Share

Papa Nggak Jahat

last update Last Updated: 2024-11-26 18:03:40

Livia menatap pantulan dirinya di kaca. Matanya merah dan sembap. Terlalu sulit untuk menutupinya. Orang-orang akan tahu bahwa dirinya baru saja selesai menangis.

Rajendra sudah pergi sejak satu jam yang lalu setelah meninggalkan kata-kata yang menyakiti perasaan Livia.

"Gugurkan anak itu atau aku akan membuat kamu lebih menderita."

Livia kembali terisak mengingatnya. Ia tidak menyangka perkataan keji itu akan keluar dari mulut Rajendra.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku nggak mungkin menggugurkan anak ini." Livia menggumam sendiri di tengah-tengah kesedihannya.

Ia mengusap perutnya dengan lembut. Ada janin yang sedang tumbuh di dalam sana. Anugerah yang sudah bertahun-tahun dinantikannya.

Tidak. Livia tidak akan membunuh anak itu.

"Bunda nggak akan sekejam itu, Sayang. Bunda akan selalu melindungi kamu. Kita berjuang sama-sama ya, Nak. Maafin Papa. Papa nggak jahat tapi dia hanya belum bisa menerima kenyataan." Livia mengelus perutnya begitu lama sambil mengajak bicara janin
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Hadidja Laha
benar lata utary bertahan dalam cinta tmpa di cintai lenih baik keluar dan tinggalkan saja .dari lada memserta dgn cinta bertepuk sebelah tangan.
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Cinta boleh, punya harapan juga gak salah. Tapi kalo kata ku mending pergi deh, haha. Jangan bodoh Liv. Ntar kalo Rajendra udah nyesel, baru balik gak papa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Mencari Bapak Anak Itu

    Tubuh Livia mendadak tegang begitu ia mendengar perkataan Utary. Kata-kata itu begitu menusuk jauh sampai ke dalam relung hatinya.Mandul. Mandul. Mandul.Kata tersebut menggema di kepalanya. Diucapkan dengan santai tapi membuat sakit di hati Livia semakin dalam.Bukan hal yang baru Livia mendengar ada orang menghinanya dengan kata tersebut. Tapi mengingat saat ini dirinya sedang mengandung, Livia merasa tertantang untuk mengatakan pada orang-orang bahwa dirinya juga bisa hamil. Ia ingin membuktikannya.'Sabar, Liv, jangan sekarang. Akan ada waktunya.' Livia membatin sendiri menguatkan hatinya."Saya memang nggak sempurna tapi saya nggak butuh kehidupan yang sempurna seperti yang kamu bilang." Livia akhirnya membalas perkataan Utary tadi. "Dan mengenai Ryuga, dia memang orang yang baik. Tapi saya berhak atas hidup saya sendiri. Kalau menurut kamu hidup saya dengan Rajendra sangat buruk, mungkin iya. Tapi itu urusan saya. Saya akan memperjuangkan pernikahan ini sampai akhir. Bukan kare

    Last Updated : 2024-11-26
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Bertengkar

    Setelah menerima telepon dari Rajendra, Langit duduk di sofa apartemennya dengan dahi berkerut bingung. Ia tidak tahu kenapa Rajendra meneleponnya apalagi dengan marah-marah seperti tadi. Langit mengingat-ingat apa ada sesuatu hal baru-baru ini yang ia lakukan sehingga Rajendra tersinggung. Tapi rasanya tidak ada."Kenapa dia bisa semarah itu?" Langit bermonolog sendiri namun tetap tidak mendapat jawaban.Beberapa saat setelahnya terdengar ketukan pintu. Langit bangkit dari sofa lalu melangkah gontai menuju pintu. Setelah pintu terbuka ia menemukan Rajendra berdiri di hadapannya dengan wajah tegang dan mata menyala penuh emosi."Gue perlu bicara sama lo," ucap Rajendra sambil melangkah masuk sebelum Langit memberi izin."Ada apa, Ndra? Lo kenapa?" sikap Langit tetap tenang. Begitu kontras dengan Rajendra yang begitu terbakar emosi.Rajendra menatap tajam, bersiap meluncurkan serangan. "Lo pikir gua nggak tahu, hah?""Lo tahu apa?" Langit benar-benar kebingungan sekarang."Jangan pura-

    Last Updated : 2024-11-27
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Jadi Kapan Kamu Akan Menggugurkan Anak Itu?

