Share

Kebahagiaanku Bukan Itu

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 16:38:53
Livia terdiam sesaat memikirkan tawaran Rajendra yang tiba-tiba. Ditatapnya lelaki itu dengan pandangan curiga. "Jadi sekarang kamu mau membelikan rumah baru hanya demi Gadis?"

"Nggak gitu, Liv. Aku mau beliin rumah untuk kamu juga. Untuk kita tinggali bertiga," jawab Rajendra cepat. "Aku tahu aku nggak pantas berharap banyak. Tapi aku ingin memberikan tempat yang benar-benar layak untuk kita tinggali bersama. Tempat di mana kita bisa merasa nyaman, aman dan bahagia." Rajendra tersenyum tipis di ujung kalimatnya tapi tidak membuat Livia terpengaruh. Livia malah mendengkus pelan.

"Kebahagiaan saya bukanlah dibelikan rumah baru atau barang-barang mahal. Yang saya inginkan adalah rasa nyaman dan dihargai. Saya ingin hidup tenang. Tapi sayangnya kamu nggak bisa kasih saya ketenangan itu."

"Ketenangan yang bagaimana lagi, Liv?" keluh Rajendra frustrasi. "Aku tahu aku sudah kehilangan kepercayaan kamu. Tapi aku mau berusaha. Aku mau memperbaiki semuanya. Kalau kamu butuh waktu untuk percaya,
Zizara Geoveldy

Halo, terima kasih sudah membaca cerita ini. Kalau kalian suka ceritanya tolong kasih gems ya biar aku lebih semangat nulisnya :)

| 14
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ati rd18
author tauma itu menyakitkan,pilihan livia dah benar,semoga tetep tegas sampe akhir
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Rajendra masih kurang menderita nih. Kalo pas nyakitin Livia, hmmm. Sakitnya sampai sini
goodnovel comment avatar
Susi Dayanti
iya Livia tegas gitu jgn kasih kendor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Jangan Cemen

    Ketiganya terdiam menyaksikan punggung Livia yang menjauh sambil terpincang-pincang menggendong Gadis."Papi dan Tante lihat sendiri kan? Bagaimana susahnya Livia? Tapi dia terlalu keras kepala. Dia butuh bantuan tapi menolak untuk dibantu. Dan akibatnya Gadis yang jadi korban."Erwin menghela napas panjang sembari menyandarkan tubuhnya ke sofa. Ia memberi putranya nasihat. "Ndra, yang kamu bilang sebagai keras kepala itu sebenarnya adalah luka. Livia bukan sekadar marah. Dia terluka, dan luka itu bukan sesuatu yang bisa sembuh hanya dengan permintaan maaf atau janji."Lola ikut menimpali dengan suaranya yang lembut tapi tegas. "Livia sudah melewati banyak hal, Ndra. Kamu kan udah lihat sendiri kalau dia perempuan yang nggak mudah menyerah. Kalau dia memilih untuk menjauh darimu itu bukan karena dia keras kepala. Tapi karena dia ingin melindungi dirinya dan Gadis dari sakit yang sama.Rajendra menekan-nekan pelipisnya, mencoba meredakan rasa frustasi yang tidak kunjung berhenti. "Tap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Gengsi

    Baru saja Rajendra hendak memejamkan matanya, rengekan Gadis menggagalkan niat itu. Rajendra bangkit dengan cepat dan melihat di atas tempat tidur Gadis sedang menangis. Di saat yang sama Livia juga terbangun."Biar aku yang urus Gadis, Liv. Kamu tidur aja." Rajendra mencegah Livia sebelum perempuan itu melakukan apa pun.Livia terlihat ragu tapi akhirnya ia menyerah. Ia ingin tahu apa Rajendra benar-benar bisa mengurus Gadis seperti yang dijanjikan laki-laki itu. Semua laki-laki mungkin bisa menggendong anak mereka, tapi tidak semua laki-laki mau membersihkan kotoran anak mereka.Livia membenahi selimutnya lalu memejamkan mata. Berpura-pura kembali tertidur. Tapi sebenarnya ia sedang mengintip apa yang Rajendra lakukan pada putri mereka.Rajendra mendekati Gadis yang sedang menangis. Tubuh mungilnya bergerak-gerak gelisah di atas tempat tidur. Rajendra mengusap-usap kepala Gadis namun tangis anak itu malah semakin keras."Kenapa, Sayang? Papa ada di sini," bisik Rajendra dengan lemb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Memberi Peringatan

