Share

Desakan Perceraian

last update Last Updated: 2025-01-31 19:38:10

Di dalam mobil Rajendra, Randu dan Gadis duduk di kursi belakang sambil bersenda gurau. Sementara Lunetta menatap keduanya dengan perasaan tidak senang. Lunetta tidak suka melihat kedekatan Randu dan Gadis. Gadis seolah sedang mengambil Randu darinya. Gadis yang baru saja masuk ke dalam hidup mereka kini seolah mengambil tempat Lunetta di hati Randu.

"Bang Randu mau nggak main ke rumah Adis?" tanya Gadis setelah mereka puas bersenda gurau. Ia tertawa kecil dengan mata dipenuhi binar. "Di belakang rumah Adis ada kolam ikan. Kita bisa ambil ikannya terus digoreng deh."

"Oh ya?" Randu tampak tertarik.

Gadis mengangguk-angguk. "Ikannya udah gede-gede lho, Bang. Dulu Om Jav yang beli bibitnya."

Rajendra yang mendengar obrolan keduanya sejak tadi mengembuskan napas. Lagi-lagi Om Jav. Tampaknya Lelaki itu yang selalu berjasa dalam hidup Livia dan Gadis. Perannya begitu besar terutama dalam pertumbuhan Gadis.

"Terus gimana cara kita tangkap ikannya?" Randu tampak berpikir.

"Kan bisa dipancin
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ummu Hana
sudah sejauh ini ceritanya tp mkin gk jlas mau cere aja ribet bner sekali nya ketemu cowo mau bantu tp pamrih kpn sneng nya Livia bhkn gadis pun kyknya bkal jd korban anak haramnya rajendra
goodnovel comment avatar
Debora Susana
Javier sama Langit sama aja, mementingkan diri sendiri, Livia sadar woi......hahahhahaha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Akan Aku Pikirkan

    Ketika Javier berkata akan membantu mengurus perceraian, Livia hanya diam. Jemarinya saling bertautan di atas pangkuannya, berusaha menenangkan gemuruh di dalam dadanya. Semestinya ia merasa lega. Perceraian tersebut adalah akhir dari segala keterikatan dengan Rajendra. Tapi kenapa hatinya justru terasa berat?Livia menatap ke luar jendela mobil dengan sorot kosong. Dadanya semakin terasa sesak."Aku akan bantu kamu bicara sama pengacara," kata Javier yang masih fokus menyetir.Livia mengambil napas dalam. "Javier ..." Ia menggigit bibir, merasa ragu untuk melanjutkan perkataannya."Ya.""Kamu yakin perceraian ini adalah jalan terbaik untukku?""Sure. Setelah semua derita yang kamu alami kamu berhak mendapatkan yang terbaik. Kamu sudah terlalu lama menderita."Terlalu lama menderita.Kalimat itu seharusnya menyadarkan Livia. Menjadi pengingat bahwa Rajendra pernah menyakitinya begitu dalam. Tapi kenapa di dalam hatinya ada suara yang membisikkan bahwa ia masih harus bertahan?Bahwa ia

    Last Updated : 2025-02-01
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Persaingan Yang Semakin Ketat

    Pagi itu halaman rumah Livia diterpa cahaya matahari dengan hangat. Gadis asyik membantu Livia menyiram bunga di halaman.Ketika suara mobil terdengar berhenti di luar pagar awalnya Gadis tidak peduli siapa yang datang. Ia pikir teman Livia atau siapa. Namun ketika tahu itu Rajendra, Gadis langsung berseru riang. "Papa!" dan langsung berlari ke arah mobil Rajendra.Livia yang sedang membersihkan halaman rumah ikut memandang ke arah itu. Ia tidak tahu apa maksud kedatangan Rajendra hari ini. Apalagi dengan membawa Randu dan Lunetta."Papa kok ke sini nggak bilang-bilang Adis dulu?" Gadis mendongak penuh rasa penasaran."Kan Papa udah janji hari Minggu kita mau mancing di kolam belakang. Adis lupa ya?""Oh iya ya. Adis baru ingat." Gadis melompat kegirangan.Livia menghela napas pelan melihat Rajendra mengambil alat pancingnya dari bak belakang pick up double cabin. Apalagi lelaki itu juga membawa dua anaknya yang lain."Sini Adis bawa, Pa," ujar Gadis antusias.Rajendra memberi satu p