    Ryuga. Satu nama itu menjadi sasaran Rajendra berikutnya. Livia hanya dekat dengan Langit dan Ryuga. Maka karena Langit tidak mengaku, Ryuga tidak akan lagi bisa menghindar. Sayangnya Langit tidak tahu di mana alamat kantor lelaki itu. Jadi ia terpaksa mengulurkan niatnya untuk bertemu.Sementara itu di rumah Livia tetap mengerjakan tugasnya seperti biasa walau keadaannya tidak baik-baik saja. Sedikit-sedikit mual. Sedikit-sedikit muntah. Ia ingin beristirahat namun masih banyak yang harus dilakukannya.Bunyi bel yang menggema memaksa Livia bergerak dari tempatnya. Perempuan itu melangkah terpincang-pincang untuk membukakan pintu. Ia sedikit terkejut melihat tamunya.Langit. Mengingat pertengkarannya tadi pagi tentang Rajendra yang menuduh Langit sebagai ayah biologis anaknya membuat Livia merasa tegang. Tapi untung saja Rajendra sudah berangkat ke kantor."Jadi aku nggak boleh masuk nih?" gurau Langit melihat Livia hanya membiarkannya berdiri di sisi pintu.Livia terkesiap lalu ter

    Last Updated : 2024-11-27
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tamparan Untuk Utary

    Livia refleks terdiam mendengar perkataan suaminya yang sama sekali tidak pernah ia duga. Sorot matanya tampak begitu terluka. Ia menundukkan kepalanya, mencoba menyembunyikan air matanya yang hampir jatuh."Maaf, Ndra, saya nggak bisa," suara Livia begitu lirih. Lalu ia elus perutnya yang terlihat masih rata. "Anak ini nggak salah apa-apa. Kenapa harus digugurkan?"Rajendra berjalan menghampiri, memangkas jarak di antara mereka. Ditatapnya Livia dengan sorot penuh emosi. "Kamu pikir aku akan membiarkan anak yang bukan darah dagingku tinggal di rumah ini denganku?" "Ndra, saya nggak pernah minta kamu bertanggung jawab atas anak ini. Pernikahan kita adalah kesalahan saya. Tapi tolong jangan ingkari darah dagingmu sendiri. Jangan suruh saya menggugurkannya. Saya bisa pergi dari sini kalau itu yang kamu mau."Perkataan Livia membuat Rajendra tersentak. Arus emosi yang tidak ia pahami tiba-tiba muncul. Ia tidak ingin Livia pergi, tapi egonya terlalu tinggi untuk mengakuinya."Pergi kamu

    Last Updated : 2024-11-27
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Yang Sabar Ya, Sayang

    Utary langsung menelepon Rajendra agar Rajendra semakin cepat mengusir Livia. Dengan tangan memegang pipi yang masih memerah ia menghubungi Rajendra dan memastikan suaranya terdengar pilu."Ndraaa, aku ditampar Livia," adunya penuh drama. Suaranya dibuat sedang menahan tangis.Rajendra yang saat ini berada di kantornya mengernyitkan dahi. "Kamu bilang apa, Tar? Livia menamparmu?"Utary memainkan perannya dengan sempurna. Wanita itu terisak di telepon. "Aku nggak tahu apa salahku. Awalnya aku cuma nanya tentang dia yang berubah akhir-akhir ini. Masalahnya dia kelihatan beda. Tapi dia malah emosi. Dia bilang aku nggak berhak bicara mengenai dia dan anak itu. Padahal aku nanyanya baik-baik.""Anak itu? Anak itu siapa maksudnya?" Rajendra terkesan bingung."Aku sudah tahu semuanya, Ndra. Aku tahu dia hamil. Dia bilang dia hamil anak kamu, padahal kita sama-sama tahu bahwa itu nggak akan mungkin. Aku cuma mau mengingatkan dia dan mau bantu kamu, Ndra, agar dia nggak menggunakan kehamilanny

