalu bagaimana dengan pe

  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 247 - Permohonan Maaf

    "Mau ke mana kamu!? Kembali ke sini, Verena! Hadapi aku!"Verena berpikir bahwa itu adalah ocehan biasa atau sekadar gertakan kosong dari adik tirinya. Menganggap bahwa Kimberly akhirnya gila karena dibakar cemburu buta.Ia sama sekali tidak menyangka kalau setelahnya, Eric Gray akan bergerak cepat menarik tubuh Verena dan membawanya beberapa jengkal lebih jauh sebelum kemudian terdengar suara pecahan kaca beradu dengan lantai, tak jauh darinya."Astaga, Kimberly!""Eric! Kamu baik-baik saja!?"Teriakan dari dua wanita paruh baya di sana terdengar hampir bersamaaan.Sementara itu, pandangan Verena terjatuh pada pecahan kaca tak jauh darinya. Ada beberapa yang kemudian terlempar dan menggores sisi kakinya yang tidak tertutup sepatu.Jika saja Eric tidak menolongnya, lemparan gelas itu pasti mengenai kepala Verena.Ah, iya, Eric--"Perempuan gila," bisik Eric, yang bisa didengar Verena dengan jelas.Nyaris saja ia berpikir kalau sebutan itu tertuju padanya. Apalagi karena kedua tangan E

  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 246 - Penolakan Kimberly

    "Apakah itu mengubah kenyataan bahwa wanita itu adalah putri Tuan Aster Miller?"Semuanya terdiam dengan ucapan Eric Gray."Eric." Beatrice Gray menghela napas. Hatinya merasa dongkol karena ini jauh dari rencananya. Ia tidak ingin keponakan tampannya yang menjanjikan ini harus terjebak dengan putri tiri sahabatnya yang tidak ia sukai. "Jangan mengada-ada. Kita di sini--""Untuk mempererat hubungan dua keluarga, bukan, Bibi? Aku paham." Eric mengangguk. itu kemudian menoleh pada Verena."Duduklah. Ini ada kaitannya denganmu," ucap Eric setelahnya. Menyadarkan Verena.Wanita itu baru saja mencatat dalam kepalanya kalau kegilaan Eric Gray sudah naik satu tingkat."Aku ada urusan lain." Kali ini, ucapan Verena tidak terdengar formal seperti tadi. "Silakan lanjutkan makan malamnya. Aku permisi.""Kamu yakin?" Eric kembali berkata. "Apa pun keputusan yang kuambil, kamu setuju?"Verena tertawa kecil. "Eric," balasnya. "Buka matamu. Di sini, aku sependapat dengan semua orang kecuali kamu."

  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 245 - Putri Keluarga Miller

    "Makan malamlah denganku sebelum kamu pulang."Kalimat dari sang ayah itu lebih terdengar seperti titah bagi Verena, alih-alih ajakan atau ungkapan keinginan.Meski begitu, Verena tidak ragu untuk menolak."Saya lebih nyaman makan di rumah.""Ini rumahmu juga."Verena diam sejenak, mengatur kata-kata yang ingin langsung keluar dari bibirnya agar terdengar lebih sopan.Tapi gagal.Pada akhirnya, wanita itu tetap berkata, "Saya tidak merasa demikian."Untungnya, Aster Miller tidak lagi melarang ataupun meminta aneh-aneh pada Verena selain makan malam. Pria itu hanya menyampaikan bahwa kondisi Ashton sudah membaik, jika Verena belum tahu. Dan pria itu sudah bisa kembali bekerja minggu depan.Setelah itu, sang ayah melanjutkan jika mereka harus makan bertiga saat Ashton sudah kembali bertugas. Kali ini, Aster dengan jelas menggunakan alasan pekerjaan.Sepertinya keinginan Aster Miller untuk membuat Verena makan dengannya sangat kuat.Jika saja Verena tahu, mungkin Verena akan menyanggupin

  • Menjadi Ibu Tiri Mantan Kekasihku   Bab 244 - Miller yang Kuinginkan

    "Balas pesanku." Setelah terdiam beberapa saat, Verena lebih memilih untuk bereaksi biasa."Selamat malam, Tuan Gray. Saya tidak menyangka akan bertemu Anda di sini," ucap Verena sembari tersenyum sopan.Ia sama sekali tidak menyinggung perihal pesan teks ataupun rumah sakit ataupun malan malam bersama tempo hari.Sementara itu, Eric menatapnya dalam diam. Manik birunya bergerak memindai wajah Verena dengan saksama.Masih ada plester luka kecil di sudut pelipisnya. Namun, selain itu, wanita keras kepala di hadapannya tampak baik-baik saja."Aku sendiri terkejut kamu ada di sini," balas Eric kemudian. Perhatiannya tertuju lurus pada Verena tanpa menggubris keberadaan bibi dan keluarga tiri Verena. "Tapi, ini merupakan kejutan yang menyenangkan."Verena menanggapinya dengan sopan sebelum undur diri."Mohon maaf, Tuan Miller sudah menunggu. Permisi."Wanita itu melirik pada pandangan penuh permusuhan dari Olivia dan Kimberly, tapi tidak terlalu memusingkan ataupun membalasnya. Verena ha

DMCA.com Protection Status