    Last Updated : 2025-02-01
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Satu Untukku, Satu Untukmu

    Javier turun dari mobilnya. Hari itu lelaki tersebut berpenampilan casual menggunakan celana jeans dan kaos Polo berwarna navy."Ada tamu, Liv?" tanya pria itu pada Livia yang menyambutnya.Livia mengangguk."Siapa?" Javier memandang ke arah rumah."Rajendra. Sekarang lagi mancing sama Gadis dan dua anak lainnya di belakang."Ekspresi Javier berubah dalam hitungan detik mendengar informasi itu."Kamu gimana sih, Liv? Katanya hari ini kita mau jalan ke mall.""Sorry, Jav. Aku juga nggak tahu kalau Rajendra bakal ke sini. Dia yang bikin janji sama Gadis. Dan Gadis nggak bilang ke aku."Javier berdecak kesal karena Rajendra merusak rencananya. Sejak lelaki itu hadir, hubungannya dengan Livia dan Gadis menjadi kacau."Sekarang panggil Gadis, kita pergi." Javier memerintah."Nggak bisa begitu, Jav. Gadis lagi quality time sama papanya. Aku nggak mungkin tiba-tiba ngerusak kebahagiaan dia. Dia lagi happy-happy-nya.""Kalau begitu kita pergi berdua.""Sorry, Jav. Aku nggak mungkin ninggalin

    Last Updated : 2025-02-01
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Lamaran

    Di halaman belakang rumah aroma ikan bakar semakin kuat. Dengan telaten Rajendra membolak-balikkan ikan besar di atas panggangan. Sementara di sebelahnya beberapa ekor ikan kecil sedang digoreng hingga renyah.Gadis duduk di bangku plastik, menunggu dengan sabar sambil mengayun kakinya. Sesekali menghirup aroma ikan bakar dengan penuh rasa antusias. Begitu berbeda dengan Lunetta yang berdiri dengan tangan menyilang di depan dada. Anak itu tampak tidak senang."Papa, kenapa ikan buat aku cuma ikan kecil?" Lunetta memprotes, membandingkan dengan ikan besar yang dibakar untuk Gadis."Tadi Kak Lunetta bilang mau ikan goreng kan? Jadi Papa gorengkan. Lihat nih walau kecil-kecil tapi banyak. Ikan kecil ini kalau dikumpulin bakalan sama kayak ikan bakar Adis.""Tapi tetap aja Adis dapat yang besar sedangkan aku yang kecil. Aku mau ikan yang besar!" Lunetta bersungut-sungut."Kalau Kak Lunetta mau ikan besar, ambil punya Adis aja, Kak," ujar Gadis mengalah."Aku kan udah bilang nggak suka ika

    Last Updated : 2025-02-02
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Karena Kamu Yang Suruh

    Livia terdiam menatap cincin berlian yang berkilau di dalam kotak. Ia tidak tahu harus berkata apa. Semestinya ini momen yang membahagiakan kan? Tapi mengapa ada sesuatu yang terasa berat? Ia teringat bagaimana sentuhan tidak sopan Handi. Dan bagaimana Javier hanya tertawa dan menganggapnya sebagai angin lalu. Malam ini membuka matanya bahwa dunia Javier bukanlah dunianya."Maaf, Jav, aku nggak bisa."Ekspresi Javier seketika berubah. "Maksud kamu.""Aku nggak bisa menerima lamaran kamu. Itu maksudku."Kotak cincin tadi masih berada di tangan Javier namun terasa berada begitu jauh sekarang."Kenapa? Aku pikir kita sudah sangat lama bersama. Aku pikir ini yang kamu inginkan."Livia menggeleng. "Kita berbeda, Jav. Cara kita memandang hidup nggak sama. Selain itu statusku masih istri orang," jelas Livia."Itu makanya aku suruh kamu mengurus perceraian. Agar semua jelas. Jadi kalau pun kamu mau menolakku seenggaknya dalam status bukan sebagai istri orang." Pada bagian ini suara Javier te

    Last Updated : 2025-02-02
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kamu Atau Aku?