    Last Updated : 2024-11-28
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Gawat

    Malam ini Livia sedang duduk di beranda samping rumah sendirian. Tangannya mengelus perut yang tertutup baju longgar berwarna coklat. Pikirannya menerawang ke mana-mana. Terutama pada perdebatan dengan Rajendra sore tadi. Kata-kata lelaki itu begitu melekat di benaknya dan menohok dengan sangat tajam di hatinya.'Aku bisa saja mengusirmu, tapi sayangnya rumah ini masih butuh pembantu. Randu juga butuh pengasuh'.Serendah itukah dia di mata suaminya sendiri?Livia menelan saliva, menahan perasaan yang terlalu menyakitkan. Tangannya turun meremas baju di bagian perutnya, berusaha meredam amarah yang bergejolak. Namun sesaat kemudian perasaannya sedikit lebih baik mengingat di dalam perutnya ada janin yang sedang tumbuh."Maafin Bunda, Sayang. Bunda terlalu lemah." Ia bergumam pelan. Perlahan air mata menetes membasahi pipinya namun tidak lama lantaran Livia buru-buru menghapusnya.Sambil terus mengelus-elus perutnya Livia menggumam sendiri. "Aku nggak akan kalah. Aku nggak akan membiark

    Last Updated : 2024-11-28
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Pecah

    Livia mencoba keras untuk menguatkan diri. Ditatapnya Lola dengan mata yang berusaha tenang. Namun bibirnya sulit untuk tidak gemetar.Belum Livia menjawab, terdengar langkah kaki mendekat dari ruang makan. Utary muncul dengan raut penuh percaya diri."Malam, Om, Tante, saya Utary," ia mengenalkan diri dengan nada ramah namun penuh kepalsuan. "Rajendra mengajak saya tinggal di sini. Maaf kalau suara saya tadi mengganggu."Dahi Lola berkerut dalam. Dipandanginya Utary dari ujung kepala hingga bawah kaki. "Rajendra mengajak kamu tinggal di sini? Untuk apa?"Tiba-tiba Rajendra muncul dari belakang Utary dan langsung menjelaskan. "Utary sedang ada masalah pribadi, Tante. Dan sebagai seorang teman aku hanya ingin membantu."Mendengar keterangan dari anak tirinya Lola memandang ke arah Rajendra dengan tajam. "Kamu udah gila apa gimana, Ndra? Kamu pikir pantas membawa wanita lain tinggal di rumah ini sementara istrimu ada di sini?"Rajendra akan menjawab pertanyaan tersebut namun gerakannya

    Last Updated : 2024-11-29
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Yang Benar Saja

    "Sekarang kemasi barang-barangmu lalu silakan pergi dari rumah ini. Saya tidak peduli apa pun alasannya, rumah ini bukan tempat untukmu," usir Erwin pada Utary.Utary jelas saja terkejut tapi ia tetap bertahan dan mencoba agar terlihat tegar. "Tapi Rajendra sendiri yang minta aku tinggal di sini. Aku hanya mengikuti permintaannya, Om.""Permintaan yang membuat hancur keluarganya sendiri?" Erwin membalas dengan suara yang keras. "Rajendra bukan anak kecil yang bisa berbuat sesuka hati tanpa konsekuensi. Kalau kamu masih punya malu tidak seharusnya masuk ke rumah istri Rajendra."Lola tidak ketinggalan dari suaminya. Ia berdiri di dekat Utary. "Sejak tadi saya mencoba bersikap sopan, tapi sekarang nggak bisa lagi. Rumah ini adalah milik Livia. Kamu nggak punya hak di sini. Pergilah sebelum kamu mempermalukan diri lebih jauh."Melihat Utary dicecar, Rajendra langsung pasang badan. "Pi, Tante, Utary nggak punya tempat tinggal. Dia--""Diam kamu, Ndra!" potong Erwin sebelum Rajendra selesa