    Rajendra terkantuk-kantuk mengemudikan mobilnya. Beberapa kali ia menutup mulutnya yang menguap. Akibat menjaga Gadis semalaman ia jadi kurang tidur. Ditambah lagi pagi ini ia harus mengantar Livia ke rumah sakit untuk fisioterapi. Tadinya Livia ingin berangkat dengan taksi. Tapi Lola meminta agar Rajendra yang mengantar dan menemaninya."Nguap melulu dari tadi? Ngantuk banget? Kalau nggak sanggup nyetir biar saya turun dan naik taksi saja," sindir Livia pada Rajendra yang terkantuk-kantuk dan sibuk menutup mulutnya.Rajendra memandang sekilas pada Livia lalu kembali fokus pada jalanan di hadapannya. "Nggak usah khawatir, Liv. Aku masih bisa nyetir. Semalam aku cuma kurang tidur karena Gadis," jawabnya sambil tersenyum sedikit dengan wajah yang tampak lelah."Emangnya Gadis ngapain?" Livia bersikap pura-pura tidak tahu."Setelah dia pup kemarin aku kasih susu, terus dia nangis lagi dan aku buatin susu tambahan karena mengira dia masih lapar. Tapi ternyata dia nggak mau. Aku gendong d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Begitu Indah

    Setengah jam setelah kepergian Lola, Gema mengambil handphonenya. Ia tidak tahan lagi untuk tetap diam. Ia harus menghubungi anaknya sekarang. Gema tidak terima Langit dianggap sebagai orang ketiga.Gema mencari nomor Langit di daftar kontak lalu menekan tanda panggil. Ia harus menunggu beberapa detik sebelum akhirnya Langit menjawab telepon darinya."Halo, Ma. Tumben nelepon aku pagi-pagi. Kenapa, Ma?" suara Langit terdengar heran di seberang sana."Kamu di mana, Lang?" "Di kantor, Ma.""Sibuk nggak? Mama mau bicara sebentar.""Nggak, Ma, bicara aja. Mama butuh duit?""Nggak, bukan itu," bantah Gema cepat. "Tapi ini soal Livia."Jantung Langit berdetak cepat ketika nama Livia disebut. Ada apa dengan Livia? Apa yang terjadi? Dan kenapa ibunya tiba-tiba membicarakan Livia? Berbagai pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya."Tadi Tante Lola datang ke sini sama anak Livia. Dia meminta Mama menyampaikan ke kamu untuk menjauhi Livia."Di balik ponselnya Langit tertegun. Tidak mengerti k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan

    Livia mencengkeram sprei di sisi badannya. Napasnya sesak akibat mencoba menahan bobot tubuh Rajendra yang berada di atasnya. Lelaki itu terus bergerak. Menghujam dengan kencang dan menghentak dengan cepat. Membuat Livia melenguh kesakitan. Namun, apa Rajendra peduli? Tentu tidak. Lelaki itu sibuk menikmati sendiri tanpa mau tahu perasaan Livia. Hujaman tajam terus diberikan, hentakan demi hentakan Livia terima. Hanya lirihan perih yang terus terlontar dari bibirnya. Sampai tubuh Rajendra mengejang. Lelaki itu mendapat pelepasannya. Beberapa detik setelah sensasi itu pergi Rajendra menarik diri. Ia buru-buru mengenakan pakaiannya. "Pergi! Tidur di sofa!" perintah lelaki itu pada Livia yang masih berbaring di tempat tidur. Suaranya sedingin tatapannya. Livia cepat mengenakan pakaiannya atau Rajendra akan marah. Diambilnya tongkat yang tersandar di sisi tempat tidur kemudian berjalan terpincang-pincang menuju sofa. Di sanalah Livia tidur setiap malam. Lebih tepatnya sejak i