    Pagi itu Livia bertemu dengan Rajendra. Rajendra mengantar anak-anak ke sekolah sedangkan Livia datang ke daycare untuk mengatakan bahwa mulai hari ini Gadis tidak dititip lagi ke sana karena sudah ada omanya."Nanti pulangnya dijemput Papa lagi kan?" tanya Adis yang digandeng Rajendra di tangan kanan sedangkan tangan kiri Rajendra menggandeng Lunetta. Di sebelahnya ada Randu."Hmm ... kalo misalnya kali ini Papa nggak bisa jemput Adis, gimana?" Rajendra membuat pengandaian."Papa sibuk kerja ya, Pa?""Lumayan, Sayang. Papa sibuk banget. Papa lagi banyak kerjaan.""Berarti Adis di daycare sampai sore?" Gadis menengadah dan terlihat sedikit kecewa."Nggak juga, Sayang. Nanti Adis, Kak Lunetta dan Bang Randu dijemput sama Om Geri ya?"Dahi Gadis berkerut. Ini adalah untuk pertama kalinya ia mendengar nama itu. Siapa dia? pikirnya."Om Geri tuh siapa, Pa?""Om Geri supir Papa. Orangnya baik dan nggak galak. Adis nggak usah takut pokoknya." "Lebih baik mana dari Om Jav?" Gadis mendongak

    Last Updated : 2025-02-02
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kecuali Itu Kamu

    Rajendra merasa dunia seakan berhenti sejenak. Kata-kata Livia menggema terasa begitu keras di telinganya. Tangan Rajendra yang mencengkeram setir kini terasa kaku dan tidak bisa mengendalikan mobil.Rajendra tahu. Sudah saatnya Livia melepaskan diri darinya.Livia masih muda dan cantik. Ia tidak mungkin hidup sendiri selamanya. Dan untuk melangkah maju tentu saja terlebih dahulu ia harus melepaskan diri dari Rajendra."Aku nggak tahu harus jawab apa, Liv," ucap Rajendra pada akhirnya. Suaranya terdengar penuh beban. "Aku nggak bisa bayangin kalau kamu benar-benar menikah dengan Javier."Livia terdiam dan merenungkan perasaannya. Di satu sisi ada cinta yang masih tersisa, sedangkan di sisi lain ada luka yang belum sembuh sepenuhnya. Ia takut akan terluka lagi."Aku butuh kepastian, Ndra. Lebih tepatnya kita berdua butuh kepastian agar kita bisa sama-sama melangkah ke depan. Kalau aku yang menggugat, apa kamu siap menerima semuanya?""Kamu yakin ini yang terbaik untuk kita?" Rajendra m

    Last Updated : 2025-02-03
  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Rumit

    Javier baru saja memarkirkan mobilnya ketika matanya menangkap Livia yang keluar dari kendaraan yang bukan miliknya. Javier tahu itu mobil milik Rajendra. Rajendra bahkan memayungi Livia sampai lobi kantor, seolah mereka masih pasangan suami istri yang harmonis. Rahangnya refleks mengeras. Javier tahu masih ada urusan yang harus diselesaikan di antara mereka berdua. Namun melihat keduanya bersama seperti ini tetap membuat dadanya panas.Javier turun dari mobilnya lalu terburu-buru mengejar Livia."Livia!"Livia menoleh dan tersenyum. Ia juga bisa menangkap ketidaksenangan Javier. "Hei, Jav."Javier berhenti di depan Livia lalu melirik pada Rajendra yang berdiri beberapa langkah dari mereka. "Dia yang mengantar kamu?" tanyanya meskipun jawabannya sudah jelas."Ya. Tadi aku hujan-hujanan nunggu taksi dan kebetulan ada Rajendra.""Aku bisa jemput kamu kalau kamu bilang dari awal.""Aku buru-buru, Jav. Lagian nggak enak kalau anak-anak kantor ngeliat kita terlalu sering bersama."Javier