    Last Updated : 2024-11-29

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Betapa Sakitnya Kehilangan

    Rajendra berlari keluar dari apartemennya dan terus berteriak-teriak memanggil nama Livia dan Gadis. Membuat orang-orang keheranan akan tingkahnya.Tanpa alas kaki Rajendra berdiri di lobi melihat ke sekelilingnya kalau saja ada Livia. Ia juga bertanya pada sekuriti namun pria penjaga keamanan itu mengatakan padanya bahwa sejak tadi bayak orang yang keluar masuk apartemen itu dan dia tidak terlalu memerhatikannya.Rajendra mengesah kecewa. Setelah puas mencari Livia dan tetap tidak menemukan sang istri, Rajendra kembali ke unit apartemennya. Kemungkinan sekarang Livia sedang dalam perjalanan ke bandara lalu pulang ke Indonesia. Ia harus bergegas ke bandara dan mencegah Livia pergi.Rajendra menemukan Lunetta sedang menangis ketika ia tiba di unitnya."Papa ... Aku lapar. Aku mau sarapan ..." Lunetta merengek saat melihat Rajendra muncul."Ambil aja apa yang ada di kulkas, Om buru-buru," kata Rajendra yang langsung masuk ke kamar.Rajendra akan mengambil kunci mobil di nakas. Tapi sesu

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Gone For Good

    Setelah Livia mengunci pintu kamar, tubuhnya lemas dan ia merosot ke lantai dengan punggung bersandar pada pintu. Tangisnya pecah dan tidak mampu lagi untuk ia tahan. Hatinya hancur berkeping-keping. Kehancurannya kali ini lebih parah dari kehancuran apa pun yang pernah ia rasakan.'Kenapa ini semua terjadi padaku?' pikir Livia sambil memeluk lututnya, membiarkan perasaan sakit menguasainya.Dari balik pintu, Livia mendengar Rajendra mengetuk dengan panik. Suaranya begitu penuh dengan permohonan. "Liv, aku mohon buka pintunya dulu. Kita bisa bicara baik-baik, Sayang "Livia menutup kedua telinganya dengan kedua telapak tangan. Ia tidak ingin mendengar apa pun dari Rajendra. Semua yang keluar dari mulut lelaki itu hanyalah dusta belaka.Kenangan demi kenangan mengenai pernikahan mereka mulai bermunculan di benak Livia bagaikan film yang diputar ulang. Janji-janji Rajendra, senyumnya yang menawan, caranya mencumbu, serta sentuhannya yang begitu lembut, saat ini terasa begitu palsu.Li

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Konfrontasi

    Suasana di ruangan itu mendadak mencekam. Pernyataan Sharon membuat Livia mengernyitkan dahinya dan menatap Rajendra dengan sorot penuh tanda tanya."Maksudnya apa, Ndra? Kenapa dia bilang kamu akan kabur dari dia?" tanya Livia dengan perasaan tidak enak.Rajendra tidak sanggup berkata sepatah kata pun, seperti ada gumpalan besar yang menyumbat tenggorokannya."Livia, aku bisa jelasin nanti. Kita bicara berdua, Sayang," ucap Rajendra akhirnya tanpa bisa menyembunyikan rasa panik di wajahnya.Mendengarnya, membuat Sharon tertawa kecil. "Dia memang selalu mengatakan itu, Liv. Nanti, sebentar, besok dan banyak lagi lainnya. Padahal dia hanya ingin lari dari masalah.""Masalah apa?" Livia menatap Sharon dengan tatapan menusuk. "Boleh aku bicara?" Sharon pura-pura meminta izin."Bicaralah," jawab livia tidak sabar."Oke. Tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana." Lalu Sharon menatap Rajendra. "Aku harus mulai dari mana ya, Ndra? Apa semuanya harus kuceritakan?"Rajendra menggeram kesal n