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Dikhianati Di Depan Mata

    Betapa terkejutnya Livia mendengar pengakuan perempuan yang kemudian ia ketahui bernama Utary itu.Bagaimana bisa perempuan itu hamil? Apa itu artinya Rajendra sudah mengkhianati Livia?Dengan hatinya yang hancur Livia menahan air matanya di depan Utary. Ia tidak boleh menangis menunjukkan kelemahannya."Nggak mungkin kamu mengandung anak Rajendra. Suami saya orangnya sangat setia. Dia nggak mungkin mengkhianati saya. Tolong jangan menipu.""Aku nggak menipu. Anak ini memang anak Rajendra. Kami melakukannya atas dasar perasaan cinta," ucap Utary bangga. "Justru aku yang harusnya meragukan kamu. Perempuan seperti kamu istrinya Rajendra? Nggak mungkin!" Utary memindai sekujur tubuh Livia dari puncak kepala hingga bawah kaki, menunjukkan betapa tidak percayanya dia. Perempuan itu terkejut ketika melihat Livia bertumpu pada sebuah tongkat. "Nggak mungkin kamu istrinya. Kamu hanya pembantu di rumah ini kan?" hinanya dengan pandangan merendahkan."Saya bukan pembantu. Saya istri Rajendra ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Dia Hanya Pembantu

    Suara yang ditimbulkan kotak makan membuat Rajendra dan wanitanya terkejut. Keduanya sontak memisahkan diri setelah tadi larut dalam ciuman panas yang membara.Rajendra menggeram kesal menyadari Livialah yang datang. Apalagi perempuan itu langsung membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Tadi saking asyik berciuman ia tidak tahu bahwa Livia sudah mengetuk pintu."Mau apa?" tanya lelaki itu dingin pada Livia yang berdiri membatu.Segala pertanyaan yang tersusun runut di benak Livia buyar begitu saja mengetahui perbuatan Rajendra dan wanita yang berciuman dengannya adalah Utary."Kamu lagi!" seru Utary jengkel. "Ndra, kenapa kamu biarkan perempuan itu datang ke sini? Tadi di rumah kamu dia mengaku-ngaku jadi istrimu. Tapi Tante Marina bilang dia hanya pembantu. Jadi mana yang benar?""Ya, dia hanya pembantu," kata Rendra menjawab sambil memandang Livia dengan tatapannya yang tajam. Ia benci Livia yang selalu saja datang ke kantornya untuk mengantar makanan.Hancur sudah hati Liv

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Ceraikan Saya

    Livia tidak punya tempat untuk berteduh. Ingin menginap di hotel tapi ia tidak punya uang lebih. Rajendra membatasi uang belanjanya yang hanya cukup untuk keperluan Livia sehari-hari. Jadi, Livia terpaksa pulang ke rumahnya setelah seharian ini berada di luar. Kepulangan Livia disambut oleh wajah masam mertuanya. "Dari mana kamu? Seharian keluar rumah sesukamu. Kamu pikir kamu siapa yang bisa seenaknya keluar masuk rumah ini?" "Maaf, Bu, tadi saya ke kantor mengantar makan siang untuk Rajendra." "Itu tadi siang. Apa kamu nggak tahu kalau sekarang sudah malam?" Livia hanya bisa menunduk mendengar perkataan mertuanya. Ia pikir dengan tidak meladeni Marina perempuan itu menganggap masalah selesai sampai di sana. Nyatanya Livia salah. Marina terus menyalahkannya. "Oh, jadi selain pincang kamu juga tuli sekarang?" kesalnya lantaran Livia tidak merespon perkataannya. Livia mengangkat wajah, mempertemukan tatapannya dengan sang mertua. "Maaf, Bu, saya salah," akunya tidak ingin