    Last Updated : 2025-02-03

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Tidak Akan Pernah Menyerah

    Rajendra menarik napas. Menatap Livia dengan sorot penuh sesal. "Aku nggak mau kamu pura-pura lupa, Liv. Aku hanya mau kita memulai semuanya dari awal."Mendengarnya, Livia tersenyum pahit. "Harus mulai dari mana, Ndra? Dari aku yang nggak pernah ngeliat kamu sama Utary atau aku yang harus melupakan semua luka yang kamu kasih?"Rajendra tidak mampu bicara lagi. Ia tahu Livia masih menyimpan rasa sakitnya. Tapi apa semua itu tidak bisa diperbaiki? Apa memang sesulit ini memperbaiki hubungan mereka?Suara mobil boks yang datang menginterupsi mereka. Kru mobil mulai memasukkan barang-barang sesuai instruksi Livia.Setibanya di rumah baru Gadis langsung melompat turun dengan penuh semangat."Bunda, rumahnya bagus banget!" serunya sambil berlari ke arah pintu.Livia tersenyum melihat reaksi putrinya. Rumah itu tidak besar tapi cukup nyaman untuk mereka berdua. Yang terpenting jauh dari masa lalu yang ingin ditinggalkannya.Rajendra yang berdiri di belakang keduanya menatap rumah tersebut

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Aku Nggak Bisa Pura-Pura Lupa

    Malam itu Livia menangis sejadinya. Ia menumpahkan air matanya sampai tiada yang tersisa. Livia kecewa pada Javier yang telah mempermainkannya. Tapi Livia tidak pernah menyesal datang ke sana. Jika tidak, sampai detik ini ia tidak akan tahu bagaimana aslinya seorang Javier.Keesokan paginya Livia terbangun dengan mata bengkak. Saat ia melihat ponselnya ada panggilan tidak terjawab dari Javier. Ada juga pesan-pesan yang berisi kata maaf. Javier mengatakan bahwa itu hanya candaan semata. Tapi bagi Livia, terlepas dari itu candaan atau bukan, hatinya telah terluka.Javier juga sering datang ke rumah Livia tapi Livia tidak pernah menerimanya. Bukan hanya sekali dua kali tapi berulang kali. Sampai akhirnya Javier lelah dan tidak pernah lagi menghubungi Livia.Livia juga pindah dari rumah itu agar Javier kehilangan jejak."Kenapa kita pindah rumah, Nda?" Gadis menanyakannya.Livia menatap Gadis yang sedang duduk di atas kardus sambil memeluk boneka kesayangannya. Matanya menyiratkan kebingu

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Pembalasan Yang Pahit

    Malam itu Livia berdiri di depan kelab malam dengan perasaan campur aduk. Lampu-lampu neon berkedip-kedip. Suara musik berdentum-dentum dari arah dalam. Dan suasana penuh dengan orang-orang yang larut dalam kesenangan.Javier berdiri di sebelahnya dengan kemeja abu-abu yang digulung. Aroma parfumnya yang khas terasa begitu menguar."Sudah siap Nona Livia?" Ia bertanya dengan nada menggoda.Livia menjawab, "Ayo cepat, biar selesai."Javier tertawa kecil lalu menggandeng tangan Livia masuk.Di dalam, suasana jauh lebih berisik dan penuh sesak. Cahaya remang-remang berpadu dengan suara musik yang menghentak. Javier langsung membawa ke area VIP, tempat yang lebih tenang tapi tetap memiliki akses ke lantai dansa.Seorang pelayan datang membawa minuman. Tapi Livia segera mengangkat tangan. "Maaf, saya nggak minum alkohol."Javier hanya tersenyum dan menuangkan minuman ke dalam gelasnya dan Livia. Tenang, Liv. Aku bukan pria jahat yang akan menjebak kamu untuk ditiduri," ucapnya seolah meng