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Aku Nggak Segan-Segan Membunuhmu

    Livia dan Rajendra mulai berbenah barang-barang mereka. Lusa mereka akan pulang ke Indonesia.Sebenarnya Livia masih ingin berada lebih lama di Ohio, tapi alasan yang disampaikan Rajendra membuatnya menyerah pada keinginan lelaki itu.Jauh di dalam hatinya Rajendra merasa bersalah. Uangnya masih banyak untuk biaya hidup di Ohio. Ia hanya ingin lari dari semua kenyataan ini. Ia tidak ingin Livia tahu fakta mengenai Lunetta yang merupakan darah dagingnya.Sementara itu Sharon terus mendesak. Lantaran Rajendra tidak mau menjawab panggilan darinya setiap kali Sharon menelepon, wanita itu memborbardirnya dengan pesan."Rajendra sayang, aku tidak bisa menunggu sampai enam hari lagi. Kepalaku semakin sering sakit. Dokter bilang aku harus dirawat di rumah sakit untuk sementara waktu. Bagaimana dengan Lunetta? Apa aku harus mengantarnya ke apartemenmu?"Rajendra mendengkus membaca pesan itu lalu dengan kasar menghentakkan jarinya di layar gawai."Aku bilang tunggu dulu. Enam hari lagi nggak la

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kabar Bahagia

    Rajendra mengemudikan mobilnya pulang dengan perasaan kacau. Amplop hasil tes DNA tergelak di dashboard, seakan menjadi pengingat atas kesalahan dan kebohongan yang selama ini ia simpan. Wajah Sharon dan Lunetta terus berkelindan di pikirannya. Tapi bayangan Livia yang tersenyum lembut selalu muncul di atas segalanya.Setibanya di hunian mereka Livia ternyata sudah pulang. Perempuan itu tersenyum ceria."Ndra, kata dokter Justin progress aku sudah 95%. Sebentar lagi aku bisa jalan kayak kamu, Ndra.""Syukurlah, Sayang," jawab Rajendra sambil memaksakan sebuah senyuman sambil menahan kecamuk di dadanya."Tadi kamu jalan-jalan ke mana sama Gadis?""Aku ajak dia ke playground. Dia happy di sana. Sampai nggak mau pulang," dusta Rajendra."Iya ya, Nak?" Livia terkikik sambil menggelitik Gadis yang membuatnya tertawa.Rajendra menatap interaksi ibu dan anak itu yang begitu bahagia. Akankah kebahagiaan tersebut tetap ada setelah Livia tahu kenyataan yang sebenarnya? ***Malamnya Rajendra me

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Hasil Tes DNA Lunetta

    "Ndra, tahu nggak, dokter aku udah ganti lagi. Namanya dokter Justin. Dia yang bakal menangani aku sampai sembuh. Dia bilang sebentar lagi aku bisa berjalan."Baru saja Rajendra tiba di apartemen ia disambut oleh ocehan Livia yang tampak begitu ceria.Rajendra terdiam sesaat. Ini membuatnya bingung. Dokter Hailey bilang kesempatan Livia untuk berjalan normal lagi sangat kecil, tapi dokter Justin mengatakan sebaliknya. Apa ini bukan hanya untuk menambah semangat Livia saja?"Ndra, kok diam?" Livia mengguncang tangan Rajendra yang terpaku."Eh, iya, Sayang. Aku ikut senang." Rajendra tersenyum kikuk. "Aaa ... aku udah nggak sabar. Coba deh kamu lihat."Livia kemudian melangkah di hadapan Rajendra setapak demi setapak. Rajendra memerhatikannya. Livia memang masih pincang tapi tidak separah dulu."Gimana, Ndra?" tanyanya setelah melakukan 'pertunjukan' berjalannya di hadapan Rajendra."Hebat, Sayang. Pincangnya udah nggak terlalu kelihatan. Aku yakin ini memang nggak bakal lama." Raje

