Share

Part 353

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-28 17:35:51

Setelah dua hari dirawat di rumah sakit Livia akhirnya diperbolehkan pulang. Rajendra menjadi sangat protektif padanya.

Mobil berhenti di depan rumah. Rajendra segera keluar untuk membuka pintu dengan hati-hati. Ia membantu Livia turun seolah-olah wanita itu bisa pecah kapan saja.

"Kamu nggak perlu turun sendiri, aku gendong aja," ucapnya serius.

Livia tersenyum kecil meskipun tubuhnya masih terasa lemas. "Tapi aku bisa jalan sendiri, Ndra."

"Nggak!" potong Rajendra tegas. "Dokter bilang kamu harus banyak istirahat Aku nggak mau ambil risiko."

Sebelum sempat membantah Rajendra sudah mengangkat tubuh Livia ke dalam gendongannya.

"Ya ampun, Ndra, aku cuma jalan sebentar padahal," protes Livia dalam gendongan lelaki itu tetapi Rajendra tidak memedulikannya.

Gadis yang berdiri di dekat mobil langsung tersenyum senang melihat ayahnya bersikap begitu perhatian.

"Pa, Adis juga mau digendong."

"Nanti ya, Sayang, sekarang Papa lagi gendong Bunda dulu."

Begitu masuk ke dalam rumah Rajendra me
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dyandra Mulya
Semoga saja segera Terdeteksi RACUN Herbal yg diberikan Tasia itu. Dan Rajendra juga membawa segala Minuman/Makanan yg disodorkan Tasia utk Livia ke LAB Rumah Sakit
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 354

    Rajendra mengernyit melihat nama dokter di layar ponselnya. Ia segera menjawab panggilan itu."Halo, Dok.""Pak Rajendra, maaf mengganggu. Saya ingin membicarakan hasil tes darah Bu Livia.""Rajendra mengencangkan genggaman pada ponselnya. "Ada masalah, Dok?"Dokter di seberang sana terdengar sedikit ragu sebelum akhirnya menjawab. Kami menemukan jejak zat tertentu dalam darah istri anda. Itu bukan racun mematikan tapi jika dikonsumsi terus-menerus bisa berbahaya terutama untuk kandungannya.""Rajendra seakan membeku mendengarnya. "Zat apa, Dok?"Kami mendeteksi adanya jejak herbal tertentu yang bisa memicu kontraksi dini, biasanya digunakan dalam ramuan tradisional untuk melancarkan menstruasi atau bahkan menggugurkan kandungan."Rajendra merasakan emosi berkecamuk dalam dirinya. Tangannya mengepal. Ia membuat kesimpulan. "Jadi ada seseorang yang sengaja memasukkan zat itu ke dalam makanan atau minuman istri saya?"Itu kemungkinan yang perlu anda pertimbangkan, Pak," jawab dokter den

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 355

    Livia, Gadis dan Randu masih terjaga. Sementara Lunetta sudah tidur sejak tadi. Livia berbaring di kamar sambil menonton TV. Ia menunggu Rajendra pulang. Tadi Rajendra mengiriminya pesan akan pulang sedikit terlambat lantaran harus lembur.Gadis dan Randu bermain petak umpet. Gadis berlari kecil mencari tempat bersembunyi, sedangkan Randu mulai menghitung. Tanpa ia sadari Gadis membuka pintu kamar Tasia lalu masuk ke dalamnya. Kamar tersebut rapi. Meja rias Tasia dipenuhi oleh berbagai macam peralatan skincare. Namun ada sebuah benda yang menarik perhatian Gadis. Sebuah botol bening berisi cairan.Gadis merasa penasaran. Ia teringat sesuatu. Botol serupa yang pernah dilihatnya dalam film kartun yang isinya ramuan sihir. Dengan hati-hati ia mengambilnya lalu memasukkan ke dalam saku baju tidurnya. Setelah permainan dengan Randu selesai, Gadis melangkah ke kamar Livia. Gadis berdiri di ambang pintu lalu membukanya dengan perlahan. "Nda, Adis boleh masuk nggak?" tanyanya sebelum melanj