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Permintaan Terakhir Javier

    Tiga minggu berlalu. Tanpa terasa tinggal satu minggu lagi Livia bekerja di perusahaan Javier. Livia sudah melamar ke mana-mana. Namun belum ada panggilan yang datang. Dan itu membuatnya sedikit khawatir.Bagaimana ia menjalani hari-hari ke depannya? Ia memang punya sedikit persediaan uang. Tapi itu untuk masa depan Gadis. Kekhawatiran Livia semakin besar setiap harinya. Meski ia berusaha tetap tenang di depan Gadis tapi hatinya dipenuhi oleh berbagai kecemasan. Setiap kali ponselnya berbunyi, ia berharap itu panggilan kerja. Namun ternyata bukan.Sementara itu Javier bersikap seolah-olah semua berjalan seperti biasa. Seakan Livia masih akan bekerja di sana. Sikapnya yang santai membuat Livia heran.Di sisi lain Rajendra semakin gencar mendekatinya meskipun Livia sudah menjaga jarak. Tapi ada gadis di tengah-tengah mereka."Kalau butuh bantuan bilang saja," kata Rajendra suatu sore saat mengantar Gadis pulang.Livia hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Di hari-hari terakhir Livia b

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Anak Kurang Ajar

    Malam itu Livia tidak bisa tidur. Pikirannya mengembara pada satu hal. Pada percakapan singkatnya dengan Rajendra tadi. Tentang keinginan lelaki itu untuk kembali.Livia tidak akan memungkiri kalau perasaannya pada Rajendra masih ada. Hanya saja ia takut untuk mencoba. Ia takut terluka lagi. Sudah begitu banyak luka yang Rajendra tancapkan dan tidak bisa Livia lupakan. Livia tidak ingin ada luka-luka baru sementara luka yang lama masih terbuka.***Paginya Livia bangun lebih awal dari biasa meskipun semalam ia kesulitan tidur.'Aku akan tunggu. Tapi jangan terlalu lama, Liv.'Ucapan Rajendra tersebut terus membayangi Livia. Saat ia tiba di rumah Rajendra untuk menjemput Gadis, orang-orang di rumah tersebut sedang sarapan pagi. Suasana begitu hangat oleh adanya tiga orang anak kecil, Gadis, Randu dan Lunetta. Lola yang banyak bicara dengan mereka. Sedangkan Erwin tidak banyak bicara. Ia masih belum bisa menerima keberadaan Randu dan Lunetta di rumahnya."Itu Bunda datang!" seru Gadis

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Butuh Waktu

    Livia mengalihkan pandangannya. Tidak ingin terlalu lama dalam tatapan Rajendra yang penuh arti. "Aku ambilin obat dulu," ucapnya.Livia kemudian turun ke bawah dan bertanya pada ART. Sementara Gadis tetap di sisi Rajendra."Papa minum obat ya," rengek Gadis."Iya, Dis, Papa nurut kok."Livia kembali dengan segelas air dan sebutir obat. "Minum ini dulu, Ndra."Rajendra duduk, menyandarkan tubuhnya ke headboard, lalu meminum obat tersebut. Setelahnya ia kembali berbaring."Livia ...," panggilnya."Hm."Rajendra menatapnya dalam. "Aku senang kamu ada di sini."Livia tidak seketika menjawab. Ia duduk di kursi dekat tempat tidur. Menunduk dan terpaku. "Seharusnya aku nggak di sini," gumamnya pelan."Tapi kamu tetap datang."Livia terdiam. Tidak dapat menyangkal. "Itu karena Bunda sayang sama Papa," cetus Gadis tiba-tiba.Livia dan Rajendra serentak menoleh ke arah Gadis yang tersenyum lebar."Adis!" tegur Livia berusaha membantah. Tapi tangan anak itu sudah bergerak memeluk tangan Rajend