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Hari Terpanjang

    Rajendra bangun lebih cepat dari Livia. Ia lalu duduk di pinggir tempat tidur sambil menatap kosong ke arah jendela yang tirainya masih tertutup rapat.Livia masih pulas dalam tidurnya. Ekspresinya begitu tenang seolah tidak ada masalah yang membebani hidup mereka.Tapi lain halnya bagi Rajendra. Hari ini terasa bagaikan medan perang.Rajendra mengisi paru-parunya dengan udara baru lalu melangkah keluar kamar dengan hati-hati agar tidak membangunkan Livia.Ia melangkah ke dapur, menuang segelas air putih lalu meneguknya. Setelahnya ia duduk di kursi meja makan dengan kepala tertunduk.Pikirannya mengelana tentang tes DNA hari ini. Wajah Lunetta muncul tiba-tiba, disusul oleh tawa manis Gadis dan senyum lembut Livia. Skenario terburuk tentang bagaimana reaksi Livia jika semua ini terungkap terus mengejarnya.Mengusap wajah dengan kasar, Rajendra bangkit dari duduknya. Ia harus membantu Livia membuat sarapan untuk Gadis.Rajendra menyibukkan dirinya di dapur membuat mashed potato untuk

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kesepakatan

    Rajendra membeku di bangku taman setelah Sharon pergi. Wajahnya tegang, sorot matanya kosong. Udara dingin semakin menusuk kulit tetapi tidak ia rasakan. Yang ada hanyalah suara-suara yang bergema di kepalanya dan menyiksa batinnya tanpa henti. 'Lunetta anak gue? Apa memang itu faktanya? Tapi kenapa bisa?' Rajendra mendengkus menertawakan kebodohannya sendiri. Bagaimana bisa ia seceroboh itu? 'Kalau memang semua ini benar, gue mesti ngapain?' Wajah lembut Livia melintas tepat di depan matanya. Livia telah melalui begitu banyak hal bersamanya. Tidak hanya rasa sakit fisik tapi juga luka batin yang mungkin saat ini belum sembuh sepenuhnya. Rajendra baru saja mendapat kepercayaan dari Livia. Lantas bagaimana ia harus menjelaskan semua ini pada Livia? Bagaimana caranya mengatakan pada Livia bahwa Sharon adalah mantannya dan mereka memiliki seorang anak gara-gara hubungan di masa lalu? Sungguh, Rajendra tidak sanggup untuk berterus terang. Rajendra tidak ingin kehilangan Livia. R

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Permintaan Terakhir

    Rajendra memandang arlojinya yang melingkar di pergelangan kiri. Sudah lima belas menit lamanya ia menunggu di sebuah taman kecil di dekat danau. Udara dingin menerpa kulit. Daun-daun berguguran menutupi jalan setapak. Rajendra duduk di bangku taman di dekat pohon dengan tangan dimasukkan ke dalam saku jaketnya. Tatapannya begitu gelisah. Ketika ia bermaksud mengambil ponsel untuk menghubungi orang yang akan bertemu dengannya saat ini, terdengar langkah kaki mendekat. Sharon muncul. Wanita itu mengenakan mantel panjang berwarna coklat. Wajahnya tampak pucat. Ia berjalan pelan ke arah Rajendra dengan sebuah tas tersampir di bahunya. "Hai, Ndra, long time no see," ucapnya sambil tersenyum. "Langsung saja, Sha. Kamu ingin bicara apa?" balas Rajendra dengan nada dingin. Ia tidak ingin berlama-lama berurusan dengan Sharon. "Kamu nggak mau menyilakanku duduk dulu?" "Kamu bisa duduk sendiri kalau kamu mau." Nada suara Rajendra masih sedingin tadi. Sharon tersenyum getir melihat R

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status