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 356

    Cukup lama Rajendra berdiri di luar. Ketika ia kembali masuk ke kamar ia menemukan Gadis sudah terlelap di samping Livia. Sedangkan Livia masih terbangun."Ada apa, Ndra? Kenapa lama banget kamu balikin skincare Tasia?" tanyanya.Rajendra memandang Livia dengan tatapan bimbang. Ragu akan berterus terang atau menyimpan rahasia itu sendiri. Rajendra khawatir jika ia menceritakannya pada Livia maka Livia akan stres mendengarnya yang berakibat pada kandungannya."Ndra?" Livia menggoyangkan tangan Rajendra yang duduk di pinggir tempat tidur, tempatnya berbaring, agar segera menjawab pertanyaannya.Rajendra mengambil napas pelan sebelum akhirnya memutuskan untuk menceritakan yang sebenarnya."Liv, isi botol itu bukan skincare tapi ramuan herbal.""Kok kamu tahu?" respon Livia."Aku melihatnya di CCTV."Livia semakin bingung oleh penjelasan Rajendra yang setengah-setengah.Ia terduduk dengan cepat. "CCTV di kamar Tasia?""Bukan. Tapi CCTV dapur. Tasia menuangkannya ke dalam teh yang ia buatk

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 357

    Rajendra tidak ingin membuang-buang waktu. Ia ingin segala permasalahan di rumahnya selesai. Maka pagi itu ia menunggu Tasia di ruang kerja rumahnya. Ia menyuruh Bu Mimi memanggil Tasia agar datang ke ruangannya. Rajendra sudah mempersiapkan diri, menahan amarah yang membara di dadanya.Suara ketukan terdengar di pintu."Masuk!" Rajendra menyahut dengan suara dingin namun tegas.Tasia melangkahkan kakinya ke dalam ruangan dengan ekspresi tenang dan profesional, seperti pembawaannya di kantor. Ketika melihat ekspresi wajah Rajendra yang keras, nalurinya memberi peringatan bahwa ada yang tidak beres."Pagi, Pak, ada yang harus saya kerjakan?" Ia bertanya dan mencoba mempertahankan sikap tenangnya.Rajendra tidak menjawab pertanyaan Tasia. Ia mengambil sesuatu dari dalam laci. Sebuah botol kecil yang kemudian ia letakkan di atas meja. "Tahu benda ini?" tanyanya dingin.Tasia tentu terkejut namun wanita itu terlalu pandai menutupinya."Oh astaga, Pak! Itu kan skincare yang saya cari-cari.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 358

    Setelah pengusiran terhadap Tasia Rajendra melangkah cepat menuju kamar, tempat Livia masih beristirahat. Gadis sudah keluar dari kamar itu dan sekarang sedang berada di kamarnya sendiri, sedang bersiap-siap untuk pergi sekolah."Kamu dari mana, Ndra?" sorot Livia penuh tanda tanya. Ia melihat wajah Rajendra yang masih dihiasi sisa-sisa amarah.Rajendra berjalan menghampiri, duduk di tepi ranjang lalu menggenggam tangan Livia dengan hangat. "Aku baru mengusir Tasia, Liv. Kita aman sekarang. Dia nggak akan tinggal di sini lagi. Dia juga sudah kupecat sebagai asistenku," jelas Rajendra panjang lebar."Serius, Ndra?" Livia bertanya antusias."Serius, Sayang. Nggak ada alasan lagi buat aku untuk mempertahankan dia. Keberadaannya adalah ancaman untuk kita. Terutama kamu dan calon anak kita.""Tapi kasihan dia, Ndra. Setelah ini dia akan kerja di mana?"Itulah Livia. Ia terlalu baik pada orang lain. Sampai-sampai membahayakan dirinya s

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 359

    Livia masih berdiri di beranda, memandang punggung Tasia yang semakin menjauh. Walaupun wanita itu sudah pergi, namun ucapannya masih terngiang-ngiang di telinga Livia. Mengambil tempat yang bukan milikmu.Apa maksud ucapannya itu? Tasia bersikap seolah-olah Livia mengambil sesuatu darinya.Saat Livia sedang termenung, Rajendra datang lalu meraih jemarinya dan mengunci dalam genggaman."Dia sudah pergi, Liv. Nggak usah pikirin dia lagi dan apa pun yang dia katakan."Livia menoleh, menatap wajah Rajendra dengan lekat. "Gimana aku nggak pikirin, Ndra? Dia berkata seolah-olah aku merebut sesuatu yang bukan milikku. Seakan dialah pemiliknya. Apa maksudnya coba?""Udahlah, Sayang. Dia cuma iri dan dendam sama kamu, makanya dia bilang begitu.""Tapi dia bicara seolah-olah aku semestinya nggak ada di sini. Seakan tempatku bukan di sisimu, Ndra," lirih Livia dengan kepercayaan diri yang mulai menurun.Rajendra menyentuh dagu Livia dan mengangkat dengan ujung telunjuknya hingga mata keduanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 360

