Mendengar itu, Valency pun hanya bisa menghela napas. “Jangan pernah masuk ke dalam penjara karena diriku, kau mengerti? Kalau memang aku jalan di jalan yang salah, kamu harusnya membawaku ke jalan yang benar.”Jayden hanya terdiam. Tidak mengiyakan, tidak juga menolak.Kemudian, Valency teringat satu hal. “Apa kamu menyalahkanku atas beberapa hari ini?” Jayden terdiam sejenak. “Sedikit.”Sontak saja jawaban Jayden mengundang gelak tawa Valency. Sudut matanya sampai berair. “Kenapa kamu begitu jujur?” ucap Valency diakhiri tawa kecil. “Tidak takut kita bertengkar lagi?”Melihat istrinya tertawa membuat perasaan Jayden menghangat, tatapannya semakin lembut dan berkata, “Karena hanya kebenaranlah yang ingin aku suguhkan padamu,” ucap Jayden. “Dan aku terlalu mengenalmu untuk tahu bahwa kamu membenci kebohongan.”Hal itu membuat Valency terdiam sejenak, sudut bibirnya tertarik membentuk senyum lembut. Seperti ada sentilan halus yang membuat Valency sadar bahwa beberapa hari ini dia kur
Kedua mata Valency terbelalak mendengar kesimpulan dari cerita Jayden yang membenarkan tebakan di dalam kepalanya. Padahal awalnya dia hanya mengira jika tebakannya salah dan nama belakang wanita itu hanya kebetulan mirip. Namun ternyata ... wanita seksi yang sempat dicemburuinya beberapa jam lalu adalah bibinya sendiri. “Ada satu hal lagi yang ingin aku beritahu padamu,” ucap Jayden membuyar lamunan Valency.Membuat Valency kembali bersiap-siap, entah kejutan apalagi yang ingin suaminya itu katakan padanya. Hari ini dia terlalu banyak mendengar kejutan yang membuatnya pusing tiba-tiba. “Selain pemilik dari VJ Studio tempatmu bekerja, Viona Jones juga sekarang menduduki kursi sebagai pewaris sah dari Jones Group,” ucap Jayden. Kening Valency mengernyit, merasa aneh dengan informasi tersebut. “Tunggu ... bukannya pewaris dari Jones Group seharusnya adalah Vincent Jones?!” tanya Valency, jelas ia terkejut karena informasi tersebut berbeda dari yang diceritakan ibunya dulu. Sebagai
Valency terkejut. Sungguh ini bukanlah hal yang masuk akal. Mia mencarinya untuk menikahkannya dengan Eric Gray?! Tidak waras! Bagaimana bisa dari sekian ribu banyaknya cara untuk menebus kesalahan, Mia malah memilih cara konyol itu?“Kenapa harus begitu?” tanya Valency dengan alis tertaut.Jayden terdiam sesaat. “Ingin kujawab jujur atau tidak?”Pelipis Valency berkedut. “Apakah masih perlu untuk bertanya seperti itu?” Dia mencubit wajah suaminya itu, tapi pria itu menghindar cepat. “Cepat jawab!”Jayden tersenyum tipis. “Aku tidak tahu.”“Jayden!”“Aku serius,” jawab Jayden sembari mengangkat tangan dan mengisyaratkan dengan jarinya bahwa dia ‘bersumpah’. “Apa kamu kira aku cenayang? Aku tentu tidak bisa membaca pikiran mereka dengan jelas.”Helaan napas kabur dari bibir Valency. “Kalau begitu, bukankah kita tinggal memberi tahu pada Eric bahwa aku telah menikah denganmu? Jika dia mengetahuinya pasti dia akan mundur dan memberitahu hal ini pada Mia Gray juga,” ucap Valency memberi s
Eric membeku di tempat mendengar balasan Verena. “Apa maksud dari kalimatmu itu?” tanyanya balik. “Pria sepertiku?” ulang Eric dengan alis tertaut erat. “Memangnya ada apa denganku? Katakan!” desak pria tersebut, tampak jelas dirinya mulai kehilangan ketenangan yang biasa ditunjukkan. Bukannya menjawab, Verena malah mendengus dingin, membuang pandangannya ke arah lain dan kembali melanjutkan langkahnya. “Verena Hayden! Aku sedang berbicara padamu!” ucap Eric kesal karena ditinggal begitu saja. Dipanggil lengkap seperti itu, Verena mendengus sebal. Dia kembali menghentikan langkahnya dan menoleh kecil, menatap Eric yang berdiri di belakangnya. “Lupakan kalimatku kalau memang Anda tidak mengerti,” ucap Verena sembari lanjut berjalan.Namun, baru dua langkah Verena ambil, langkahnya terpaksa kembali berhenti karena tangannya ditarik kuat oleh Eric. Alhasil, Verena pun melemparkan tatapan tajamnya kepada pria tersebut. Dia tampak sangat tidak nyaman dengan perbuatan Eric. “Tuan Gray,
