Aisyah dan kedua orang tuanya pulang ke rumah dengan rasa bahagia, dan rencananya besok mereka akan ke rumah sakit kembali karena Melati akan melakukan operasi.Namun, saat hari itu tiba Aisyah tidak bisa ikut karena dia harus bersiap-siap untuk acara lamaran besok, dan yang ke sana hanya papa Agam dan Mama Rani membantu proses di rumah."Aisyah tidak ikut Pah sama Mama?" tanya Faisal saat melihat Papanya datang sendirian."Tidak ... mereka tidak bisa ikut, sebab besok adalah acara lamaran Aisyah. Papa berharap kamu bisa datang."Mendengar itu Faisal menatap ke arah istrinya. "Tidak apa-apa Mas, datanglah! Dia adalah adikmu, mereka adalah keluargamu, setelah 30 tahun apa kamu tidak ingin menghadiri acara spesial adikmu sendiri?" tutur Lusi."Iya sayang, aku pasti akan datang."Mereka pun menunggu di ruang operasi hingga jam 03.00 sore Melati sudah selesai dioperasi dan dipindahkan kembali ke rawat ruang inap, setelah keadaannya membaik."Papa sangat senang sekali karena akhirnya kita
Mama Rani dan juga Aisyah berjalan ke arah ruang tamu dan mereka melihat di sana ada Andre yang sedang berteriak Memanggil nama Aisyah."Aisyah ... di mana kamu?! Keluar kau wanita sialaan!" teriaknya dengan emosi."Andre sudahlah ... ini rumah orang jangan teriak-teriak," ucap pak Daryono, mertuanya."Biar saja Pah, biar dia mendengar. Aisyaah ...! di mana kamu!" teriak Andre kembali."Aku di sini," jawab Aisyah dengan dingin. Dia melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan tajam. "Inikah sopan santun kalian? Masuk ke dalam rumah orang dan malah teriak-teriak? Di mana etitude kalian, hah?""Nggak usah banyak bac-ot kamu! Apa tidak puas kamu menghancurkanku, hah?! Kamu ingin membalas dendam kepadaku? Kamu sudah memenjarakan ibu dan sekarang kamu memenjarakan istriku, hah!" bentak Andre dengan intonasi yang sangat tinggi.Aisyah mengangkat satu alisnya, "sebaiknya duduk dulu bicarakan semua baik-baik, tidak usah pakai urat, karena di sini tidak ada kuah. Lagi pula cuka dari mu
Semua menengok ke arah sumber suara, dan mereka cukup terkejut saat melihat seorang pria dengan tegap dan langkah yang gagah, namun terkesan begitu dingin dengan tatapan tajam mengarah kepada Andre."Jangan pernah berharap saya akan melepaskan Putri begitu saja! Apa kalian pikir saya menjebloskan dia ke penjara dengan kata kasihan? Tidak." tegas Okta.Iya, pria itu adalah Okta. Dia mendapat kabar dari anak buahnya yang ditugaskan untuk berjaga di kediaman Aisyah bahwa Andre dan juga Pak Daryono datang ke rumah."Bang ... kamu ke sini kenapa nggak bilang?" tanya Aisyah.Tanpa menjawab Okta mendekat ke arah Andre, "kau ingin dia dibebaskan setelah apa yang telah dia lakukan? Apa kau mendukung seorang penjahat?!" marah Okta.Mendengar itu Andre semakin emosi, kemudian dia bangkit dari duduknya dan mencengkram kerah baju Okta, akan tetapi langsung di tepi kasar oleh pria itu."Jauhkan tangan kotormu dari baju mahal ku!" tukasnya dengan tajam."Sebaiknya kau lepaskan istriku! Kalian berenc
Aisyah menggelengkan kepalanya saat melihat siapa dua wanita tersebut."Halo, apa kabar?" tanya Vita sambil memeluk tubuh Aisyah bergantian dengan Ara."Alhamdulillah kabar aku baik. Kalian ini ya ... datang-datang langsung teriak? Di sini rumah, bukannya tempat buat demo." Aisyah menggelengkan kepalanya."Hehehe ... sorry Bestie, karena terlalu bersemangat. Gimana rencananya udah berapa persen? Terus kenapa wajah di sini tegang-tegang banget?" tanya Vita dengan bingung.Vita dan Ara merasa heran karena sangat terlihat wajah dari Papa Agam, Okta maupun Aisyah sangat tegang."Kayaknya gue sama Vita datang di waktu yang gak tepat deh," ucap Ara sambil menggaruk belakang lehernya."Sebenarnya waktunya tepat, cuma yang nggak tepat suara nyaring kalian itu," ledek Aisyah."Sudah sudah ... nanti saja kita bicaranya. Aisyah, Papa mau bicara dulu sama Okta. Nak Vita, Nak Ara, have fun ya. Temani Aisyah," ujar Papa Agam."Siap Om, laksanakan!" jawab Vita dan juga Ara bersamaan sambil menaruh te