    Sejujurnya permintaan Livia bukan hal yang berat bagi Rajendra andai saja ia tidak kehilangan akses dengan orang tua Sharon. Sudah belasan tahun berlalu. Rajendra tidak tahu harus mencari orang tua Sharon ke mana."Liv, kamu serius dengan permintaan ini?" tanya Rajendra setelah lama hening.Livia menghela napas, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Ndra, aku nggak bermaksud jahat. Tapi aku ngerasa nggak nyaman setiap hari harus merasakan kebencian Lunetta. Walau aku lupa ingatan tapi aku cukup mengerti cara dia memandangku, menatapku, berbicara denganku dan gesturnya yang lain. Dia nggak suka aku, Ndra."Rajendra menatap tepat di wajah Livia. Ia tahu Lunetta tidak bisa menerima Livia jauh semenjak Livia belum kehilangan ingatannya."Aku paham, Liv. Aku ngerti kalau kamu ngerasa nggak nyaman. Dan aku nggak mau kamu ngerasa nggak dihargai di rumah ini. Aku hanya ..." Rajendra menghela napas panjang sebelum melanjutkan perkataannya. "Aku hanya nggak tahu harus mencari orang tua Sharon

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 361

    Kini Livia dan Gadis saling memandangi Rajendra dengan penuh rasa keingintahuan."Paa? Papa kok ngelamun?" tanya Gadis yang membuat lamunan Rajendra buyar."Eh, iya, Sayang. Dulu waktu Adis di dalam perut Bunda Papa yang selalu nemenin Bunda ke dokter. Bang Randu dan Kak Lunetta nggak ikut karena masih kecil."Gadis tersenyum. Ia membayangkan dirinya berada di dalam perut Livia. Meringkuk dengan nyaman di rahim wanita itu.Suster yang keluar dari ruangan dokter dan memanggil nama Livia menghentikan obrolan hangat mereka. Ketiganya kompak berdiri lalu masuk ke ruangan dokter. Tak lupa Rajendra memanggil Randu dan Lunetta agar ikut masuk. Dengan enggan-engganan Lunetta ikut.Dokter menyambut mereka dengan senyum hangat sebelum meminta Livia berbaring di bed periksa."Bu Livia, hari ini kita akan melihat perkembangan janinnya ya," kata dokter sambil mengoleskan gel yang terasa dingin di perut Livia.Gadis yang antusias ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03

Bab terbaru

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Extra Part 1

    Waktu terus berlalu tanpa bisa dihentikan. Setiap detik yang terlewati bagaikan anak panah yang melesat dengan cepat.Anak-anak sekarang sudah dewasa. Randu sudah bekerja sebagai salah satu staff di Kemenlu. Sedangkan Gadis melanjutkan kerajaan bisnis Rajendra bersama dengan Livia. Hubungan Gadis dengan Randu sangat dekat. Bahkan tidak bisa lagi dibilang sebagai kakak adik biasa. Tumbuh bersama sejak kecil dan melewatkan berbagai hal berdua membuat mereka saling terikat satu sama lain. Meski tidak ada pernyataan cinta yang terucap namun keduanya menyadari bahwa mereka berdua saling mencintai. Hanya saja mereka tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Rajendra dan Livia menganggap keduanya saling menyayangi sebagai kakak dan adik. Tidak sedikit pun terbersit di pikiran mereka bahwa keduanya akan melewati batas itu."Dis, Abang pengen ngomong. Bisa nggak kita ketemuan makan siang nanti?" Itu pesan yang diterima Gadis dari Randu ketika ia sedang sibuk-sibuknya bekerja di kantor."Ha

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 376

    Rajendra membawa Livia dengan disupiri Geri setelah menitipkan anak-anak pada Bu Mimi. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak panik. Maklum saja, ini adalah untuk pertama kalinya Rajendra melewati semua momen kehamilan Livia, mulai dari morning sickness, masa-masa Livia tidak bisa makan apa pun, masa-masa betapa protektifnya Rajendra padanya, masa-masa kehamilan tua di mana Livia mulai merasa kesakitan di mana-mana dan tidak bisa tidur hingga saat ini tiba masanya untuk melahirkan."Sakit banget, Ndraaa ..." Livia merintih tidak tahan di atas pangkuan Rajendra."Iya, Sayang. Sabar sebentar ya. Nggak lama lagi kita nyampe di rumah sakit," kata Rajendra sambil mengelus-elus perut Livia. "Ger, lebih kencang lagi," suruh Rajendra pada Geri agar menaikkan kecepatan."Baik, Pak," jawab Geri sambil memandang melalui spion tengah kemudian menekan pedal gas lebih dalam.Selama dalam perjalanan ke rumah sakit Livia terus merintih. Melihat ringisan di wajahnya membuat Rajendra tidak tahan. Andai

