Mama Rani dan juga Aisyah berjalan ke arah ruang tamu dan mereka melihat di sana ada Andre yang sedang berteriak Memanggil nama Aisyah."Aisyah ... di mana kamu?! Keluar kau wanita sialaan!" teriaknya dengan emosi."Andre sudahlah ... ini rumah orang jangan teriak-teriak," ucap pak Daryono, mertuanya."Biar saja Pah, biar dia mendengar. Aisyaah ...! di mana kamu!" teriak Andre kembali."Aku di sini," jawab Aisyah dengan dingin. Dia melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan tajam. "Inikah sopan santun kalian? Masuk ke dalam rumah orang dan malah teriak-teriak? Di mana etitude kalian, hah?""Nggak usah banyak bac-ot kamu! Apa tidak puas kamu menghancurkanku, hah?! Kamu ingin membalas dendam kepadaku? Kamu sudah memenjarakan ibu dan sekarang kamu memenjarakan istriku, hah!" bentak Andre dengan intonasi yang sangat tinggi.Aisyah mengangkat satu alisnya, "sebaiknya duduk dulu bicarakan semua baik-baik, tidak usah pakai urat, karena di sini tidak ada kuah. Lagi pula cuka dari mu
Semua menengok ke arah sumber suara, dan mereka cukup terkejut saat melihat seorang pria dengan tegap dan langkah yang gagah, namun terkesan begitu dingin dengan tatapan tajam mengarah kepada Andre."Jangan pernah berharap saya akan melepaskan Putri begitu saja! Apa kalian pikir saya menjebloskan dia ke penjara dengan kata kasihan? Tidak." tegas Okta.Iya, pria itu adalah Okta. Dia mendapat kabar dari anak buahnya yang ditugaskan untuk berjaga di kediaman Aisyah bahwa Andre dan juga Pak Daryono datang ke rumah."Bang ... kamu ke sini kenapa nggak bilang?" tanya Aisyah.Tanpa menjawab Okta mendekat ke arah Andre, "kau ingin dia dibebaskan setelah apa yang telah dia lakukan? Apa kau mendukung seorang penjahat?!" marah Okta.Mendengar itu Andre semakin emosi, kemudian dia bangkit dari duduknya dan mencengkram kerah baju Okta, akan tetapi langsung di tepi kasar oleh pria itu."Jauhkan tangan kotormu dari baju mahal ku!" tukasnya dengan tajam."Sebaiknya kau lepaskan istriku! Kalian berenc
Aisyah menggelengkan kepalanya saat melihat siapa dua wanita tersebut."Halo, apa kabar?" tanya Vita sambil memeluk tubuh Aisyah bergantian dengan Ara."Alhamdulillah kabar aku baik. Kalian ini ya ... datang-datang langsung teriak? Di sini rumah, bukannya tempat buat demo." Aisyah menggelengkan kepalanya."Hehehe ... sorry Bestie, karena terlalu bersemangat. Gimana rencananya udah berapa persen? Terus kenapa wajah di sini tegang-tegang banget?" tanya Vita dengan bingung.Vita dan Ara merasa heran karena sangat terlihat wajah dari Papa Agam, Okta maupun Aisyah sangat tegang."Kayaknya gue sama Vita datang di waktu yang gak tepat deh," ucap Ara sambil menggaruk belakang lehernya."Sebenarnya waktunya tepat, cuma yang nggak tepat suara nyaring kalian itu," ledek Aisyah."Sudah sudah ... nanti saja kita bicaranya. Aisyah, Papa mau bicara dulu sama Okta. Nak Vita, Nak Ara, have fun ya. Temani Aisyah," ujar Papa Agam."Siap Om, laksanakan!" jawab Vita dan juga Ara bersamaan sambil menaruh te
"Oh my God! Dia pangeran dari mana? Benar-benar sangat tampan," gumam Ara di dalam hati sambil melihat ke arah pria yang saat ini tengah memegang pinggangnya."Nona, apa kau tidak apa-apa? Nona ..." Pria itu terus memanggil nama Ara, akan tetapi Ara tidak berkedip hingga dia tidak merespon ucapan pria itu."Aawwh!" ringis Ara saat merasakan bok-ongnya begitu sangat sakit karena tiba-tiba saja pria tersebut menjatuhkannya "Gadis aneh," lirih pria itu, kemudian dia pergi melanjutkan langkahnya."Eh ... tunggu my prince!" teriak Ara, tapi pria tersebut tidak perduli. "Aduh ... sakit banget sih!" Ara merintih sambil memegangi bok-ongnya yang terasa begitu sakit. "Itu cowok tampan, tapi kok kasar banget? Nggak bisa apa gue diturunin pelan-pelan, dikira bawah ini kasur apa!" rutuknya.Setelah ia selesai dari kamar mandi Ara kembali ke tempat di mana saat ini Aisyah dan juga Vita tengah menunggu."Lo kenapa balik-balik dari kamar mandi kok wajahnya sumringah gitu? Hayo ... lo habis ketemu ji