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Biar Ada Yang Merhatiin Aku

    Keesokan harinya di kantor Livia memberikan cincin yang dibelikan pada Javier."Jav, ini," kata Livia seraya menggeser kotak cincin yang berada di atas meja ke arah lelaki itu.Javier melirik kotak cincin itu dengan ekspresi datar. Pria itu tampak tidak tertarik."Kamu beli sendiri?" Ia bertanya pada Livia."Iya."Javier terkekeh. Ia mengambil kotak itu, membukanya, mengambil isi di dalamnya lalu memutar-mutar cincin tersebut seakan sedang menilai."Bagus," ucapnya sebelum menutup kotak tersebut dengan bunyi klik yang terdengar keras atau mungkin dikeraskan. "Tapi aku nggak akan menerimanya.""Kenapa?""Aku nggak mau cincin ini, Liv. Aku mau kamu," ucap Javier lugas."Kita sudah bahas hal ini sebelumnya, Jav.""Kalau ini tentang Gadis yang takut sama aku, dia bisa tinggal sama Rajendra. Sesekali kita mengunjungi mereka."Livia mengerjap. Tidak percaya pada apa yang baru saja dikatakan Javier. "Jav, kamu sadar nggak barusan ngomong apa?""Aku tahu kamu nggak akan suka mendengarnya, Liv

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Kita Nggak Pernah Memulai

    Rentetan emosi Javier membuat Livia terdiam. Rasa sesak menyerbu dadanya. Ia tidak menyangka Javier akan mengungkit lagi masa lalunya.Javier melangkah mendekat, menatap tajam ke arah Livia. "Aku nggak minta kamu untuk balas budi, Liv. Aku hanya minta kamu untuk tetap bersamaku. Apa itu terlalu sulit?"Livia membalas tatapan Javier, berusaha mempertahankan ketegaran. "Aku menghargai semua yang kamu lakukan buat aku, Jav. Tapi hubungan bukan soal balas budi. Kalau aku tetap bersamamu karena berutang itu namanya beban, bukan cinta."Javier terkekeh penuh kepahitan. "Jadi sekarang aku cuma beban buat kamu?""Bukan begitu maksudku. Aku hanya ingin memastikan Gadis merasa aman. Aku nggak bisa mengabaikan perasaannya apalagi kalau dia sampai membuang cincin itu. Itu artinya dia menolak kehadiran kamu dalam hidup kami, Jav."Javier mengusap wajahnya. Pria itu terlihat begitu frustrasi. "Jadi aku harus bagaimana, Liv? Aku harus kehilangan kamu dan kalah begitu saja?" "Nggak ada yang menang d

  • Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan   Hinaan Menyakitkan

    "Gadis kayak benci banget sama aku sekarang. Siapa yang memengaruhi dia?" Itu hal pertama yang Javier katakan ketika Livia kembali lalu duduk di sofa ruang tamu.Livia menarik napasnya sebelum menjawab, "Nggak ada yang memengaruhi dia, Jav. Tapi dia nggak nyaman sama kamu.""Dia nggak nyaman sama aku pasti ada penyebabnya kan? Bahkan nerima biskuit dari aku dia juga udah nggak mau. Padahal ini kesukaan dia banget." Javier yang emosi membanting tiga bungkus biskuit itu ke meja sehingga sebagian isinya remuk.Livia sampai terkejut melihat ulahnya. Mana Javier yang dulu lembut dan tidak pernah marah-marah padanya? Mana Javier yang dulu sangat menghargainya?"Rajendra sama sekali nggak memengaruhi Gadis kalau itu yang ada di pikiran kamu," kata Livia seolah bisa membaca isi kepala lelaki itu. "Jadi siapa lagi kalau bukan dia?" balas Javier emosi."Coba kamu introspeksi dirimu, Jav. Kenapa tiba-tiba Gadis menjadi nggak nyaman sama kamu.""Aku nggak ngapa-ngapain," elak Javier sembari mer

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status