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08

Bab terbaru

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Begitu Indah

    Setengah jam setelah kepergian Lola, Gema mengambil handphonenya. Ia tidak tahan lagi untuk tetap diam. Ia harus menghubungi anaknya sekarang. Gema tidak terima Langit dianggap sebagai orang ketiga.Gema mencari nomor Langit di daftar kontak lalu menekan tanda panggil. Ia harus menunggu beberapa detik sebelum akhirnya Langit menjawab telepon darinya."Halo, Ma. Tumben nelepon aku pagi-pagi. Kenapa, Ma?" suara Langit terdengar heran di seberang sana."Kamu di mana, Lang?" "Di kantor, Ma.""Sibuk nggak? Mama mau bicara sebentar.""Nggak, Ma, bicara aja. Mama butuh duit?""Nggak, bukan itu," bantah Gema cepat. "Tapi ini soal Livia."Jantung Langit berdetak cepat ketika nama Livia disebut. Ada apa dengan Livia? Apa yang terjadi? Dan kenapa ibunya tiba-tiba membicarakan Livia? Berbagai pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya."Tadi Tante Lola datang ke sini sama anak Livia. Dia meminta Mama menyampaikan ke kamu untuk menjauhi Livia."Di balik ponselnya Langit tertegun. Tidak mengerti k

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Memberi Peringatan

    Rajendra terkantuk-kantuk mengemudikan mobilnya. Beberapa kali ia menutup mulutnya yang menguap. Akibat menjaga Gadis semalaman ia jadi kurang tidur. Ditambah lagi pagi ini ia harus mengantar Livia ke rumah sakit untuk fisioterapi. Tadinya Livia ingin berangkat dengan taksi. Tapi Lola meminta agar Rajendra yang mengantar dan menemaninya."Nguap melulu dari tadi? Ngantuk banget? Kalau nggak sanggup nyetir biar saya turun dan naik taksi saja," sindir Livia pada Rajendra yang terkantuk-kantuk dan sibuk menutup mulutnya.Rajendra memandang sekilas pada Livia lalu kembali fokus pada jalanan di hadapannya. "Nggak usah khawatir, Liv. Aku masih bisa nyetir. Semalam aku cuma kurang tidur karena Gadis," jawabnya sambil tersenyum sedikit dengan wajah yang tampak lelah."Emangnya Gadis ngapain?" Livia bersikap pura-pura tidak tahu."Setelah dia pup kemarin aku kasih susu, terus dia nangis lagi dan aku buatin susu tambahan karena mengira dia masih lapar. Tapi ternyata dia nggak mau. Aku gendong d

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Gengsi

    Baru saja Rajendra hendak memejamkan matanya, rengekan Gadis menggagalkan niat itu. Rajendra bangkit dengan cepat dan melihat di atas tempat tidur Gadis sedang menangis. Di saat yang sama Livia juga terbangun."Biar aku yang urus Gadis, Liv. Kamu tidur aja." Rajendra mencegah Livia sebelum perempuan itu melakukan apa pun.Livia terlihat ragu tapi akhirnya ia menyerah. Ia ingin tahu apa Rajendra benar-benar bisa mengurus Gadis seperti yang dijanjikan laki-laki itu. Semua laki-laki mungkin bisa menggendong anak mereka, tapi tidak semua laki-laki mau membersihkan kotoran anak mereka.Livia membenahi selimutnya lalu memejamkan mata. Berpura-pura kembali tertidur. Tapi sebenarnya ia sedang mengintip apa yang Rajendra lakukan pada putri mereka.Rajendra mendekati Gadis yang sedang menangis. Tubuh mungilnya bergerak-gerak gelisah di atas tempat tidur. Rajendra mengusap-usap kepala Gadis namun tangis anak itu malah semakin keras."Kenapa, Sayang? Papa ada di sini," bisik Rajendra dengan lemb