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 375

    Kehamilan ketiga ini tidak mudah bagi Livia. Kondisinya lebih lemah dari dua kehamilan sebelumnya. Livia yang sering mual dan muntah-muntah otomatis membuat anak-anak bertanya apa yang terjadi pada ibu mereka."Bang Randu, tahu nggak kenapa Bunda muntah-muntah terus?" tanya Gadis pada Randu ketika mereka akan berangkat sekolah pagi itu.Livia yang muntah setiap pagi dan Rajendra yang selalu memijit tengkuknya adalah pemandangan yang sering dilihat anak-anak belakangan ini.Randu mengangkat bahunya tidak tahu. "Entahlah. Abang juga nggak tahu, Dis.""Apa mungkin Bunda lagi sakit?" Gadis terlihat khawatir."Kita tanya aja langsung yuk," ajak Randu.Kedua anak itu menunggu Livia dan Rajendra keluar dari kamar mandi. Mereka saling pandang saat mendengar suara muntahan dari arah dalam sana.Beberapa menit kemudian Livia dan Rajendra keluar dari kamar mandi."Ngapain pada kumpul di sini?" tanya Rajendra."Adis dengar Bunda muntah-muntah terus setiap pagi, Pa. Bunda sakit apa, Pa?" tanya Gad

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 374

    "Kok aku bawaannya pengen nyium celana dalam kamu terus ya, Liv?" "Apa sih, Ndra?" Livia mendelik malu, mukanya sedikit memerah."Iya, Sayang, aku serius," jawab Rajendra sungguh-sungguh. "Sini!" Rajendra merenggut celana dalam bekas pakai Livia setelah Livia membukanya. Saat itu mereka akan mandi berdua.Livia terpaksa memberikannya pada Rajendra. Lelaki itu langsung mencium dan menjilatinya tepat di bagian kewanitaan Livia."Astaga, Ndra!" Livia geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya. Ternyata Rajendra kalau bucin gini amat ya?"Wanginya khas, aku suka," kata Rajendra yang membuat Livia bertambah malu."Sini, Ndra! Balikin nggak?" Livia berusaha merebut dari tangan Rajendra tapi Rajendra menjauhkan celana dalam itu dengan mengangkatnya tinggi-tinggi."Cuma celana dalam aja, Sayang. Pelit banget sih." Rajendra tertawa melihat ekspresi Livia yang sudah kehabisan akal."Tapi kamu itu aneh. Masa maunya celana dalam aku. Nggak cukup apa nyium yang ini?" Livia menunjuk organ vital

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 373

    lHari demi hari berlangsung dengan damai. Kehidupan rumah tangga Livia dan Rajendra berlangsung harmonis bersama anak-anak mereka. Sesekali Rajendra menelepon Lunetta, namun gadis kecil itu tidak ingin berbicara dengannya. Lunetta masih merajuk lantaran Rajendra meninggalkannya di tempat sang nenek.Sementara itu Rajendra menjadi ayah yang siaga untuk Ananta. Hampir setiap malam Rajendra menemani Livia begadang untuk menyusui atau mengurus Ananta jika anak itu tidak mau tidur. Mereka saling bahu membahu dan berbagi tugas. Setiap tumbuh kembang Ananta tidak lepas dari perhatian Rajendra. Rajendra tidak ingin kehilangan momen-momen penting itu karena tidak akan bisa diulang kembali. Tanpa terasa sekarang Ananta sudah berusia satu tahun. Anak itu sudah bisa berjalan walau kakinya belum terlalu kokoh. Sore itu Rajendra pulang lebih cepat dari biasanya sehingga ia punya banyak waktu bermain dengan Ananta."Ndra, tolong jagain Ananta sebentar ya, aku mau nyiapin makanannya," ujar Livia."