"Oh my God! Dia pangeran dari mana? Benar-benar sangat tampan," gumam Ara di dalam hati sambil melihat ke arah pria yang saat ini tengah memegang pinggangnya."Nona, apa kau tidak apa-apa? Nona ..." Pria itu terus memanggil nama Ara, akan tetapi Ara tidak berkedip hingga dia tidak merespon ucapan pria itu."Aawwh!" ringis Ara saat merasakan bok-ongnya begitu sangat sakit karena tiba-tiba saja pria tersebut menjatuhkannya "Gadis aneh," lirih pria itu, kemudian dia pergi melanjutkan langkahnya."Eh ... tunggu my prince!" teriak Ara, tapi pria tersebut tidak perduli. "Aduh ... sakit banget sih!" Ara merintih sambil memegangi bok-ongnya yang terasa begitu sakit. "Itu cowok tampan, tapi kok kasar banget? Nggak bisa apa gue diturunin pelan-pelan, dikira bawah ini kasur apa!" rutuknya.Setelah ia selesai dari kamar mandi Ara kembali ke tempat di mana saat ini Aisyah dan juga Vita tengah menunggu."Lo kenapa balik-balik dari kamar mandi kok wajahnya sumringah gitu? Hayo ... lo habis ketemu ji
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu, di mana di kediamannya Aisyah sudah banyak tamu yang hadir, karena acara lamaran itu digelar sedikit mewah namun hanya kolega bisnis terpenting saja yang datang.Aisyah juga sudah memakai kebaya untuk acara lamaran berwarna peach, membuatnya terlihat begitu manis dan sangat Anggun.Dia menunduk malu karena sejak tadi Okta terus saja memperhatikannya, bagaimana tidak? Kali ini Okta benar-benar melihat aura yang begitu sangat memukau dari calon istrinya."Ciiee ... diliatin terus tuh sama calon suami," ledek Vita sambil menyenggol bahu Aisyah."Berisik aah ... gue dari tadi lagi deg-degan ini," jawabannya setengah berbisik.Hingga tibalah acara pemasangan cincin, membuat semua orang tak luput memotret momen tersebut. "Kamu sangat cantik. Aku sampai tidak berkedip sama sekali. Untung aja nggak kelilipan," bisik Okta saat dia sudah selesai memasangkan cincin di Jari manis Aisyah.Kedua bola mata wanita itu membulat, namun pipinya berwarna malu. "
"Erik!" kaget Aisyah, Vita dan juga Ara bersamaan."Parah ya lo ... lamaran tapi nggak ngundang gue. Terus gue ini lo anggap apa, Aisyah Azzahra?" kesal Erik sambil duduk samping wanita itu.Di bahkan belum menyadari kehadiran Okta, karena pria tersebut memang belum tahu jika calon suaminya Aisyah adalah pria yang dia temui beberapa waktu yang lalu."Maaf ... habisnya kamu ganti nomor, jadi aku tidak sempat untuk menghubungi kamu," jawab Aisyah sambil menggaruk kepalanya."Ngeles mulu kayak bajaj, nih!" Erik memberikan sebuah kado kepada wanita itu."Apa ini?""Bom. Udah tahu kado, pakai nanya? Anggap aja itu adalah kado dari sahabat, tapi ngomong-ngomong ... calon suami lo mana? Gue pengen lihat dong rupanya seperti apa. Apakah dia mengalahkan ketampanan gue," ujar Erik sambil menaik turunkan alisnya."Eh jangkrik, lo datang-dateng nggak assalamualaikum, ujug-ujug langsung nyerocos kayak kereta nggak ada relnya. Terus sekarang lo nanyain calon suaminya Aisyah?" celetuk Ara."Iya dong
"Ara!" kaget Aisyah saat melihat sahabatnya ada di sana.Ara tersenyum, kemudian dia berjalan mendekat ke arah Aisyah. "Hello! Good morning my bestie ..." sapa Ara."Morning! Lo ngapain ada di kantor gue?" bingung Aisyah, karena dia merasa tidak mengundang Ara untuk datang ke kantornya."Gue ke sini ... karena gue akan menjadi asistennya Tuan Aldo untuk membantu dia dalam membimbing kak Faisal nanti, dan gue juga menjadi sekretarisnya kak Faisal." Ara menaik turunkan alisnya dengan senyum mengembang."Hah! Lo menjadi sekretarisnya kak Faisal? Gimana ceritanya?" kaget Aisyah.Ara hanya mengangkat kedua bahunya saja, "lo tanyakan aja deh sama Om Agam, kalau soal itu gue kurang tahu juga."Aisyah menganga, dia masih tidak percaya jika Ara akan menjadi sekretaris dari kakaknya. Ya ... walaupun memang wanita itu sangat pandai dalam dunia bisnis dan Aisyah mengakui itu, tapi dia merasa bingung kenapa Papanya meminta Ara untuk bekerja sebagai sekretarisnya Faisal, karena setahu dia Ara sudah
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u