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Jangan Cemen

    Ketiganya terdiam menyaksikan punggung Livia yang menjauh sambil terpincang-pincang menggendong Gadis."Papi dan Tante lihat sendiri kan? Bagaimana susahnya Livia? Tapi dia terlalu keras kepala. Dia butuh bantuan tapi menolak untuk dibantu. Dan akibatnya Gadis yang jadi korban."Erwin menghela napas panjang sembari menyandarkan tubuhnya ke sofa. Ia memberi putranya nasihat. "Ndra, yang kamu bilang sebagai keras kepala itu sebenarnya adalah luka. Livia bukan sekadar marah. Dia terluka, dan luka itu bukan sesuatu yang bisa sembuh hanya dengan permintaan maaf atau janji."Lola ikut menimpali dengan suaranya yang lembut tapi tegas. "Livia sudah melewati banyak hal, Ndra. Kamu kan udah lihat sendiri kalau dia perempuan yang nggak mudah menyerah. Kalau dia memilih untuk menjauh darimu itu bukan karena dia keras kepala. Tapi karena dia ingin melindungi dirinya dan Gadis dari sakit yang sama.Rajendra menekan-nekan pelipisnya, mencoba meredakan rasa frustasi yang tidak kunjung berhenti. "Tap

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kebahagiaanku Bukan Itu

    Livia terdiam sesaat memikirkan tawaran Rajendra yang tiba-tiba. Ditatapnya lelaki itu dengan pandangan curiga. "Jadi sekarang kamu mau membelikan rumah baru hanya demi Gadis?""Nggak gitu, Liv. Aku mau beliin rumah untuk kamu juga. Untuk kita tinggali bertiga," jawab Rajendra cepat. "Aku tahu aku nggak pantas berharap banyak. Tapi aku ingin memberikan tempat yang benar-benar layak untuk kita tinggali bersama. Tempat di mana kita bisa merasa nyaman, aman dan bahagia." Rajendra tersenyum tipis di ujung kalimatnya tapi tidak membuat Livia terpengaruh. Livia malah mendengkus pelan."Kebahagiaan saya bukanlah dibelikan rumah baru atau barang-barang mahal. Yang saya inginkan adalah rasa nyaman dan dihargai. Saya ingin hidup tenang. Tapi sayangnya kamu nggak bisa kasih saya ketenangan itu.""Ketenangan yang bagaimana lagi, Liv?" keluh Rajendra frustrasi. "Aku tahu aku sudah kehilangan kepercayaan kamu. Tapi aku mau berusaha. Aku mau memperbaiki semuanya. Kalau kamu butuh waktu untuk percaya,

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Never Go Back to What Hurt You

    Dalam hitungan waktu sepuluh menit keduanya sudah berada di mobil. Rajendra menyalakan lampu kabin lalu mengambil sesuatu dari dalam laci dashboard. Ia memberikannya pada Livia."Apa ini?" tanya Livia melihat amplop putih berlogo laboratorium ternama. Amplop itu masih bersegel, belum dibuka sama sekali."Buka aja," jawab Rajendra sambil tersenyum. Rajendra memang belum membuka amplop tersebut tapi ia sudah tahu apa isinya.Livia menatap Rajendra sekilas kemudian membuka amplop tersebut dengan hati-hati.Setelah amplop itu terbuka ia menemukan selembar kertas putih. Livia membacanya dengan perlahan. Ternyata isinya adalah hasil tes DNA Rajendra dan Gadis. Di sana dinyatakan bahwa Gadis dan Rajendra memiliki kesesuaian genetik yang artinya Gadis adalah anak kandung Rajendra.Livia membeku. Kedua tangannya yang memegang kertas tersebut sedikit bergetar. Sepasang matanya terus menatap hasil tes DNA itu. Sekarang Rajendra pasti merasa menang karena juga merasa berhak untuk pengasuhan Gadi