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 372

    "Lho, Papa kenapa udah pulang? Katanya Papa pergi liburan?" Gadis tercengang ketika sore itu melihat Rajendra sudah ada di rumah."Papa nggak jadi liburan, Papa tadi pagi cuma mengantar Kak Lunetta ke rumah kakek dan neneknya.""Apa, Pa? Berarti Papa bohongin kita? Kata Papa bohong itu dosa," mulut Gadis mengerucut.Rajendra tertawa karenanya. "Papa nggak bohong, Nak. Papa cuma nggak ingin bikin Adis sedih.""Emangnya Lunetta nggak bakal ke sini lagi ya, Pa?" tanya Randu menimpali.Rajendra menggelengkan kepalanya. "Untuk saat ini nggak. Lunetta tinggal dan sekolah di Surabaya. Nanti kalau liburan dia baru ke sini.""Kasihan Kak Lunetta. Kalau tahu dia mau pergi Adis kan bisa kasih hadiah perpisahan. Lagian emangnya di sana Kak Lunetta main sama siapa, Pa? Kak Lunetta kan nggak punya teman.""Ada, Sayang. Nanti kalau Kak Lunetta sudah sekolah temannya juga banyak seperti di sini. Adis nggak usah khawatir ya." Rajendra me

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 371

    Taksi berhenti di depan sebuah rumah bercat putih berpagar hitam. Rajendra dan Lunetta turun. Sebelah tangan Rajendra menggeret koper sedangkan sebelahnya lagi menggandeng tangan Lunetta."Papa, kenapa hotelnya kayak gini? Kenapa nggak bagus?" tanya Lunetta keheranan. Matanya mengelana ke sekeliling."Ini bukan hotel, Sayang. Ini rumah nenek dan kakek, orang tuanya mommy Sharon."Lunetta terdiam sejenak sebelum kembali bertanya. "Kita ngapain di sini, Pa?""Kita ngunjungin nenek dan kakek. Selama ini mereka nggak tahu Lunetta itu yang mana. Ayo kita masuk."Berhubung pagar yang tidak dikunci memudahkan Rajendra untuk masuk ke dalam pekarangan. Tepat di depan pintu Rajendra menekan bel. Hanya dalam beberapa detik seorang wanita berusia enam puluhan keluar."Tante Ratih, masih ingat saya?" kata Rajendra mengawali.Wanita itu mengerutkan dahinya seolah sedang berpikir. Setelah ingatannya pulih ia berkata, "Rajendra?""Iya, Tante. Ini saya.""Sudah lama sekali saya tidak ketemu kamu," uja

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 370

    Pagi itu Gadis keheranan menyaksikan Lunetta yang tidak mengenakan seragam sekolah seperti dirinya."Kak Lunetta mau ke mana?" tanyanya."Mau liburan sama Papa. Kamu nggak diajak ya?" ucap Lunetta bangga lantaran hanya dirinya yang ikut pergi dengan Rajendra."Liburan? Kita kan sekolah. Lagian Papa kok nggak ngajak Adis?""Aku juga nggak diajak." Randu menimpali.Keheranan mereka semakin kentara saat melihat Rajendra muncul dengan membawa koper Lunetta. Koper itu besar seperti digunakan untuk perjalanan jauh."Papa mau liburan ke mana sama Kak Lunetta? Kenapa Adis dan Bang Randu nggak diajak?" Gadis memprotes tindakan ayahnya."Papa ke Surabaya sama Kak Lunetta. Kali ini Adis dan Bang Randu nggak usah ikut ya. Temenin Bunda di rumah jaga adek.""Yaaa ... kita nggak liburan bareng-bareng dong."Lunetta tersenyum puas melihat kekecewaan Gadis."Tapi nggak apa-apa, Pa, ketimbang liburan, Adis lebi

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Part 369

    Rajendra mengetuk pintu kamar Lunetta. Pertama-tama tidak ada jawaban sampai Rajendra mengetuk dengan lebih keras lagi."Lunetta, ini Papa. Tolong buka pintunya dulu."Beberapa detik setelahnya daun pintu terbuka bersamaan dengan sosok Lunetta yang muncul dengan wajah masam."Ada apa, Pa?" tanyanya sambil berdiri di celah pintu yang tidak sepenuhnya terbuka. Lunetta hanya membuka setengahnya."Kamu lagi apa? Boleh Papa masuk ke dalam?"Lunetta terpaksa menganggukkan kepalanya dan membiarkan Rajendra melangkahkan kakinya masuk.Rajendra duduk di tepi tempat tidur sedangkan Lunetta berdiri dengan tangan bersedekap seolah-olah sedang menginterogasi Rajendra. Anak itu benar-benar tidak sopan."Lunetta, turunkan tangan kamu lalu duduk di sini." Rajendra menepuk permukaan kasur yang kosong di sebelahnya.Lunetta melakukan apa yang diperintahkan Rajendra, menunggu apa yang akan disampaikan berikutnya."Lunetta, besok Papa mau pergi ke Surabaya. Kamu mau ikut Papa?""Ke Surabaya, Pa?" ulang a

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status