Verena tersenyum, begitu percaya diri dan anggun. “Bukankah itu alasan Anda mendekati saya? Karena Anda ingin tahu lebih jauh kenapa wanita tanpa status ini begitu berani kepada Anda?” Eric terperangah, merasa agak tersinggung karena pikirannya terbaca jelas oleh Verena. Namun, apa iya dia hanya berusaha melampiaskan kebosanan dengan wanita ini?Selagi Eric tercengang, senyuman di wajah Verena menghilang. Digantikan dengan pandangan tajam yang menusuk.“Sayangnya, saya tidak bersedia menghapus rasa penasaran Anda. Permisi.”Tanpa menunggu balasan Eric, Verena langsung memutar tubuhnya dan berjalan pergi. Selagi berjalan, dia bergumam rendah, tidak berniat agar Eric mendengarnya. Namun, lorong yang hening membuat pria itu bisa mendengar jelas kalimat wanita tersebut.“Tidak heran Valency lebih memilih Jayden Spencer.” Ucapan Verena membuat Eric marah. Namun, pria itu bingung, dia marah karena merasa harga dirinya dilukai oleh perempuan itu … atau karena ucapan Verena seakan menyataka
“Betul, siapa sih yang mengizinkannya ke sini? Aku saja masih belum jelas dia dari keluarga mana sehingga bisa masuk ke tempat kalangan atas seperti ini!”“Apa kamu tidak tahu? Katanya, dia anak haram salah satu pebisnis ternama, tapi ayahnya tidak mengakuinya karena malu memiliki putra tak berguna sepertinya!”“Oh! Ayahnya memang bijak, sadar anaknya tak berguna dari awal makanya tidak diakui. Sekarang, dia kalah dari wanita, ayahnya tidak kena rumor buruk sedikit pun karena tidak ada yang tahu dia siapa! Ha ha ha!”PRANG!“Bajingan! Ulangi perkataanmu tadi!”Teriakan dan suara gaduh pecahan kaca itu mengalihkan perhatian semua orang. Mereka melihat s
Pagi hari itu, saat terbangun, Valency melihat sang suami telah berada di depan cermin dengan kemejanya. Pria itu tampak sibuk dengan dasinya.Melihat Valency terbangun, Jayden pun melirik sedikit sembari tersenyum. “Pagi.”Valency pun tersenyum lebar. “Pagi.” Dia turun dari tempat tidur, lalu menghampiri sang suami. “Kamu ada meeting hari ini?” tanyanya seraya menjulurkan tangan untuk membantu Jayden mengenakan dasinya.Alis kanan pria itu sedikit meninggi. “Dari mana kamu tahu?” Dia yakin tidak pernah menceritakan hal ini.Valency terkekeh. “Kamu biasa mengenakan dasi warna biru gelap ketika ada meeting.” Wanita itu mendorong simpul dasi ke arah kera, lalu mendekatkan wajahnya untuk mencium pipi Jayden. “Mengintimidasi.”Pria itu agak terkejut, tapi kemudian tersenyum dan mencium kening Valency. “Cepatlah bersiap. Aku menunggumu di bawah.”Dua hari setelah Valency dan Jayden saling berbicara dan bercerita jujur mengenai perasaan masing-masing, suasana di antara mereka kembali menjad
“Huaa, aku tidak tahu mengenai hal ini! Aku merasa dicurangi!” rengek Valency dengan posisi tengkurap di atas tempat tidur, kaki Jayden berada di bawahnya. Melihat tingkah sang istri yang semenjak sampai di rumah menekuk wajahnya akibat masalah pameran, Jayden hanya bisa menghiburnya. “Tenanglah, Valey. Aku sama sekali tidak masalah dengan hal itu,” ujar pria tersebut sembari mengusap kepala sang istri dengan lembut. Valency mengangkat pandangannya, matanya agak berkaca-kaca. “Aku yang merasa tidak senang! Bisa-bisanya dia menyembunyikan hal sepenting ini dariku dan mengatakan proyek ini hanya untuk pameran biasa saja! Dia jelas-jelas tidak ingin aku tahu proyek ini disasar untuk melawan Diamant Corp!” tegasnya. Mendadak, Valency membeku. Dia mendudukkan diri, lalu berujar, “Apa dia tahu kita sudah menikah?” Keningnya berkerut. “Itukah alasan dia tidak ingin aku tahu lantaran takut aku menolak atau mencurangi proyek ini?” Dengan kekayaan dan kekuasaan Eric, sepertinya hal itu sang