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Bangga Memiliki Istri Sepertimu

    Malam itu Rajendra benar-benar mengenalkan Livia pada rekan-rekan bisnisnya satu demi satu. Dan sudah bisa ditebak reaksi mereka hampir sama. Orang-orang itu terkejut mengetahui Livia adalah istri Rajendra. Mereka mengatakan Livia cantik, tapi dari tatapan mereka menyiratkan bahwa Livia tidak pantas menjadi istri Rajendra.Rajendra membawa Livia ke tempat yang lebih sepi, menghindari keramaian untuk sesaat. Disodorkannya air mineral pada istrinya itu. "Minum dulu, Liv, kamu kayaknya lelah banget," ujarnya dengan lembut.Livia menerima air dari tangan Rajendra tapi tidak langsung meminumnya. Ditatapnya lelaki itu dengan penuh tanda tanya. "Sebenarnya apa alasanmu membawa saya ke sini, Ndra? Apa kamu nggak malu mendengar apa yang mereka katakan? Atau sebenarnya kamu yang ingin membuat saya malu?""Nope. Nggak dua-duanya. Aku hanya ingin mereka tahu siapa istriku, Liv.""Setelah tiga tahun," jawab Livia pahit."Sorry, kamu kan tahu seburuk apa hubungan kita waktu itu," ucap Rajendra mer

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Mengenalkanmu Pada Dunia

    Di saat Rajendra dan Livia memasuki ballroom yang mewah, suasana pesta terasa hening sejenak. Para tamu yang mengenakan pakaian terbaik mereka memandang ke arah pintu, melihat kehadiran pasangan yang mencolok dengan cara tak terduga.Rajendra dengan setelan jas navynya memancarkan pesona dan kepercayaan diri. Sedangkan di sebelahnya, Livia melangkah dengan perlahan. Ia mengenakan gaun biru yang memancarkan kecantikan. Tetapi, langkahnya yang pincang dengan cepat menarik perhatian orang-orang.Bisikan demi bisikan mulai terdengar bagaikan riak kecil di tengah keramaian."Oh, My God! Jadi itu istri Rajendra?" bisik seorang wanita kepada temannya."Kok bisa ya Rajendra sama dia?" timpal sang teman dengan nada mencemooh. "Sumpah, nggak pantas banget. Rajendra udah kayak pangeran, sedangkan istrinya ..." Wanita itu tidak menyelesaikan kalimatnya dan membiarkan gantung begitu saja."Kenapa dia mau nikah dengan perempuan kayak gitu? Apa karena keluarga perempuan itu kaya?" Seorang wanita yan

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Berpura-pura Adalah Keahlianmu

    Livia termangu untuk beberapa detik mendengar permintaan yang begitu tiba-tiba dan tanpa basa-basi. Ditatapnya sang suami dengan penuh tanda tanya. Sementara Lola memandangi keduanya dengan sorot mata penasaran."Kenapa saya harus ikut?" Livia menanyakannya dengan nada datar tanpa menghentikan gerakannya merajut."Karena kamu adalah istriku. Acara ini adalah acara formal dan aku nggak bisa datang sendirian.""Bukankah kamu sudah terbiasa mengajak yang lain? Saya ini hanya wanita cacat. Kamu nggak malu membawa orang pincang seperti saya? Nanti di pesta itu seluruh perhatian akan tertuju kepada saya karena saya pincang. Mau kamu letakkan di mana muka kamu?"Sentilan Livia membuat Rajendra tersindir. Selama ini Rajendra tidak pernah mengajak Livia ke acara-acara dan mengenalkan sebagai istrinya dengan resmi."Lebih baik kamu bawa orang lain saja. Bukankah masih banyak wanita yang ingin bersamamu?" imbuh Livia sebelum Rajendra sempat menjawab perkataannya barusan."Liv, yang aku mau adala

DMCA.com Protection Status