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu, di mana di kediamannya Aisyah sudah banyak tamu yang hadir, karena acara lamaran itu digelar sedikit mewah namun hanya kolega bisnis terpenting saja yang datang.Aisyah juga sudah memakai kebaya untuk acara lamaran berwarna peach, membuatnya terlihat begitu manis dan sangat Anggun.Dia menunduk malu karena sejak tadi Okta terus saja memperhatikannya, bagaimana tidak? Kali ini Okta benar-benar melihat aura yang begitu sangat memukau dari calon istrinya."Ciiee ... diliatin terus tuh sama calon suami," ledek Vita sambil menyenggol bahu Aisyah."Berisik aah ... gue dari tadi lagi deg-degan ini," jawabannya setengah berbisik.Hingga tibalah acara pemasangan cincin, membuat semua orang tak luput memotret momen tersebut. "Kamu sangat cantik. Aku sampai tidak berkedip sama sekali. Untung aja nggak kelilipan," bisik Okta saat dia sudah selesai memasangkan cincin di Jari manis Aisyah.Kedua bola mata wanita itu membulat, namun pipinya berwarna malu. "
"Erik!" kaget Aisyah, Vita dan juga Ara bersamaan."Parah ya lo ... lamaran tapi nggak ngundang gue. Terus gue ini lo anggap apa, Aisyah Azzahra?" kesal Erik sambil duduk samping wanita itu.Di bahkan belum menyadari kehadiran Okta, karena pria tersebut memang belum tahu jika calon suaminya Aisyah adalah pria yang dia temui beberapa waktu yang lalu."Maaf ... habisnya kamu ganti nomor, jadi aku tidak sempat untuk menghubungi kamu," jawab Aisyah sambil menggaruk kepalanya."Ngeles mulu kayak bajaj, nih!" Erik memberikan sebuah kado kepada wanita itu."Apa ini?""Bom. Udah tahu kado, pakai nanya? Anggap aja itu adalah kado dari sahabat, tapi ngomong-ngomong ... calon suami lo mana? Gue pengen lihat dong rupanya seperti apa. Apakah dia mengalahkan ketampanan gue," ujar Erik sambil menaik turunkan alisnya."Eh jangkrik, lo datang-dateng nggak assalamualaikum, ujug-ujug langsung nyerocos kayak kereta nggak ada relnya. Terus sekarang lo nanyain calon suaminya Aisyah?" celetuk Ara."Iya dong
"Ara!" kaget Aisyah saat melihat sahabatnya ada di sana.Ara tersenyum, kemudian dia berjalan mendekat ke arah Aisyah. "Hello! Good morning my bestie ..." sapa Ara."Morning! Lo ngapain ada di kantor gue?" bingung Aisyah, karena dia merasa tidak mengundang Ara untuk datang ke kantornya."Gue ke sini ... karena gue akan menjadi asistennya Tuan Aldo untuk membantu dia dalam membimbing kak Faisal nanti, dan gue juga menjadi sekretarisnya kak Faisal." Ara menaik turunkan alisnya dengan senyum mengembang."Hah! Lo menjadi sekretarisnya kak Faisal? Gimana ceritanya?" kaget Aisyah.Ara hanya mengangkat kedua bahunya saja, "lo tanyakan aja deh sama Om Agam, kalau soal itu gue kurang tahu juga."Aisyah menganga, dia masih tidak percaya jika Ara akan menjadi sekretaris dari kakaknya. Ya ... walaupun memang wanita itu sangat pandai dalam dunia bisnis dan Aisyah mengakui itu, tapi dia merasa bingung kenapa Papanya meminta Ara untuk bekerja sebagai sekretarisnya Faisal, karena setahu dia Ara sudah
Selesai fitting baju pengantin, Aisyah saat ini tengah berada di sebuah toko yang ada di mall untuk membeli berlian mas kawin dari Okta "Sebenarnya tidak usah berlian, mas kawin apapun itu semampu Abang, karena aku juga tidak ingin memaksakan dan tidak ingin memberatkan pihak laki-laki," ujar Aisyah saat mereka berada di toko tersebut."Itu sebabnya sayang, karena aku mampu untuk membelinya, jadi aku akan membeli berlian untuk calon istriku.""Wah! Mama benar-benar sangat beruntung sekali karena mempunyai menantu seperti kamu. Ya sudah ... Aisyah sekarang kamu pilih mau yang mana," ujar Mama Rani.Akhirnya Aisyah pun memilih satu set berlian untuk dijadikan mahar nantinya, dan setelah mendapatkan itu mereka pun menuju salah satu restoran untuk makan siang.Saat mereka tengah makan tiba-tiba Papa Abraham datang, karena Okta mengundangnya. "Aduh ... maaf ya kalau Papa tadi lama, biasa ada meeting dulu.""Iya Pah, nggak papa," jawab Okta.Tak lama makanan pun datang, kemudian ketiganya